1

79 19 0
                                    

Aruna menghentikan motornya tepat di depan gerbang kosannya.

Kosannya memang tidak terlihat seperti kosan pada umumnya, namun terlihat seperti sebuah apartemen. Memang tidak mewah namun tetap nyaman, karena dari tempat itu lah Aruna merasa nyaman dan terlindungi walaupun tempat tinggalnya saat ini tidak semewah rumah ayahnya.

Mata Aruna menyipit begitu melihat seorang pria yang tengah berdiri dan asyik mengobrol dengan salah satu satpam.

Melihat siapa yang tengah mengobrol, Aruna memilih masuk dan berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai 3.

Aruna menyadari bahwa pria itu melihat dirinya masuk ke dalam dan tanpa diberitahu pun pria itu berjalan mengekori Aruna masuk.

"Dek." Panggil nya membuat Aruna sama sekali tidak mau menoleh.

Aruna tetap berjalan ke arah lift yang masih tertutup.

"Aruna!" Kembali pria tersebut memanggil Aruna dan lagi-lagi Aruna tidak menggubris panggilannya.

"Papa sakit, masuk ICU. Keadaan nya kritis." Ucapnya berhasil membuat Aruna menolehkan kepalanya.

"Papa sakit." Ucapnya kembali dengan ekspresi wajah yang begitu sedih. "Kamu pulang ya sama abang?"

Bukan nya menjawab, Aruna memilih membalikkan kembali wajahnya dan menatap ke arah lift yang kini sudah terbuka lebar.

"Apa segitu bencinya kamu sama keluarga kamu sendiri sampai kamu gak mau pulang?" Tanya nya begitu melihat Aruna masuk ke dalam lift. "Apa perlu Papa, Mama, abang, mbak Dita sama Reval sujud di kaki kamu dan minta supaya kamu mau maafin kita?" Tanya nya berhasil membuat Aruna tertegun.

Aruna menahan air matanya yang ingin turun dengan cara mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat. Aruna tidak ingin kesedihan nya di ketahui oleh kakaknya, dia tidak ingin kembali terlihat lemah.

"Saya gak punya keluarga, keluarga saya sudah lama mati saat Papa anda menyiksa dan mengusir saya dalam keadaan terluka 5 tahun lalu. Ah tidak saya memang sudah tidak memiliki keluarga sejak ibu kandung saya meninggal dunia." Ucap Aruna sembari melengoskan kepala nya ke arah  lain.

Belum sempat Damar membalas perkataan Aruna, pintu lift sudah tertutup dengan sempurna.

Dan begitu pintu lift sudah tertutup, Aruna menangis sejadi-jadinya.

Dia merutuki kebodohannya yang masih terlihat lemah jika berhadapan dengan keluarganya. Keluarga yang sudah membuangnya karena dia menolak perjodohan yang di rencanakan oleh Papa nya.

Lagi pula Aruna sudah kehilangan sosok Papa yang selama ini selalu melindunginya dan bersikap baik dan hangat kepada Aruna semenjak Aruna masih kecil.

Yang Aruna ingat, Aruna hanya mendapatkan kasih sayang yang melimpah dari mendiang ibu kandung nya.

Ya, Aruna merupakan anak dari istri kedua ayahnya. Papa nya yang merupakan seorang perwira TNI menikah diam-diam dengan ibu nya, pernikahan itu di laksanakan sewaktu papanya mendapat tugas di luar pulau dan jauh dari istri pertama.

Waktu itu istri pertama Papa tengah mengandung anak ketiga mereka dan menolak untuk ikut pergi ke wilayah tempat Papa bertugas.

Sedangkan ibu kandung Aruna yang merupakan seorang suster yang pada saat itu juga ikut di pindah tugaskan ke tempat yang sama dengan Papa.

Entah bagaimana, Papa dan ibu Aruna bisa jatuh cinta dan melaksanakan pernikahan tanpa sepengetahuan istri pertama Papa.

Sebaik-baik nya menyimpan bangkai lama-lama akan tercium juga, itulah perumpamaan yang menggambarkan situasi kedua orang tua Aruna.

My Police ✔️ JAEHYUN X WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang