1. Kehidupan setelah kematian

72 14 7
                                    


'Ukkhhh' Sunoo beranjak bangun dari tidurnya, berlari cepat menuju wastafel ia memuntahkan hampir seluruh isi perutnya. Rasa pusing yang mendera membuatnya menggenggam erat sisi wastafel sebelum melepasnya dengan kaget. Tunggu, bukankah ia sudah mati? Apa ini mimpi sebelum Tuhan menjemputnya?

Dengan ketakutan ia menyentuh setiap inchi tubuhnya memeriksa kemungkinan bahwa ia telah menjelma sebagai jiwa tanpa raga.

"Apa yang kau lakukan?'' Seseorang mengejutkannya. Dengan sedikit ragu ia berbalik.

''Hyung?'' Sunoo menatap tak percaya kehadiran Heeseung dibelakangnya.

"Hmmm---'' Belum sempat Heeseung menjawab tubuh mungil Sunoo sudah melompat memeluk erat tubuhnya.

''Hyung aku merindukanmu." Sunoo terisak pelan. "Maaf, karenaku kau harus mengalami hal buruk itu,'' sambungnya semakin erat memeluk tubuh tinggi beraroma vanila Heesung.

Menghela nafas, perlahan Heesung ikut memeluk tubuh mungil dan halus teman sekamarnya. "Mimpi buruk?'' tanyanya heran.

Sunno menganggukan kepalanya. "Mmm, mimpi yang sangat buruk." keluhnya masih menangis. Mendengar itu Heeseung tertawa keras. Seolah melihat anak berumur lima tahun dengan gemas ia mengusap rambut Sunno penuh kasih sayang. ''Semua itu hanya bunga tidur jadi jangan terlalu dipikirkan. Apa kau lapar? Ibuku mengirim beberapa makanan untuk kita." hiburnya. Dengan lembut Sunoo menatap jemari mereka tertaut.  Keresahan yang semula menggila perlahan padam tergantikan rasa tenang dan nyaman yang menggeluti hatinya.

Benar semuanya hanyalah sebuah mimpi dan Sunoo berjanji tak akan pernah membiarkan mimpi itu menjadi kenyataan.

Setelah menikmati beberapa hidangan yang membuatnya rindu, Heeseung dengan keras kepala memaksa pemuda itu untuk menghadiri studinya.

"Hyung aku masih pusing,'' sunoo mengerutkan bibirnya berpura-pura.

"Tidak, kau sudah berjanji untuk menyelesaikan kuliahmu tahun ini ingat?" Heeseung menarik paksa Sunoo memasuki pelataran Universitas yang telah ramai.

''Awassss!!"

Terlambat, sebuah sepeda melaju kencang menabrak tubuhnya membuat ia jatuh terjelungup.

"Sial, apa kau buta?" Sunoo reflek berteriak pada seorang pemuda berkemeja biru muda yang sedang meringis menutupi lututnya.

"Maaf, maafkan aku.'' lirih pemuda itu membuat Sunoo mematung ngeri.

"Apa kau baik-baik saja?" Heeseung membantu Sunoo berdiri lalu memeriksa lengannya yang terluka.

Menemukan kesadarannya Sunoo mengangguk pelan lalu beralih menatap pemuda itu. 'Dia hidup' ucapnya dalam hati. Yang Jungwon, pemeran utama dalam kehidupan masa lalunya. Orang yang membuatnya kehilangan hidup dan juga putranya. Seseorang yang menjadi duri dalam pernikahan indah  yang seharusnya berakhir bahagia.

Jungwon mengangkat kepalanya menatap penuh penyesalan pada Sunoo yang masih memandang lekat sosoknya.

"Maaf, ma--'' belum selesai Jungwon berucap Sunoo memilih berlalu meninggalkannya yang masih jatuh terduduk ditempatnya.

.
.

"Sunoo--''

'Yak Kim Sunoo !!!''

Heeseung menarik tubuh Sunoo agar berhenti melangkah lagi. Dipeluknya tubuh gemetar pemuda itu dengan erat. Ia tak tahu apa yang salah, tapi sejak pagi ini ia merasa ada yang berbeda dengan sikap temannya itu. Dan sejak kapan ia begitu pandai memaki. Meski terasa aneh ia menganggap tingkahnya sangat lucu.

"Apa kau marah? Aku yakin orang itu tak sengaja menabrakmu tadi..'' bujuk Heeseung.

Sunoo menggelengkan kepalanya. "Hyung, maaf tapi bisakah kau membiarkanku sendiri sekarang?" Sunoo melepas pelukan heeseung lalu kembali berlari. Menghilang secepat mungkin ditengah kerumunan mahasiswa.

Jantungnya masih berdebar cepat. Seolah telah melihat hantu wajah putihnya semakin memucat. Rona merah yang biasa menghiasi pipinya menghilang. Sunoo tahu, ia tak mungkin bisa menghentikan takdir. Tapi sekarang ia sangat ingin mengubah alurnya. Namun, pertemuan singkat tadi seolah menelan semua keyakinannya sebelumnya.

Deru nafasnya memburu seiring pijakan terakhirnya dilantai teratas gedung fakultas seni tempatnya belajar kini.

Sebuah tempat lapang dan gelap, bahkan beberapa laba-laba terlihat disetiap sisi menunggu sarangnya.

Klikk!

Setelah mengunci pintu ia menjatuhkan tubuhnya disebuah kursi tua berdebu ditengah ruangan. Perlahan feromon yang ditahannya sejak pagi keluar deras mengelilinginya. Sebuah aroma mawar yang memabukkan membuat kegelisahannya perlahan memudar.

"Tolong biarkan aku hidup lebih lama..'' ucapnya pada keheningan.

Tanpa ia sadari jauh dalam kegelapan tiga pasang mata tengah menatapnya penuh minat.

Seorang Omega yang terlihat seperti kelinci ketakutan adalah hal yang indah untuk dilewatkan.

.

.

To be continued

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

After Ending ( BXB )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang