"RAISYA ..."
Teriakan itu menggema dari sebuah ruangan yang penghuninya tak lain ada cowok tampan dengan ekpresi yang tidak bisa dijelaskan. Terlebih sesaat setelah melihat wajahnya di cermin. Dia bangun dan merasakan ada yang beda, seperti terasa tegang dan yang menarik kulitnya, dan begitu melihat, dia tidak percaya dengan kondisi wajahnya saat ini.
Wajah yang dipenuhi warna putih hingga kini dia terlihat seperti adonan, oh bukan lebih tepatnya seperti menggunakan masker. Oke ini lumayan, terlihat wajar dan sepertinya memang tidak masalah jika dilihat, tapi kini yang membuat Aqil menghela napas saat menatap dirinya yang serasa bukan manusia di sana, melainkan zombie, ya seperti itu lah kira-kira.
Di bawah matanya seperti diberikan spidol hingga seperti mayat hidup. Kedua pipinya diberikan pensil alis berwarna coklat dan hitam, bukan dibuat seperti kumis kucing melainkan dibuat seperti ukiran berbentuk goresan luka sungguhan. Sempurna, satu kata yang mungkin dikatakan untuk hasil cipta karya Raisya yang membuat dirinya tampak seperti zombie.
Hampir saja Aqil kaget melihat dirinya sendiri. Pasalnya lampu kamar tadi mati, menyisakan lampu tidur yang menyala, dan saat merasakan wajahnya aneh, Aqil memilih melihat di cermin dan betapa kagetnya dia begitu melihat sosok penampakan di seberang sana. Dikira emang hantu ternyata dia.
Raisya benar-benar berbuat ulah entah sejak kapan, dan anehnya dia tidak menyadari bahkan merasakan keusilan Raisya.
Suara kikikan terdengar dari kamar mandi yang pelakunya tidak lain adalah Raisya Alika Putri, istri bocilnya Aqil yang sikap bocilnya tidak hilang menembus kenyataan.
Aqil menghela napas untuk kedua kalinya, dia kemudian keluar dan menatap kamar mandi yang tertutup. Airnya terdengar sudah menyala bertanda Raisya sudah sibuk mandi dan mulai bernyanyi.
Senyum smrik terbit di bibir Aqil. Dia berdiri di depan kamar mandi sambil mensidekap tangan di depan dada.
"Katanya kalau kita nyanyi di kamar mandi, hantu bakal suka dan dekat sama kita. Awas, Sya, ada hantu yang mulai dekat sama kamu."
"SUGAAAAAL...."
Teriakan nyaring Raisya terdengar seiring pintu kamar mandi yang dibuka dengan cepat, memperlihatkan Raisya yang ternyata belum mandi sama sekali. Raisya masih menggunakan piyama tedy bear sambil meloncat-loncat ketakutan karena dikatakan hantu ada didekatnya. Sudah jelas dia orangnya penakut, Aqil malah menakutinya sampai kini dia keluar dari kamar mandi. Mungkin ini yang dinamakan kualat mengerjai suami, Raisya jadi seperti ini.
"Kak Aqil, kenapa bila-" Melihat wajah putih dihadapannya membuat Raisya seketika berteriak lagi sambil menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
"Aa hantu ... Bundaaa .. ... Ada hantu aa..."
Niat ke luar kamar mandi untuk melarikan diri dia malah bertemu hantu sungguhan di sini. Shock dan ingin pingsan seketika, perasaan itu bercampur, tapi kini dia lebih ketakutan sendiri sambil meloncat-loncat.
Aqil mengernyitkab dahinya melihat tingkah Raisya. Hantu? Bisa-bisanya Raisya mengatakan dia hantu?
Bukannya menegur dan mengatakan ini dirinya, Aqil malah tersenyum jahil. Dia mengangkat tangan ke udara kemudian bersuara menirukan suara hantu di perfilman. Bukan suara hantu nyata, karena Aqil belum pernah bertemu hantu nyata dan mendengar suaranya secara langsung, jadi dari pada salah mending dia menirukan suara hantu yang biasa didengar saja.
"Hihihi ... Raisya Hihihi ... "
Tentu saja mendengar suara hantu membuat Raisya semakin ketakutan, dia langsung berteriak seiring bulu kuduknya yang merinding.
"Huaaa Kak Aqil tolongin Raisya ..." Raisya memanggil Aqil yang satu-satunya bisa menolongnya saat ini, kalau memanggil bunda Ariana rasanya percuma karena sangat jauh dan teriakannya tidak akan mungkin sampai terdengar ke Bandung. Kalau terdengar mungkin Raisya akan memanggil Ariana juga meski setelah itu kena omel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Astaghfirullah Icil! (SYAQIL 2)
Teen FictionBaca SYAQIL 1 dulu karena ceritanya menyambung. Raisya Alika Putri atau biasa dipanggil Icil. Dia merupakan mahasiswi semester 3 yang sudah resmi menjadi istri sah dari lelaki tampan bernama Aqil Habibi Furqan sejak awal masuk kuliah. Satu tahun sud...