KNOCK KNOCK LOVING YOU (Yizhan)

230 13 4
                                    

Yizhan Fanfiction

By Dyanxian1005

Genre : Fanfiction, Romance, Fantasi


Aku tidak tahu aku ini disebut apa. Dewa, malaikat, peri. Entahlah. Namun pada saat seorang anak manusia  mengalami masalah dan kesulitan, tanpa makna tertentu, mereka memohon pada kekuatan yang lebih besar. Sejauh ini, tak ada seorang pun yang membuat hidupku berwarna selain abu-abu dan hitam. Tak ada seorang pun bertanya tentangku yang tak akan pernah mati walaupun ratusan tahun telah berlalu. Selama hidupku, aku tidak banyak melihat manusia yang bertekad kuat dan mampu mengusikku. Hingga akhirnya suatu malam aku mendengar. Detik sesosok mahluk sepertiku merasa tersentuh adalah saat yang berbahaya. Sentuhan itu begitu kuat, menimbulkan emosi yang membawa ribuan sensasi. Aku mendengar suara lembutnya, wajah indahnya di cermin alam. Bahkan di malam tergelap pun, cahayanya merekah begitu indah, lantunan kata demi kata merasuk dalam jiwa.

Wahai dewa, malaikat, iblis, peri, atau siapa pun ... aku---Xiao Zhan, memohon padamu, datanglah sebagai pelindungku, dan wujudkan keinginanku ...

*****


Hari yang baru datang lagi dengan lapisan awan merah muda dan kuning. Ketika matahari menelan kamarnya dengan sinar keemasan selembut satin, Xiao Zhan terjaga. Berkeringat dingin, dan sendirian. Pagi yang sepi dihiasi suara ketukan ranting di jendela dari pohon magnolia yang tumbuh di samping rumahnya. Xiao Zhan mendengarkan napas beratnya di balik pikiran yang kacau, setiap kali kesunyian merayapinya.

"Zhan ... " panggilan sang ibu di luar pintu kamar diiringi ketukan perlahan.

"Ibu pergi sekarang. Sarapanmu sudah disiapkan."

Tanpa menunggu jawaban darinya, ia mendengar derap langkah kaki menjauhi kamarnya. Xiao Zhan menatap pintu dengan tatapan kosong. Kemudian ia bangkit, duduk di tepi ranjang, merasakan piyama yang dia kenakan lengket di punggungnya seiring denyutan sakit di beberapa bagian tubuhnya.

Rasa sakit ini hanya perlu waktu beberapa hari untuk sembuh, tapi tidak dengan ingatan buruk yang tertanam di benaknya. Setiap denyutan rasa sakit mengingatkan Xiao Zhan pada pukulan kakak senior berandalan di kampusnya. Menoleh ke jendela, ia memandang matahari, begitu polos merangkak naik di ufuk timur, dan ia menjadi gelisah saat pagi menjelang, karena ia tahu ketika kakinya menjejak halaman kampus, ancaman itu dimulai, dan ia selalu kalah, pada akhirnya.

Sarapannya adalah roti lapis dan secangkir teh. Cukup untuk pagi yang mendebarkan sebelum ia menemui banyak kesulitan dan masalah di kampusnya. Setelah itu, ia akan duduk terombang-ambing di dalam bis kota, memeluk tasnya, memandang jalanan dan berharap tak pernah sampai. Xiao Zhan tidak tahu mengapa kawanan senior yang menyebut diri mereka Genk X selalu saja mencari masalah dengannya. Empat orang pemuda yang lebih tua, menertawakan, mengejek, dan terkadang memukul seorang mahasiswa baru hanya karena ia terlihat seperti kelinci polos dan manis, seolah menunggu untuk digoda atau disakiti. Sialnya lagi, ketua Genk X menyukai dirinya, dan ia mengatakannya tanpa malu seolah berpacaran secara paksa adalah hal yang sederhana.

Langkahnya lambat dan ragu melewati gerbang kampus, disambut suara-suara percakapan dan tawa dari beberapa mahasiswa yang sedang berkumpul dan berlalu lalang. Dia tidak banyak melakukan kontak mata, hanya menunduk lesu dan berjalan menuju ruangan kelas designer graphis yang ia ikuti pagi ini. Hembusan angin pagi meniup anak rambutnya, menggetarkan dedaunan pohon di halaman kampus, menyapu semak bunga yang dipangkas rapi dengan beberapa tanaman aster putih di sudut tertentu. Aster putih mengingatkan Xiao Zhan akan kematian ayahnya. Melirik sekilas, angannya kembali terbang ke hari itu, di rumah duka, foto sang ayah terpasang anggun di dekat dupa yang menyala dan buket bunga Aster putih. Usianya kala itu baru  dua belas tahun. Pikirannya menelusuri setiap detail peristiwa, tapi semua nyaris memudar kecuali gambaran wajah sang ayah dan tekad yang bergema dalam hatinya.

Kumpulan Cerita Peserta Lomba Yizhan & ZhanyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang