Chapter 4

17.8K 1.7K 67
                                    


Ali's Pov

Seusai membawanya ke Race malam itu, aku tidak mengantarnya sampai di depan istana. Aku yakin itu terlalu beresiko. Hanya sebelum dia masuk ke dalam gerbang, aku benar-benar mengawasinya. Bahagia? Pasti. Tiga tahun aku memujanya dan seharian ini aku bebas menggenggam tangan mungilnya.

Hari ini, delapan hari setelah aku membawanya ke arena Race kala itu, gosip tentang hubungan kami masih belum redup. Entah dari mana infotainment itu mendapat gambar-gambar eksklusifku dan Prilly. Tagging di hotline berita benar-benar menggelikan.

News : PRINCESS AND PRINCE OF THE FUTURE. MESHACH AND PRILLY.

HOT: Meshach Ali dan Vanessa Prilly. Perpaduan sempurna masa depan Indonesia.

Fotoku tengah membukakan pintu mobil untuk Prilly dipajang sebagai tampilan berita ini. Sungguh, aku tidak sadar ada yang mengambil foto kami malam itu.

Dalam berita yang lain, ada gambar saat aku menarik jemari Prilly di depan Nick.
Romantisnya Vanessa Prilly Anggara dan Meshach Ali Narendra saling Menggenggam Tangan.
Itu, adalah caraku membuat Prilly nampak berharga di mata Nick, bukan sebagai santapan berita.

Tatapan penuh Cinta Pengusaha muda terkaya pada Putri Orang Nomor Satu di Indonesia. Foto yang ditampilkan adalah saat aku duduk di samping Prilly dan gadis itu tengah bercerita mengenai Nick padaku. Demi apapun, terlibat dengan Prilly adalah sama dengan membiarkan hidupku dikonsumsi oleh pencari berita.

Jarang terlihat jalan berdua, Meshach protektif melindungi Prilly di sampingnya.

Dari putra Menteri Pertahanan, Prilly beralih memacari eksekutif muda penuh talenta nan kaya raya.

Dan masih banyak lagi gosip lainnya yang muncul di layar-layar digital sudut kota. Kehidupan pribadiku mulai ditelisik satu per satu. Tidak hanya di layar digital, di dunia maya pun tak kalah hebohnya.

Baru saja ingin kuletakkan tabletku, benda itu bergetar. Layanan interface dari Prilly ternyata.

"Kenapa orang gila?" Ucapku saat wajah Prilly muncul dengan cengirannya di layar tabletku.

"Aliiii!!! Lo masih sehat kan? Nggak frustasi sama pemberitaan di media?" teriak Prilly ceria di seberang sana.

Kupasang wajah sebalku padanya. Ia justru terkikik geli, "Lo nggak tau rasanya dikejar-kejar wartawan ya?" sungutku.

"Hahahahaha. Gw mah udah biasa Li. Ehm, lo lagi buka cctv istana negara nggak?" balas Prilly tanpa rasa bersalah sama sekali.

Aku menggeleng. Ini jam kerja dan seharusnya aku menyelesaikan pekerjaanku. Bukan malah melakukan interface dengannya.

"Ah nggak seru." Prilly mendesah kecewa.

"Lo tu yang odong. Udah ah. Gw mau kerja. Tar malem gw jemput. Kita ke bawah. Siapin alasan ke penjaga lo. Karna kita nggak akan naik dalam waktu 3 hari,"perintahku.

"Yeay, akhirnya lo nglepasin gw dari pasungan ini. Siap Big Bos, gw siap abis jam 7 ya. Perlu dandan yang cantik nggak?"

Ahhh, pertanyaan yang bodoh. Apa dia sedang berusaha memikatku? Dia tidak tahu aku sudah terpikat sejak lama.

"Heh!!! Lo pikir gw jemput lo buat candle light dinner? Sekalian aja lo ajakin pengawal lo makan bersama. Biar akrab!"

"Hahahhaa. Galak amat sih lo. Yaudah, selamat bekerja ya My Prince. Hehehehehe. Bye Ali!!"

Guardian AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang