05. Akhir riwayat [END]

310 46 7
                                    

Meloroman

Jungkook berkali-kali dibuat mendengus sebal sebab perkara ban pecah menghambat perjalanannya, urusan pekerjaan harusnya sudah rampung sejak pagi, tetapi berbagai kendala terjadi tanpa diduga sampai menjebaknya sampai pukul enam sore. Setelah memastikan tidak ada masalah di gudang penyimpanan, ia berkendara untuk pulang dan siap memberi laporan pada Taehyung.

Ia memasuki mansion dengan raut lelah, sambil membuka kancing teratas Jungkook menaiki anak tangga menuju ruang kerja milik Taehyung. Tidak pernah ada yang janggal sebelumnya, tepat ketika Jungkook melintasi lorong di mana para pelayan sibuk menutup gorden-gorden, Jungkook dengar mereka menyebut-nyebut nama Song Jiu.

"Apa yang sedang terjadi di sini?"

Kalimatnya membuat para pelayan itu segera berbalik, saat didapatinya sosok Jungkook yang tak kalah menawan dari sang empu mansion, para belia itu segera meminta maaf sambil memberi gerakan genit dengan membusungkan dadanya. Salah satu dari mereka berniat menjelaskan pada Jungkook, tetapi aksi itu gagal sebab kedatangan Taehyung membuat para pelayan segera undur diri.

"Jangan menggoda mereka, kau masih terlalu kecil untuk main perempuan," ujar Taehyung.

"Aku tidak bermaksud membuat mereka adu payudara seperti tadi. Tapi, seperti sedang terjadi sesuatu di sini."

"Hanya perasaanmu. Bagaimana datanya? Sudah kau kirimkan?" Pun Taehyung mengalihkan pembicaraan.

"Sudah kukirim lewat email."

"Mari bahas itu di ruang kerjaku."

Kedua pria itu berjalan beriringan, di tengah langkah mereka tiba-tiba saja pertanyaan kecil keluar dari bibir Jungkook. "Aku dengar para pelayan tadi membicarakan, Jiu. Ada sesuatu terjadi padanya?"

"Tidak ada."

"Dari nada bicaramu, pasti ada."

Taehyung berdecih sebelum akhirnya langkahnya berhenti. "Kau nampak sangat penasaran dengan urusanku."

"Apa itu soal Jiu? Dia baik-baik saja?"

Taehyung mengedikkan bahunya. "Mana kutahu kalau sekarang, terakhir yang kulihat dia baik."

Jungkook hampir tidak percaya oleh apa yang barusan ia dengar, tanpa bisa mengendalikan diri, ia mencengkram kerah Taehyung. "Aku tanya sekali lagi, apa yang sedang terjadi?!"

Taehyung dengan segera menghempas cengkraman pada kerahnya. "Kalau kau beruntung, kau mungkin bisa menemukannya masih di sekitaran Gwangjeo. Wanita itu, daripada menjadi budakku, dia lebih memilih mempertahankan anaknya."

-----

Sudah sejak dua jam salju turun, lantas mantel yang mendekap tubuhnya tak lagi dapat membantu. Gigi Jiu bergemelatuk, bibirnya pecah-pecah sebab kedinginan. Dalam cuaca yang ekstrem seperti ini harusnya ia tidak berkeliaran, mengingat usia si jabang bayi juga masih rentan, trotoar yang membeku bisa membuatnya tergelincir kapan saja.

Namun, Jiu tidak punya banyak pilihan. Ketika ia memutuskan untuk mempertahankan anaknya, maka ia harus siap angkat kaki dari sisi Taehyung. Jiu sudah terlalu jahat dengan menyusun rencana licik, ia tidak akan sanggup jika harus melakukan sebuah kejahatan lagi—melakukan aborsi pada janinya. Tidak, Jiu tidak mau membunuh anaknya sendiri. Ia memang mencintai Taehyung seluas samudra, tetapi ia tidak bisa mengorbankan anaknya demi pria itu.

Meski demikian, tidak sebersit pun niat untuknya mengadu pada Jungkook yang  notabene adalah ayah dari bayinya. Sejak kepergiannya pagi tadi, Jiu bahkan tidak punya tujuan. Ia berdiam diri di halte bus seharian penuh, sampai akhirnya memutuskan untuk berjalan ke kedai jajangmyon favoritnya sambil berharap salju mereda.

Meloroman [M]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang