3

92 21 2
                                    

"Den tadi ada orang yang nitipin dompet milik neng Aruna kesini." Ucap satpam menghentikan langkah kaki Reval.

Reval yang berniat akan segera masuk kedalam rumah jadi urung saat mendengar nama adiknya di sebut.

"Dompet?" Beo Reval heran, namun tangan nya tetap mengambil dompet coklat milik Aruna.

"Katanya dia nemu dompet neng Aruna di warung kopi." Tanpa meminta penjelasan, sang satpam terlebih dahulu menjelaskan apa yang dia ketahui kepada Reval.

Reval mengangguk. "Makasih ya mang." Kata Reval dan segera bergegas masuk ke dalam rumah.

Begitu masuk kedalam rumah, dia terdiam sebentar saat melihat sang ibu yang terlihat sibuk di dapur.

Terlihat jelas wajah sang ibu yang begitu kuyu, lingkaran hitam di bawah matanya pun terlihat sangat jelas, kulit putih yang biasanya terawat kini sedikit kusam.

Ibu nya benar-benar terlihat sangat lelah dan stres, mungkin karena kondisi ayah nya yang masih koma dan belum terlihat tanda-tanda perubahan.

"Mama lagi ngapain?" Tanya Reval sembari mencium tangan sang ibu dengan takzim.

"Biasa lagi nyiapin bekal buat di rumah sakit nanti." Jawaban sang ibu sembari di iringi sebuah senyuman yang begitu teduh.

"Mama malam ini di rumah aja, biar Reval yang jaga Papa di rumah sakit. Lagian bang Damar juga bilang mau jaga Papa." Kata Reval.

Mama menganggukkan kepalanya, namun kedua tangan nya tetap sibuk memasukan berbagai macam lauk dan buah-buahan kedalam wadah.

"Mas udah bujuk Aru buat pulang?" Tanya Mama.

Reval menggeleng. "Bang Damar masih usaha buat bujuk Aru ma." Jawab Reval.

Mama menghela nafasnya pelan. "Mama selama 5 tahun ini terus merasa bersalah sama Aru. Mama memang merasa jika selama ini sikap mama memang belum bisa baik, tapi saat itu mama sedang berusaha. Berusaha menerima Aru dengan lapang dada, berusaha menerima kehadiran Aru di kehidupan kita. Memang Aru tidak bersalah dan tidak ada sangkut pautnya dengan pengkhianatan Papa, tapi tetap saja saat melihat Aru, mama tidak bisa selapang itu." Mama menatap wajah Reval, terlihat jika kedua mata Mama berkaca-kaca. "Tapi setelah Aru pergi, selama 5 tahun terakhir ini mama menyesal. Mama merasa kehilangan, mama gak bisa jauh dari Aru. Rasanya dada mama sakit. Sakit saat mama memikirkan keadaan Aru selama 5 tahun terakhir ini, apa dia bisa makan dengan baik, tidur dengan nyaman, apa Aru sehat? Itu yang selama 5 tahun mama fikirkan."

Tangisan Mama akhirnya pecah, mama menangis di pelukan Reval.

"Mama mau minta maaf sama Aru, mama menyesal karena gak bela Aru, mama menyesal karena belum bisa menjadi ibu yang baik bagi Aru."

"Ma saat ini abang lagi usaha, kalau perlu Reval juga bisa kok bujuk Aru. Tapi kan kata bang Damar kita gak bisa mendekati Aru secara serempak. Kita harus pelan-pelan mendekati nya supaya Aru gak kabur lagi, Ma." Kata Reval.

"Mama tenang dan do'akan saja semoga bang Damar bisa membujuk Aru." Reval terus mengusap punggung sang ibu.

Melihat ibu nya yang sudah lebih tenang, Reval menghembuskan nafasnya pelan.

Selama 5 tahun ini keluarganya memang di liputi oleh rasa bersalah kepada Aru. Terlebih sang ayah.

Dia tidak menyangka dengan kepergian Aru meninggalkan luka di hati mereka masing-masing.

Sosok Aru yang ceria dan selalu berusaha untuk bisa dekat dengan mereka, hingga sosok Aru yang tiba-tiba mulai berubah dan terlihat menjaga jarak saat awal-awal Aru masuk kuliah sampai sosok Aru yang memutuskan untuk benar-benar menjauhi keluarganya membuat Reval dan yang lainnya amat merasa bersalah.

My Police ✔️ JAEHYUN X WINTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang