Raqi tidak mempunyai M-banking. Sengaja, agar uangnya tidak mudah terpakai. Jadi kalau ingin mentransfer uang, biasanya Raqi harus ke ATM setor tunai atau ke kantor cabang bank terdekat.
Kebetulan di depan gang dekat daerah rumahnya itu memang ada satu ATM setor tunai. Namun sekarang dia tidak bisa kesana karena sedang hujan deras. Raqi tidak mungkin nekat keluar untuk mentransfer uang ke kakak sulungnya disaat sedang hujan begini. Ayahnya juga pasti akan melarang.
Raqi sudah mengirim pesan ke Muji, mengatakan pada kakaknya bahwa dia tidak bisa mentransferkan uangnya malam ini. Tapi sang kakak seperti tidak mau tahu dan tetap meminta Raqi untuk mentransferkan uangnya malam itu juga.
Handphone Raqi kembali berdering karena mendapat panggilan masuk dari sang kakak untuk yang kesekian kali, membuat Raqi menghela napasnya. Kalau panggilan itu Raqi abaikan lagi, kakaknya itu pasti akan marah. Jadi dengan ogah-ogahan Raqi pun mengangkat panggilan itu.
Raqi tidak mengucap salam atau menyapa sang kakak. Membiarkan kakaknya yang lebih dulu bersuara untuk memulai percakapan.
"Halo, Qi. Masa gak bisa sih kamu transferkan uangnya malam ini?! Kan ATM gak terlalu jauh dari sana. Kakak butuh uangnya sekarang."
Raqi menghela napas pelan. Kakaknya ini tidak mengerti bahasa manusia apa gimana? Padahal sudah dia katakan kalau di luar itu sedang hujan deras. Harusnya sang kakak mengerti dan tidak memaksa lagi.
"Kalo aja lagi gak hujan, pasti udah aku transfer dari tadi, kak. Tapi ini masih hujan dan udah larut malam juga. Besok pagi aja, ya, aku transfer nya sekalian pas mau berangkat kerja. Atau kakak aja yang langsung datang kesini ambil uangnya."
"Kamu bego, ya? Udah dibilangin kalo motor kakak lagi rusak. Gimana bisa kesana?!"
Bisa lah! Masih banyak tranportasi selain motornya yang bisa Muji gunakan seperti taksi, bus, angkot, atau ojol. Kalau memang kakaknya itu masih peduli dan tidak ingin menyusahkan sang adik dengan menyuruh mentransfer uang lewat ATM disaat sedang hujan lebat seperti ini.
Sayangnya Muji tidak berpikir sampai kesitu dan hanya mementingkan dirinya sendiri.
Raqi sebenarnya ingin menjawab seperti itu. Tapi ia tidak ingin ribut dengan sang kakak. Jadi biarlah dirinya saja yang mengalah.
"Nanti kalau udah agak reda aku ke ATM." Jawab Raqi dengan sedikit malas.
"Gitu dong. Yaudah, kakak tunggu. Nanti kabarin kakak kalau sudah kamu transfer, ya!"
Setelah Raqi menyahut dengan singkat, panggilan telepon pun berakhir.
◾◾◾◾
"Muka lo kenapa?" Tanya Niko pada Raqi yang baru saja keluar dari rumah dan melangkah menghampiri nya. Mereka berdua akan berangkat kerja.
Seperti biasa, Niko menjemput Raqi untuk pergi bersama ke minimarket tempat mereka bekerja.
"Gak kenapa-napa. Emangnya muka gue kenapa?" Raqi mengembalikan pertanyaan Niko. Dia sudah berdiri dihadapan sang sahabat yang duduk diatas motornya.
"Muka lo keliatan capek. Lo lagi kambuh?" Niko bertanya lagi dengan raut wajah yang nampak khawatir.
"Enggak. Cuma lagi masuk angin aja kayaknya. Gara-gara semalam gue ke ATM pas lagi hujan." Jawab Raqi seadanya. Dia sebenarnya juga sudah menduga tubuhnya akan berontak setelah semalam terkena angin malam dan juga kehujanan. Bangun tidur tadi tubuhnya terasa lemas dan tidak nyaman. Dia berharapnya sih itu hanya sekedar masuk angin biasa bukan karena penyakitnya yang sedang kambuh.
"Kalo gitu lo libur kerja aja, Raq. Jangan dipaksa! Ntar gue bilangin ke bos kalo lo lagi sakit. Jadi izin gak masuk kerja dulu hari ini."
Niko khawatir Raqi tambah drop kalau sahabatnya itu nekat masuk kerja dalam kondisi tubuh yang sedang tidak fit.
![](https://img.wattpad.com/cover/345289131-288-k267206.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bungsu mandiri
قصص عامةAwalnya hidup Raqi bisa dibilang sama seperti anak bungsu pada umumnya. Dimanja, diberi banyak perhatian dan kasih sayang. Tapi semenjak sang ibu meninggal, hidup Raqi berubah. Saat itulah ia mulai menjadi anak bungsu mandiri dan mengharuskannya men...