FYI: kalau tulisannya miring (italic) artinya lagi flashback ya guys.
Happy reading🌷
__________________Abelia melangkah gontai menuju tempat yang biasa dia gunakan untuk menyendiri—sebuah sudut sepi di belakang gedung sekolah, dekat area yang sering digunakan para siswa untuk merokok diam-diam, terutama Sevia. Tempat itu tidak terlalu mencolok, hanya dikelilingi pagar tua yang sudah berkarat dan beberapa pohon rindang yang melindunginya dari pandangan siapa pun.
Saat sampai, Abelia menghempaskan diri ke salah satu bangku kayu yang sudah usang. Kepalanya bersandar lelah, sementara pandangannya kosong menatap langit yang mendung. Angin sore berembus pelan, seolah mengingatkannya bahwa hari ini memang tidak berjalan sesuai harapannya.
Abelia menghela napas berat. Hari ini seharusnya menjadi hari yang berbeda—hari di mana dia bisa membuat Deandra memperhatikannya. Dia sudah mempersiapkan segalanya sejak pagi, dari rambutnya yang ditata rapi hingga pakaian yang dipilih dengan hati-hati. Bahkan Aksara sempat memuji penampilannya tadi pagi, meskipun dia hanya menanggapinya dengan setengah hati.
Namun, semua persiapan itu terasa sia-sia. Bukannya mendapatkan perhatian Deandra, dia malah mendapat kejutan lain yang tidak pernah dia duga. Aksara tiba-tiba mengungkapkan perasaan. Pengakuan itu terus terngiang di kepalanya.
"Saya cemburu waktu tahu Mbak Abel suka sama Deandra."
Abelia mengusap wajahnya dengan kedua tangan. Dia tidak tahu harus bereaksi seperti apa saat itu, tapi sekarang rasa kesal mulai merayapi hatinya. Kenapa Aksara harus merusak semuanya? Kenapa Aksara harus menyukai dirinya, padahal Abelia tidak pernah sekalipun memikirkannya seperti itu?
Dan Deandra ... Abelia merasa hatinya teriris lagi ketika bayangan Deandra yang berjalan dengan gadis itu muncul di benaknya. Gadis itu cantik, anggun, dan terlihat begitu sempurna di sisi Deandra. Abelia merasa seperti orang bodoh—berdandan habis-habisan hanya untuk mengetahui bahwa Deandra sudah punya pacar.
Air mata yang sejak tadi dia tahan akhirnya jatuh, mengalir pelan di pipinya. Abelia menggigit bibir, berusaha menahan isakannya agar tidak terdengar. Dia tidak ingin terlihat lemah, bahkan ketika tidak ada seorang pun di sini.
“Apa gue bodoh? Apa gue selama ini terlalu berharap banyak?” gumamnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri.
Hatinya semakin panas. Entah karena sakit hati terhadap Deandra atau karena kesal pada Aksara yang tiba-tiba saja membuat semuanya semakin rumit. Dia meremas rok seragamnya, mencoba mengalihkan rasa marah yang terus tumbuh di dadanya.
"Kenapa harus lo, Aksara? Kenapa bukan Deandra yang suka sama gue?" gumamnya sambil menendang kerikil yang bertumpukan di bawah kakinya.
Setelah beberapa saat terdiam, Abelia menghapus air matanya dengan kasar. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. Namun, satu keputusan mulai tumbuh di pikirannya.
“Gue nggak mau ketemu lo lagi, Sa,” gumamnya pelan, tapi penuh dengan kepastian.
Abelia merasa, jika dia terus berada di dekat Aksara, semuanya hanya akan menjadi semakin sulit. Perasaan Aksara yang dia ketahui sekarang hanya membuat hubungan mereka terasa canggung dan tidak nyaman. Dia ingin tetap menjaga pertemanannya dengan Aksara, tapi dia tahu itu mustahil jika Aksara tidak bisa mengendalikan perasaannya.
Dia bangkit dari bangku itu, menghirup udara dalam-dalam, lalu berjalan pergi. Kali ini, dia berjanji pada dirinya sendiri untuk menjaga jarak. Dia tidak ingin terjebak dalam kekacauan ini lebih lama lagi. Baginya, menyelamatkan dirinya sendiri adalah pilihan terbaik untuk saat ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/328810948-288-k359727.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Way Back Home
Teen FictionKata Aksara, hidup itu hanya butuh dua bekal utama: sabar dan tabah. Dengan keduanya, kamu bisa menjadi orang baik, katanya. Sebuah nasihat yang terdengar bijak-tapi tidak berlaku untuk Abelia. Sabar dan tabah? Abelia sudah menelan mentah-mentah itu...