Prolog

3 1 0
                                    

"ARRENKEL kaya biasanya gue bawain lo makanan gue taro di atas meja lo, jangan lupa dimakan ya oh iya satu lagi, nih." ceza memberikan permen yang tadi sempat ia beli di kantin.

arrenkel yang hanya diam saja tidak mengambil permen itu membuat ceza menghela nafas pelan cewe itu meraih tangan arrenkel dan menyimpan permen itu di telapak tangan cowo itu.

"kalo gitu gue ke kelas dulu ya see you ganteng."

"berhenti kasih gue makanan za, gue gk butuh itu." suara yang keluar dari mulut arrenkel berhasil membuat langkah ceza terhenti cewe itu mundur beberapa langkah agar bisa berhadapan lagi dengan arrenkel. "dan berhenti nyuruh gue lakuin itu ar karena gue bakal berhenti kalo gue mau." ceza tersenyum setelahnya ia benar-benar pergi meninggalkan arrenkel yang hanya diam di tempatnya.

ceza memasuki kelasnya yang sudah sangat ramai duduk di tempatnya melipatkan kedua tangan diatas meja dan langsung tertidur tanpa memperdulikan teman-temannya yang sedari tadi berbicara, sekarang ia hanya ingin tidur karena tadi pagi ia bangun lebih pagi karena membuatkan bekal untuk arrenkel.

"za gimana tadi? lancar gk?." raisa teman sekaligus sahabatnya menghampiri dan duduk di sampingnya.

ceza menatap raisa jenuh, bagaimana tidak setiap kali ia memberikan makanan kepada arrenkel selalu penolakan yang ia dapat. "seperti biasa, penolakan."

raisa hanya tersenyum cewe itu mengelus punggung ceza. "saran gue jangan berlebihan za, kita masih SMP jadi mending kita lakuin hal yang kita suka aja dari pada lakuin hal yang gk penting itu."

"hal yang gue suka ya itu, gangguin arrenkel dan menurut gue itu bukan hal yang gk penting."

sangat keras kepala raisa hanya menghela nafas panjang mendengar jawaban sahabatnya itu.

"sa ada yang nyariin kamu di depan tuh."

menyernyit raisa berdiri dari duduknya berjalan keluar kelas menghampiri orang yang katanya mencarinya, menatap kebingungan orang di depan nya. "lo nyari gue ren?."

arrenkel cowo itu berdiri di depan nya dengan tatapan yang dingin. "happy birthday sa." ucap arrenkel seraya memberikan paper bag berwarna hijau tosca warna kesukaannya.

"kok lo bisa tau kalo hari ini gue ulang tahun?."

"apa sih yang gk gue tau dari lo."

"boleh kita foto berdua?." lanjut arrenkel sambil mengeluarkan ponsel nya yang diangguki raisa.

keduanya berfoto bersama dengan senyum yang merekah diwajah mereka.

tanpa keduanya sadari sedari tadi ceza mengamati mereka tanpa sekalipun mengalihkan pandangan, ia senang bisa melihat senyuman arrenkel tetapi ia juga sedih karena bukan dirinya yang menjadi alasan cowo itu tersenyum.

sebenarnya ia sudah mengetahui kalau arrenkel menyukai raisa sahabatnya tapi apa tidak boleh jika dirinya juga menyukai cowo itu?.

cinta segitiga yang sekarang sedang ia alami sungguh membuatnya kepikiran ada satu hal yang membuat pikiran nya tidak tenang, apakah raisa juga menyukai arrenkel? pertanyaan itu yang selalu ada di pikiranya. ia takut jika raisa juga menyukai arrenkel.

ArrenkelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang