Prolog

139 17 0
                                    

Cinta pada pandangan pertama? Apa di zaman yang sudah sangat modern ini masih mempercayai dengan yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Tentu saja tidak.

Aruna seorang guru di sebuah tempat les  untuk kalangan atas, sungguh tidak memahami dengan yang di ucapkan orang-orang terkait jatuh cinta pada pandangan pertama.

Hidup di tengah orang-orang yang memiliki banyak uang membuat Aruna sangat realistis, dan tidak suka berandai-andai. Apalagi dengan sebuah cerita cinderella yang sering dia dengar saat masih kecil membuat Aruna merasa jengah dengan hal-hal yang berbau dengan pangeran yang jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang putri cantik yang ternyata merupakan seorang upik abu.

Apa mungkin sikap realistis Aruna karena pernah mengalami hal serupa dengan cinderella? Tentu saja jawabannya iya. Aruna pernah mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama dengan seorang pria tampan, yang kaya raya, tapi kisah cinta Aruna tidak semulus dengan kisah cinta Cinderella. Aruna harus mengalami yang namanya tidak di restui oleh keluarga besar sang kekasih dengan dalih bahwa Aruna tidak berada satu kalangan dengan mereka.

Aruna memahami itu, dan memilih untuk berhenti, walaupun tidak di pungkiri bahwa itu sangat menyakitkan.

Dari sana lah Aruna  tahu bahwa sesuatu yang menurutnya baik tapi mungkin saja tidak baik di mata orang lain.

"Ru, ponsel lo dari tadi dering terus." Ucap Kirana, salah satu sahabat Aruna di tempat Les.

Aruna menatap sekilas pada nama yang tertera dari panggilan telepon ponsel nya dan memilih untuk kembali memeriksa lembaran kertas soal anak muridnya tanpa mau mengangkat panggilan telepon.

Panggilan telepon pun berhenti dan tak lama kembali berdering, Aruna hanya menghela nafas panjang dan tetap memilih mengacuhkan panggilan tersebut.

"Hubungan lo sama keluarga lo masih buruk, Ru?" Tanya Kirana tanpa menyadari bahwa raut wajah Aruna langsung datar jika mendengar obrolan menyangkut yang namanya keluarga.

Panggilan telepon kembali berdering, namun kali ini bukan dari salah satu saudaranya melainkan dari sang mantan kekasih yang terus menghubungi nya.

Aruna menatap malas pada ponsel nya dan langsung menekan tombol on/off hingga ponselnya pun mati.

"Gue tahu kalau lo sebenarnya masih cinta kan sama Raga?" Celetuk Kirana.

Aruna menatap Kania masih dengan tatapan datar. "Iya kan?" Ucap Kirana lagi.

Aruna menghela nafasnya pelan. "Setelah mutusin buat putus, perasaan gue buat Raga udah ilang." Ujar Aruna jujur.

Kirana menatap Aruna dengan tatapan lekat, memang di matanya Aruna memberikan kejujuran bahwa perasaannya untuk Raga memang telah berangsur-angsur menghilang.

"Padahal dia ganteng, pilot lagi." Kata Kirana sangat menyayangkan bahwa Aruna melepaskan seorang pria tampan dan mapan seperti Raga Bratawijaya.

"Ya udah sama lo aja." Celetuk Aruna kembali melanjutkan aktivitas nya, memeriksa lembaran jawaban dari para muridnya.

Kirana melotot. "Sembarangan! Gue udah mau nikah sama Edwin!"

Aruna mengedikkan kedua bahu nya ke atas. "Kali aja lo mau mutusin Edwin dan milih Raga, kan siapa yang tahu." Kata Aruna cuek.

Kirana menggeleng. "Di hati gue hanya tertera nama Edwin seorang." Ucapnya seraya tersenyum penuh kegembiraan.

Aruna hanya menggeleng kan kepalanya pelan, sahabatnya itu memang sangat mencintai tunangannya.

Tak lama terdengar petir yang cukup kencang dan di ikuti oleh guyuran air hujan yang sangat deras dari arah luar.

Aruna menatap ke arah luar jendela yang masih menampilkan kilatan petir yang saling menyaut satu sama lain.

My Police ✔️ JAEHYUN X WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang