17

43 9 1
                                    

Setelah telepon dari bundanya dimatikan, Barra langsung berdiri untuk pergi dari rumah Cakra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah telepon dari bundanya dimatikan, Barra langsung berdiri untuk pergi dari rumah Cakra.

"Gue pulang ya, bunda gue nyuruh pulang". Ucap Barra kepada kedua temannya.

Almira dan Cakra mengangguki ucapan Barra. "Hati-hati pulangnya". Jawab Almira.

Karena belum terlalu larut malam, jadi masih ada bus yang mengarah ke rumah Barra.

Barra menaiki bus itu. Di dalam bus dia sudah menyiapkan mentalnya untuk dimarahi dan diceramahi kedua orangtuanya.

Tidak terasa, Barra sudah sampai di depan jalan menuju rumahnya. Dia langsung turun dari bus dan berjalan menyusuri jalanan itu.

Dia berjalan sambil memainkan jari-jarinya. Dia sangat takut saat ini, jantungnya juga berdetak sangat cepat.

Ketika sampai di deoan rumahnya, Barra mengetuk pintu rumahnya terlebih dahulu.

*Tok tok tok...

Suara pintu yang diketuk oleh Barra. "Masuk...". Suara sahutan bundanya dari dalam.

Barra dengan pelan membuka pintu itu. Dia masuk lalu duduk di sofa ruang keluarga.

Disana sudah ada ayah dan bundanya yang menunggu dirinya. Barra tidak sanggup menatal ayahnya. Napasnya menjadi tidak beraturan.

"Barra... Ayah mau ngomong serius sama kamu. Jadi, kamu harus jawab dengan jujur Barra". Ucap ayahnya yang menghancurkan kehenjngan disana.

"Apa kamu benar dan yakin, bahwa kamu menyukai sesama jenis?". Lanjut ayahnya Barra.

Barra diam sejenak, lalu mengangguk. "Benar ayah... Barra sepertinya menyukai sesama jenis". Jawab Barra.

"Lalu, siapa laki-laki yang kamu sukai itu?". Ayahnya kembali bertanya.

"S-sepertinya a-aku menyukai D-devano yah". Kata Barra sambil terbata-bata.

"Apakah Devano juga menyukaimu?". Kata Ayahnya Barra.

Barra mengangguk. "Dia juga suka sama aku yah, dia janji bakal ngejaga aku yah". Barra menjelaskan kepada ayahnya.

"Ayah tidak melarangnya jika Devano benar-benar tulus menjaga kamu". Ucap Ayah Barra. Barra yang masih mencerna ucapan ayahnya hanya terdiam.

Tiba-tiba matanya melotot dan mengangkat wajahnya untuk menatap ayahnya.

"A-ayah gak ngelarang aku sama Devano?". Kata Barra untuk memastikan ucapan ayahnya.

"Iyaa, kalo kamu bahagia sama dia dan dia bisa benar-benar tulus menjaga kamu. Ayah gak akan melarang itu". Balas Ayahnya Barra.

Barra menangis sambil tersenyum karena terharu. Dia juga berdiri dari duduknya dan berlari untuk memeluk ayahnya.

Barra tidak menyangka, ayahnya bisa menerima anaknya yang berbeda dengan orang lain.

Only You [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang