"Tenang aja, om. Haning ga ada di kamarnya. Udah Maurel ajakin jalan supaya dia lupa sama kesedihannya."
"Om titip Haning ya, Rel."
"Siap, om. Maurel bakalan jagain Haning."
Itu percakapan singkat sebelum pada akhirnya Maurel benar-benar menculik cewek berponi yang saat ini tengah ia bonceng itu untuk pergi ke mall. Tidak ada protes apapun dari Haning saat motor yang dikemudikan oleh Maurel itu berlabuh ke salah satu mall besar yang ada di kota ini.
Selama di eskalator, Haning berceloteh, menyuarakan rundown yang ada di kepalanya itu pada Maurel. Tanpa sadar, tangan anak itu melingkar ke lengan Maurel sembari mulutnya komat-kamit masih dengan memberitahu Maurel tentang keinginannya.
"Nanti gue mau main di Timezone ya, Rel. Trus gue mau nonton juga, kayanya film animasi yang gue pengenin masih tayang deh. Trus mau makan juga ntar kalo udah lumayan laper. Hmm.. sama mau liat baju dan make-up boleh ga?" tanyanya, menoleh ke orang yang dia gandeng itu.
Maurel hanya mengangguk pasrah sembari memperlihatkan senyuman getirnya. Ia bukannya tidak ikhlas mengajak jalan Haning. Ia juga bukannya tidak senang, justru Maurel malah sangat senang jika Haning lupa dengan kesedihannya. Terlebih lagi, kini Haning sedang bergelayut manja di lengannya. Anak itu sungguh menggemaskan dan membuat Maurel luluh. Maurel terlihat pasrah bukan karena tidak antusias, dia hanya ingin menyimpan energinya saja.
"Timezone dulu atau nonton dulu ya, Rel?" tanya Haning.
"Eum.. terserah lo aja. Mau yang mana dulu? Bills on me kok, santai." ujar Maurel.
"Eum.. nonton dulu yuk?" ajak Haning.
Maurel mengiyakan dan mengangguk, setelahnya mereka berdua menuju XXI. Film yang tayang hari ini variatif dan dari berbagai genre, termasuk horor dan animasi. Maurel menyarankan horor, tapi Haning tidak mau.
"Kalo takut nanti ngedusel di gue aja." katanya.
"Dih, enak di elo kalo kaya gitu mah." cibir Haning membalas.
Haning akhirnya pilih animasi, dan Maurel hanya menurut saja. Setelah dua tiket sudah ada di tangan Maurel, keduanya masuk menuju audi sesuai dengan yang ada di tiket. Tempat duduk mereka cukup strategis, berada di tengah dan tak terlalu atas maupun bawah. Jadi leher mereka aman, tidak akan pegal karena terlalu mendongak ataupun menunduk.
—————•••—————
"Suka ga tadi sama film-nya?" tanya Maurel, dan Haning menggeleng.
"Not really." ujarnya sembari mengedikkan bahu.
"Gue bilang juga apa. Jelek kan? Mending pilih horor tadi." kata Maurel.
"Ya mending pilih film animasi lah, meskipun jelek tapi gue masih bisa tonton. Daripada pilih horor tapi gue ga bisa tonton, yang ada ntar sepanjang film gue cuma ngedusel ke elo doang." celoteh Haning.
"Ya bagus dong!" timpal Maurel dengan senyuman miring.
"Dih, elo ntar aji mumpung jadinya." cibirnya.
Keduanya saat ini tengah duduk di salah satu kursi yang ada di foodcourt mall ini. Dua cup es krim dengan topping Boba dibawa oleh staff foodcourt di atas nampan dan diletakkan di meja yang ditempati oleh Haning dan Maurel. Tak lama setelah itu, satu porsi sushi karage roll berisi 6 buah itu pun dimakan untuk berdua.
Keduanya tak ingin makan berat karena sebentar lagi Haning ingin mengajak Maurel main ke Timezone. Cewek berponi dengan pipi chubby itu sangat adiktif dengan permainan. Dari dulu hingga sekarang, Haning akan selalu sama. Lebih lama menghabiskan waktu di Timezone jika sedang berada di mall.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step-sister | bbangsaz
FanfictionSampai kapanpun Haning nggak akan pernah ikhlas kalo Papanya nikah lagi, apalagi nikahnya sama Mamanya Maurel. Haning nggak mau tinggal seatap sama Maurel, cewek paling nyebelin yang pernah Haning kenal. ❏ bbangsaz lokal story ❏ gxg, harsh word © ka...