Chapter 2

20.5K 1.7K 72
                                    


Prilly's Pov

Oke. Dia tampan sekali. Awalnya kukira seorang hacker itu akan berpenampilan super culun dan out of date. Berkacamata bulat dengan tompel di pipinya dan ia hanya berteman gadget serta komputer jaman perang. Hahahaha, bayanganku terpengaruh film jadul di masa lalu, meskipun Ali memakai kacamata juga. Kupikir dia akan memakai fashion tahun 2015-an. Tapi perhitunganku meleset. Jujur, aku sampai terpana melihat wajah tampannya. Bukan apa-apa. Di permukaan aku sudah banyak menemui laki-laki tampan. Kebanyakan dari mereka adalah keturunan campuran. Kulit mereka memang putih namun tidak bersih.

Cobalah liat Tuan hacker kita ini. Tubuhnya tinggi berisi, sangat seksi. Kutaksir ada enam petak sawah di perutnya. Belum lagi dadanya yang bidang, sangat nyaman untuk bersandar. Wajahnya? Ada kata lain yang lebih mewakili kata tampan? Matanya coklat gelap, hidungnya mancung menantang setinggi langit. Dan bulu matanya lebat sekali seperti milik perempuan. Bibirnya merah penuh sangat manis seperti madu.

"Dari mana lo belajar bobol brankas?" tanya Ali padaku tanpa mengalihkan pandangan dari gadget di tangannya.

"Enggak belajar. Otodidak aja," jawabku enteng.

"Jadi lo mempertaruhkan keberhasilan tim gw dengan kemampuan lo yang belum teruji itu? Gue nggak akan ngebiarin orang lain yang bukan siapa-siapa, masuk ke dalam tim gw dan ngerusak semua rencana!"

Nada suara Ali meninggi. Memang apa yang salah dengan belajar secara otodidak?

"Lo bisa kok nguji kemampuan gw," jawabku pasti.

"Gw nggak yakin anak manja kayak lo bisa ngebongkar brankas segede rumah. Motif lo apa bergabung sama orang rendahan kayak gw? Kita orang bawah Bos, nggak cocok sama kehidupan lo!"

"Bisa nggak jangan ngomongin latar belakang? Lo tau Bokap gw siapa? Buat dia gw kayak gini! " cercaku tak kalah sengitnya.

"Apa yang bisa dilakuin sama perempuan pembenci daun bawang kayak lo?" ujar lelaki tampan nan songong ini meremehkan.

Aku terdiam lama. Kenapa dia bisa tahu kalau aku sangat membenci daun bawang? Siapa dia sebenarnya? Paparazzi?

"Dari mana lo tau gw benci daun bawang?" tanyaku yang bahkan tak memedulikan ucapannya yang sebenarnya merendahkanku.

Ia menolehku terkejut, menggigit bibir bawahnya. Mungkin bingung harus menjawabku apa. Kemudian ia berdiri, berbicara pada mesin minuman dingin di sudut ruangan. Saat kembali ia membawa dua kaleng cola dan memberinya satu untukku. Dasar labil, inikah sikap seorang yang hampir ketahuan.

"Dari mana lo tau gw benci daun bawang?" Ulangku lagi.

"Siapa yang nggak tau lo? Tiap gw buka jaringan internet ada aja iklan yang nayangin muka lo. Dari ukuran sepatu juga semua orang tau," jawabnya tak acuh.

Aku berpaling pada Azell yang sibuk merakit peledaknya. Kuamati laki-laki yang juga tampan itu seksama.

"Lo tau ukuran sepatu gw Zell?" tanyaku pada Azell.

Azell mendongak, menatapku geli. Ia menoleh ke arah Ali sebentar. Baru ia tertawa cengengesan, "Nggak mungkin 42 kan ya Prill?" katanya sambil tertawa.

Kulempar tutup botol di tanganku ke arahnya. Dia pikir kakiku kaki gajah apa, sembarangan.

"Gila lo. 38 ukuran kaki gw. Nggak kurang nggak lebih. Harus pas!" sahutku.

"Nah. Berarti gw udah tau ukuran kaki lo sekarang. 38 kan?"

Gila! Pantas Azell menjadi ahli strategi. Dia pandai memancing orang lain mengungkap rahasia tanpa perlu menanyakannya.

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang