Kakinya menyusuri tiap jengkal lantai besar dengan suara bising orang-orang yang berlalu lalang. Lee Jeno dengan perawakannya yang tinggi nan gagah membuat siapa saja merasa segan untuk menyapa dirinya, namun hari ini sesuatu yang berbeda muncul.
Lee Jeno menjadi tak seperti biasanya—yah, kalian tahu dia akan bertemu dengan seseorang yang spesial.
"Jangan ganggu dia Jaem, aku peringati kau sekali lagi," tegas Jeno seraya membenarkan Rolex hitam yang melingkari pergelangannya, menambah kesan dominan terpancar keluar dari tubuhnya.
Jaemin memutar bola matanya malas, "Ha! Tahu wajahnya saja tidak!"
"Seperti cantik saja," gerutu Jaemin saat ia berjalan sedikit lebih cepat dari Jeno.
"Kau bilang apa barusan?"
"Apa?!"
Jeno menarik kaos putih yang Jaemin kenakan, membuat empunya menjauhkan wajah karena terlalu dekat. "Bangsat! Jauhkan wajah jelek mu itu dariku!"
"Kau bilang apa tadi?"
"Secantik apa yang kau maksud itu?"
Jaemin bernafas lega setelah Jeno melepas cengkraman dari kaos putihnya yang mahal, ya, sangat mahal. Pandanganya mengawang ke atas membayangkan sosok tersebut.
Netra tajamnya menyisir satu persatu lautan manusia di sekitarnya, kemudian senyumnya mengembang lebar, "Cantik. Dia pasti sangat cantik."
Jaemin memasang tampan datar, "Memang kau tahu wajahnya, Lee?"
"Aku..." mati sudah dirinya. Pertanyaan Jaemin jadi membuatnya berpikir. "Hehe... aku tak pernah bertukar foto dengannya."
Rekan sejawatnya kembali merotasikan matanya malas. Bagaimana bisa seorang figur direktur utama dapat dengan mudah jatuh cinta pada seseorang hanya bermodalkan aplikasi dating, yang pasti hanya melihat dari ketikannya saja? Lebih gila lagi karena melihat wajahnya pun Jeno tak pernah.
"Lalu kau tahu dia cantik darimana?"
Jeno menggaruk tengkuknya kikuk, "Errr... melihat dari foto profilnya, sih."
Lalu bagaimana jika Jeno dibohongi?
Bagaimana jika ternyata semua ini hanya tipu daya? Bagaimana jika ternyata wanita itu sangat jelek? Bagaimana jika wanita itu tidak sesuai dengan ekspektasi Jeno? Atau, bagaimana jik—
"Tunggu saja dan jangan berpikir yang tidak-tidak," perintahnya. Sedikit tersirat ragu dalam kalimatnya saat sadar tatapan Jaemin mengintimidasinya.
Bagaimana jika iya, kalau wanita ini tak akan sesuai ekspektasinya yang cantik, mulus, tinggi, wangi, pintar, mapan, bersih, nan seksi.
Ah, yang benar saja! Mengapa aku jadi gugup begini?! Begitulah pikirannya kini kalut sendiri. Jaemin barusan merusak seluruh imajinasinya.
Ia memilih mengabaikan eksistensi sang teman di sebelahnya. Dibukanya ponsel keluaran terbaru miliknya itu, menunggu notifikasi seseorang yang ditunggu muncul dari sana.
"Tapi dia wanita, 'kan, Jen?" Jaemin menginterupsinya. Jeno hanya mengangguk, tak ingin menanggapi lebih jauh, "Aku kira kau akan mengencani laki-laki—Aduh!"
"Kau pikir aku akan mengencani pria, Na Jaemin?"
Lagi-lagi Jeno bimbang dibuatnya. Bagaimana jika ternyata teman aplikasi dating nya itu adalah seorang pria? Seram!
"Kenapa aku tidak minta untuk bertukar foto saja waktu itu, ya?"
"Itu memang kau saja yang bodoh—Hei! berhenti memukul kepalaku, bodoh!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hey Blondie - NOREN
Fiksyen Peminat"Kau yakin dia seorang wanita?" "Apa kau berpikir aku akan mengencani seorang pria, Na Jaemin?" Awalnya, Jeno kira ia telah berhasil menggaet seorang wanita cantik, mapan, seksi, pintar, di umurnya yang sudah terlampau matang melalui aplikasi dating...