"Irene..."
Aku menoleh ke arah seseorang yang memanggil ku setelah aku memasuki sebuah cafe. Kulihat seorang perempuan cantik berdiri dari duduknya lalu tersenyum manis ke arahku sambil merentangkan kedua tangannya.
Aku segera memeluk tubuh rampingnya dengan erat "Vyra....I miss you".
Vyra membalas pelukan ku dengan erat "i miss you too beb".
Vyra melepaskan pelukanku dan menangkup wajahku. Bibirku tersungging tipis saat dia menatap setiap ins wajahku "kamu tambah cantik aja beb".
"Kamu bisa aja sih".
"Sini duduk beb. Aku udah pesenin caramel macchiato frappuccino buat kamu".
"Thanks beb".
Aku duduk di samping Vyra sambil meletakan tas kameraku di atas meja.
Oh ya....aku belum memperkenalkan diriku. Namaku Irene Vellea, umurku 22 tahun, tinggiku 167 dengan berat badan 45 dan profesiku sebagai fotografer yang umm...lumayan terkenal mungkin.
Kata orang aku ini cantik dan bisa jadi aktris, tapi aku tidak berminat jadi aktris karena menjadi fotografer itu lebih menyenangkan.
Aku bisa bersenang-senang sambil mengabadikan setiap moment yang sulit untuk terulang kembali.
"Habis darimana?",tanya Vyra setelah meminum minumannya.
"Biasalah ada kerjaan",sahutku sambil melirik tas kameraku.
Vyra tersenyum manis menunjukan lesung pipinya lalu mencolek daguku "cie...sekarang kerjaannya rame".
"Jelas dong. Lagian siapa sih yang gak mau di potret sama fotografer cantik seperti ku",ucapku sambil mengibaskan rambut ku kesamping lalu mengedipkan sebelah mataku ke arah Vyra.
"Hahahaha oke-oke. Si cantik dari studio Velle",ucap Vyra sambil tersenyum menggodaku.
Aku memilih minuman yang sudah di pesankan Vyra dan menatap Vyra "so....gimana rasanya jadi CEO?"
"Lumayan lah, walaupun harus pusing ngurusin kerjaan".
"Gak papa kali, kan kamu masih baru tahap belajar. Yang penting mah uang tetap ngalir terus".
"Ckk kamu bisa aja".
Vyra menyandarkan kepalanya di lenganku dan merangkul lenganku dengan erat "jadi kangen jaman-jaman kita kuliah dulu deh beb".
Aku mengangguk setuju "humm. Walaupun pusing sama kuliah, tapi setidaknya gak pusing nyari uang kan?"
Vyra mengangguk pelan sedangkan aku hanya tersenyum tipis "tapi masak kamu bisa pusing masalah uang sih Vyr? Kamu kan kaya tujuh turunan".
"Dih...yang kaya mah bokap sama nyokap aku Ren. Kalau aku mah masih numpang kekayaan mereka".
Vyra melepaskan rangkulannya di lenganku "kemarin kamu kemana beb? Kok gak bisa di hubungi? Padahal aku kemarin pengen banget ketemu kamu setelah balik dari Singapura".
Kemarin?
Ah mungkin saja kemarin Vyra tidak bisa menghubungi ku karena ponsekku ketinggalan di kos an saat aku pergi ke pantai.
"Ponsel ku ketinggalan di kos an Vyr".
"Terus kenapa gak hubungin aku balik coba?"
"Sorry Vyr. Wifi kos lagi eror dan aku gak punya kuota".
"Dih dasar".
Lagian kemarin juga aku langsung bersembunyi di balik selimut setelah adegan pencekikan terhadap diriku oleh perempuan yang aku tolong kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wedding? (Pdf Completed)
RomanceApa kalian tau rasanya di culik dan disuruh menikah dengan sesama jenismu? Bahkan kehidupan setelah pernikahan kalian di luar akal sehat mu. Ternyata kehidupan setelah pernikahan itu di penuhi oleh sentuhan, rangsangan, gairah, cinta, kenikmatan dan...