ME, AND YOUR CONDOM (Zhanyi)

560 26 0
                                    

Bab 1

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bab 1

Sebagai direktur di perusahaan kondom terkenal di Cina. Xiao Zhan khawatir pada penjualan produknya yang menurun.

 
Ia bertemu Wang Yibo, pemilik toko terbesar mainan dewasa di Cina, yang menganggap produk Zhan sudah kuno.
 
Untuk membuktikan kualitas produknya, Zhan rela mengujinya sendiri. Tapi, bagaimana caranya?
 

.
.
 

Tangan Zhan gemetar, saat ia memasukkan benda lunak elastis ke dalam senjatanya yang mengacung. Sebuah pembuktian diri, bahwa apa yang ia produksi layak jual dan kualitasnya terjamin.
 
Tapi tidak mungkin ia bermasturbasi menggunakan kondom ini. Apa gunanya? Ia butuh sesuatu untuk menampung senjatanya. Sedangkan kondom akan jadi wadah agar spermanya tidak berceceran dimana-mana.
 
Sebelumnya ia tak pernah merasa harus mencoba produknya sendiri. Karena baginya kondom hanyalah sebuah alat biasa, yang fungsi utamanya menahan sperma dan sterilisasi kegiatan pasutri agar tercegah dari kemungkinan penyakit menular.
 
Itu awalnya. Namun, perkembangan jaman berubah. Kebutuhan hidup manusia yang dinamis, membuat gaya hidup konsumtif berubah jadi prestise.
 
Kondom menjadi sesuatu yang kuno dan tua. Terutama bentuk dan bahan dasarnya yang sudah ketinggalan jaman. Diperparah lagi oleh adanya produsen-produsen sex toys yang semakin berani berpromosi. Membuat orang-orang lebih banyak mengandalkan benda itu untuk mencari kepuasan, daripada praktek langsung dengan pasangan.
 
Ditambah lagi cuitan di twitter dari seorang pemilik toko sex toys di Cina, yang secara terang-terangan menyebut produk Zhan sudah tak laku di pasaran, tidak layak diproduksi lagi.
 
Memang benar, sejak perusahaan sex toys asing masuk ke Cina. Penjualan kondom perlahan mengalami penurunan. Itu bisa dirasakan dampaknya dengan penurunan saham yang menyertai.
 
Zhan mulai mencari cara untuk mendongkrak penjualan dengan datang ke toko-toko sex toys terkemuka untuk mencari referensi. Apa kaitannya dengan penurunan nilai jual sebuah kondom.
 
Dari tujuh toko yang tersebar di antara Nanjing. Ada salah satu toko besar yang mengklaim diri sebagai surganya mainan. Karena produknya yang lengkap dan pelayanan karyawan yang memuaskan.
 
Toko itu dimiliki seorang pria usia 65tahun bernama Lee Juin. Kesehariannya adalah terbang ke negara-negara penghasil sex toys untuk diimpor ke tokonya. Ya ... itu yang tertulis di koran harian.
 
Sebelum Zhan turun ke lapangan, ia harus mencari tahu dulu medan yang akan ia datangi. Mencoba mengenali sang pemilik dari media sosial dan menelisik sudut toko dari tayangan di aplikasi.
 
Hari ini, Zhan akan mendatangi toko pilihannya, yang digadang-gadang sebagai yang terbesar di Cina.
 
Zhan menyiapkan diri, memilih pakaian biasa dengan topi agar ia tak mudah dikenali. Menghindari kemungkinan terburuk penyamarannya terbongkar. Sebab ... marga Xiao pernah menempati posisi teratas sebagai produsen kondom terkemuka di Cina selama satu dekade. Pasti ada beberapa orang yang akan mudah mengenali wajahnya.
 
Berkendara sendiri memakai mobil pinjaman karena tentu mobil Zhan terlalu mahal untuk dibawa dalam misi penyamaran. Ia juga menyiapkan kartu kredit biasa jika suatu waktu harus melakukan pembayaran. Tidak mungkin ia menunjukkan black card-nya di sana.
 
Zhan sudah melihat betapa besarnya toko sex toys bernama happy joy itu dari tayangan vlogger youtube. Tapi melihat sendiri dengan empat mata. Membuat Zhan takjub. Jiwa pebisnisnya geleng-geleng kepala.
 
Ia turun dari mobilnya lalu disambut dua karyawan laki-laki dan perempuan yang menawarkan diri untuk menemani Zhan memilih. Untuk menghindari kecanggungan dan tentu karena seorang wanita lebih detail menjelaskan. Zhan memilih gadis itu untuk menemani.
 
"Cari yang seperti apa, Tuan?"
 
"Fitur yang bagaimana? Atau mau mencari boneka sex terbaru yang bisa duduk sendiri di paha kita?"
 
"Eum ...." Zhan berpikir sebentar. Betapa lengkapnya fitur produk di sini. Zhan tidak tahu harus mulai dari mana.
 
"Apa pemilik tokomu ada?" Zhan bertanya tanpa basa-basi. Ia terlalu bingung jika harus melihat satu-satu barang yang dipajang. Mungkin ia harus bertemu si pemilik toko untuk bertanya langsung produk andalan mereka.
 
"Hum ... maaf pemilik toko masih sibuk."
 
Zhan menghela napas, lanjut berkeliling kemudian menemukan sebuah benda yang panjang dan bulat dengan bulu-bulu halus di pinggirnya. Mirip sekali dengan pen*s yang asli.
 
Zhan memegangnya, mengelusnya pelan. Kemudian seseorang dari arah belakang memberinya penjelasan.
 
"Ini dildo terbaru yang menyerupai pen*s sungguhan, bahkan bulu-bulunya diambil dari salon-salon potong rambut dari rambut manusia asli. Akan ada sensasi geli dan tentu fantasi yang lebih nyata saat bermain dengannya."
 
Zhan menoleh, melihat seorang pegawai berdiri di belakangnya. Terlihat sangat tampan untuk ukuran seorang pelayan. Senyum di bibirnya misterius sekali, seakan mencurigai Zhan ingin mengutil di sana.
 
"Sekarang banyak pilihan mainan sex yang sesuai kebutuhan. Itulah mengapa orang kita yang mayoritas masih lajang. Lebih memilih membeli mainan sex daripada melakukan sex bebas menggunakan kondom."
 
Merasa tersinggung akan opini pelayan itu, Zhan tersulut emosinya. Ia menyahut dengan nada tinggi ucapan pelayan muda itu. "Kondom dan mainan jelas berbeda. Benda mati tetaplah benda mati, sementara kondom berfungsi melindungi barang hidup dan nyata. Dan lagi ... kondom minim resiko."
 
"Tapi tetap saja, itu tidak bisa memberikan kepuasan saat sendirian. Sementara mainan sex bisa dibawa kemana-mana dan menolong orang-orang yang sedang horni tanpa pasangan."
 
"Itu jelas konteks yang berbeda untuk dua hal yang dibuat dengan fungsi berbeda pula," sahut Zhan tak terima. Mulai melepas topinya karena dahinya mulai berkeringat. Padahal ac masih menyala.
 
"Kalau begitu ... untuk apa seorang direktur perusahaan kondom datang ke toko kami sambil menutupi identitas aslinya? Mobil butut, pakaian lusuh dan berlagak seolah pelanggan?"
 
Deg!
 
Jantung Zhan seperti dihantam palu besar. Ia terkejut hingga sulit menggerakkan bibirnya.
 
Kenapa semudah itu penyamarannya bisa diungkap?
 
 
 
 

Kumpulan Cerita Peserta Lomba Yizhan & ZhanyiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang