PART 1

69.1K 2.8K 358
                                    

Halo! Cerita ini udah pernah dipublish jaman dulu banget, waktu aku baru pertama kali main wattpad hehehe. Jangan kaget ya kalo gaya bahasanya beda banget sama tulisan-tulisanku yang sekarang😆

Happy reading!


••••

"Alana! Mau kemana kamu?!" teriak ayah Alana, Albert, saat ia melihat anak gadisnya yang bersiap untuk pergi dari rumah di saat hampir larut malam seperti ini.

Alana menghentikan langkahnya sejenak lantas menolehkan kepalanya untuk menatap ayahnya. Ia hanya menaikkan sebelah alisnya seraya mengedikkan bahunya dengan cuek sebelum kembali melanjutkan langkahnya untuk pergi dari rumahnya yang sebenarnya tidak pantas untuk disebut sebagai rumah.

Wajah Albert tampak mengeras saat melihat respons Alana yang tak memedulikan perkataannya sedikit pun. Ia lalu melangkah untuk mengejar gadis itu lantas langsung mencekal tangannya yang membuat Alana langsung menghentikan langkahnya.

Alana meringis pelan saat Albert mengubah cekalannya menjadi sebuah cengkeraman yang menyakitkan di pergelangan tangannya yang mungil. Ia meronta kecil untuk melepaskan cengkeraman tersebut. Rasanya benar-benar sakit sekali.

"Kamu memang anak nggak tahu diri! Mau ngapain kamu keluyuran malam-malam begini? Mau jadi pelacur seperti Ibumu?!" teriak Albert yang terlihat begitu emosi.

Alana membungkam mulutnya, tidak berniat menyahuti perkataan ayahnya sedikit pun. Ia sibuk dengan tangannya yang kini terasa panas. Ia kembali meronta, kali ini lebih kuat. Ia benar-benar benci ketika sudah melakukan kontak fisik dengan ayahnya. Tak ada kelembutan layaknya seorang ayah pada anaknya.

"Jawab! Kamu tuli?!" Albert kembali berteriak. Putrinya itu sepertinya telah berhasil membuatnya menjadi semarah itu.

Alana menghentikan segala rontaannya. Ia lalu menatap tepat ke manik mata ayahnya, menyampaikan seberapa tersakiti dirinya saat ini. Ia marah ketika ayahnya berlaku kasar kepadanya, tetapi ia jauh lebih kecewa ketika ayahnya sudah bersikap seperti ini.

"Kau ... bajingan," desis Alana dengan matanya yang menyipit tajam.

Albert semakin murka saat mendengar Alana berkata kurang ajar kepadanya. Matanya tampak melotot tajam dengan wajah yang sudah merah padam. Ia lalu melepas cengkeramannya di tangan Alana dengan kuat yang membuat gadis itu langsung tersungkur di lantai.

Alana meringis pelan seraya memegangi pergelangan tangannya yang sempat menjadi korban keganasan ayahnya. Ia yang tak mau kalah dengan ayah-nya pun langsung menatapnya dengan tajam, tak merasa takut sedikit pun dengan kemarahan sang ayah. "Bajingan," ia kembali mengatakan kalimat yang sama.

"Kurang ajar!" teriak Albert seraya melangkah mendekati Alana dengan langkah lebar yang penuh dengan amarah. Tanpa pikir panjang, ia langsung menampar wajah Alana sampai meninggalkan bekas merah di pipi gadis itu.

Setelahnya, pria yang menyandang gelar sebagai ayah Alana itu pun berbalik dan meninggalkan putrinya yang baru saja mendapatkan perlakuan kasar darinya itu.

Alana mengembuskan napas panjang saat melihat ayahnya yang sudah menghilang dari pandangannya. Ia lalu tersenyum miris seraya berusaha untuk menahan air matanya yang sudah ingin keluar dari tempatnya.

"Sabar, Alana," ucapnya kepada dirinya sendiri seraya mengelus dadanya lantas menghela napas berulang kali untuk menenangakan dirinya sendiri.

Ia lalu bangkit dari duduknya lantas menatap pergelangan tangannya yang kini sudah berubah warna menjadi kebiruan. Ia kemudian menyetuh bekas tamparan ayahnya yang ada di pipinya dan merasakan perih di sana. Untuk yang kesekian kalinya, ia kembali menghela napas panjang.

I Can't Stop Loving YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang