Halo mina-san. Sorry kalo update nya ga berjadwal. Thank you juga udah nunggu, karena jujur aja cerita saya formal banget awokawok. Jadi ada beberapa karakter yang mungkin kurang ic/in character.Warning fluffy and angst.
Malam itu, sepi. Orang-orang pergi merayakan perayaan ujian chunin. Terkecuali bagi mereka yang sama sekali tidak memiliki urusan.
"Itu akan lebih buruk jika kau tidak menutupnya." Jiraiya berbicara sambil menatap lengan Orochimaru yang memar. Sanin ular terkena serangan dari pertarungan chunin di hutan kematian, sial padahal ia berusaha menenangkan kedua tim setelah perebutan gulungan.
"Hanya sedikit." Orochimaru menjawab dengan sedikit ketus. Ia tidak peduli dengan luka kecil di tangannya. Lagi pun Jiraiya...
Orochimaru mengingat bagaimana kenangan mereka berakhir dengan cara yang konyol. Lagi-lagi dirinya merasa bodoh karena melakukan hal konyol di malam itu, dan sanin ular selalu mencoba menjaga jarak dengannya.
Orochimaru mengangkat kotak peralatan di tangannya, sambil mengabaikan keberadaan yang lain.
Beberapa menit berjalan, dan sanin ular masih memindahkan beberapa barang yang di perlukan untuk ujian chunin selanjutnya.
"Kau butuh bantuan?" Ujar Jiraiya, kini ia mendekat, berjalan bersampingan dengan Orochimaru.
"Tidak perlu, lebih baik kau bantu Tsunade di sana." Orochimaru menatap ke wanita yang sibuk dengan kertas di tangannya, bersama beberapa orang yang berada di sekitarnya.
Orochimaru mengangkat ketiga kotak sekaligus. Melirik Jiraiya dengan alis nya yang terangkat, tampaknya ia masih bingung apakah ia harus membiarkan Orochimaru melakukan pekerjaannya sendiri, ataukah..
Hendak berbicara kembali, langkah Jiraiya terhenti saat ia melihat bocah lelaki yang mendekati sanin lainnya dengan tergesa-gesa. Ia tidak berpikir dirinya selalu sendiri kurang mengerti yang lain.
"Biar saya bantu, anda tidak seharusnya membawa beban seberat ini dengan luka di tangan anda, akan saya periksa setelah ini." Bahkan sebelum Orochimaru dapat menjawab, Kabuto mengambil salah satu kotak. Hendak mengambil yang lainnya, tapi sanin menghentikannya.
"Satu saja, itu berat." Ia menahan kotak yang hampir jatuh dari pegangannya.
Kabuto mengangguk, membenarkan posisi kacamata nya yang merosot di hidungnya. "Apa anda ingin makan malam di luar?"
"Mungkin. Saya lapar setelah seharian disini." Ujarnya, melihat ke tangan kanannya yang tersenyum senang dengan tawarannya yang di terima.
Kabuto sedikit mengalihkan pandangannya ke sanin lainnya yang sebelumnya berbicara dengan 'pujaannya' dia sedikit cemburu.. memang. Kabuto tipe yang cemburuan, itu sebabnya ia segera mengambil tindakan.
.
.
.
.
.Orochimaru memutuskan untuk makan di kedai sekitar tempat itu. Ramen Ichiraku, sebenarnya ia tidak terlalu memiliki selera makan. Mungkin ia akan memesan menu yang ringan. Namun karena Kabuto tampaknya lapar, ia memutuskan untuk mengajaknya ke toko ramen, toko Ichiraku Ramen juga terkenal di Konohagakure.
"Paman, ramen besarnya satu!" Ujar Kabuto, ia sudah menempati tempat duduknya di depan Orochimaru. Melihat tuannya yang fokus menatap ke minumannya. Entah apa yang ia pikirkan.
Orochimaru menatap ke pak tua itu, dan memesan menu tanpa sekalipun melirik Kabuto untuk memastikan.
"Miso, dan minuman hangat yang biasa." Jadi tuannya suka makan disini?
Kabuto duduk dalam diam, bukan menjadi hal yang tidak biasa. Karena keduanya tidak terlalu suka mengobrol di ruangan yang tidak memiliki privasi untuk mereka. Apalagi Orochimaru. Jadi, jika mereka makan di luar kecuali di rumah, keduanya memutuskan untuk tidak membuka topik tertentu untuk menghindari kecanggungan. Padahal.. Kabuto tampak tidak keberatan dengan itu, ialah orang yang selalu membuka topik.
.
.
.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angels [Orokabu]
RomanceCinta yang membuatnya seperti ini. Rasa sakit melahirkan trauma baru, Orochimaru berpikir apakah ada pengganti baru yang akan mengobati trauma di hatinya? Orochimaru terengah-engah setelah teriakannya. "Akankah ada seseorang yang dapat mengantikan...