Awal Dari Semua

17 1 1
                                    

Lima sahabat, Lisa, Ryan, Alex, Sarah, dan Kevin, berkumpul dengan penuh semangat di depan rumah Lisa untuk memulai liburan akhir pekan yang menjanjikan di sebuah gunung terpencil. Masing-masing dari mereka membawa tenda, peralatan hiking, dan kamera untuk merekam momen-momen indah selama perjalanan mereka.

Sebagai petualang yang penuh semangat, mereka telah merencanakan perjalanan ini selama berbulan-bulan. Namun, mereka juga tidak bisa mengabaikan cerita-cerita seram yang beredar di antara penduduk setempat tentang hantu misterius yang berada di gunung itu. Konon, hantu itu suka menampakan diri saat ada yang bersiul di malam hari, dan ceritanya telah menjadi mitos yang dikenal di daerah tersebut.

Saat matahari mulai tenggelam, kelima sahabat itu berbaur dalam riuhnya alam. Udara pegunungan menyegarkan, dan cahaya jingga senja menciptakan panorama yang memesona di sekitar mereka. Meskipun langit sudah mulai gelap, mereka masih punya cukup waktu untuk menyusuri jalur pendakian menuju kawasan perkemahan yang indah di puncak gunung.

Namun, semakin gelap malam, semakin merayap pula rasa takut dalam hati mereka. Beberapa kali mereka saling menatap dengan ketegangan, tapi tetap berusaha menertawakan kecemasan mereka dengan candaan ringan.

"Kita gak akan percaya sama mitos-mitos semacam itu, kan?" ujar Lisa, berusaha meredakan ketegangan. "Ini hanya liburan akhir pekan yang menyenangkan bersama teman-teman!"

"Sekarang semua orang tenang saja," tambah Ryan sambil tersenyum lebar. "Kita punya satu sama lain, jadi apa yang bisa terjadi?"

Mereka pun mengobrol panjang lebar sambil menikmati malam yang indah di bawah langit berbintang. Namun, meski mencoba untuk berpura-pura tenang, bisikan-bisikan tentang hantu misterius masih membayangi pikiran mereka, menciptakan ketidaknyamanan tak terduga di tengah malam yang sunyi.

Tidak disangka, suara desisan angin yang aneh dan bisikan samar mulai terdengar. Wajah mereka seketika mengerut, namun mereka bersama-sama meyakinkan diri bahwa itu hanya imajinasi belaka. Candaan dan tawa mereka kembali mengisi udara, tetapi ada perasaan tidak nyaman yang tak terbantahkan di hati mereka.

Sekali lagi, mereka terjaga oleh desisan angin malam yang misterius. Namun, kali ini, mereka merasa ada sesuatu yang berbeda. Ketegangan mulai merayap kembali ke dalam diri mereka, dan bisikan-bisikan itu semakin jelas, hingga menciptakan rasa ketakutan yang tak bisa mereka hilangkan begitu saja.

Sarah memegang bahu Alex dengan cemas, "Kamu dengar itu, kan? Suara apa itu?"

Alex mengangguk, matanya memindai kegelapan sekitar, mencari sumber suara yang tak dikenal. "Aku gak yakin, tapi kita harus tetap tenang. Mungkin ada alasan sederhana di balik semuanya."

Namun, suasana yang tadinya ceria seketika berubah tegang. Mereka terus menerus mendengarkan desisan angin dan bisikan samar, semakin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres di sekitar mereka.

Ketakutan mulai merambat, dan satu per satu, sahabat-sahabat itu saling bertatap muka, mencari dukungan satu sama lain. Mereka menyadari bahwa liburan akhir pekan ini tidak akan berjalan seperti yang direncanakan. Ada ketegangan yang tak bisa diabaikan, dan mitos tentang hantu itu tampak semakin nyata di depan mata mereka.

Kevin mencoba mengalihkan perhatian, "Baiklah, bagaimana kalau kita menyiapkan api unggun di sini? Mungkin akan membuat suasana lebih hangat dan menyenangkan."

Lisa berusaha tersenyum, "Baiklah, aku setuju. Api unggun akan membuat kita lebih nyaman."

Dengan berusaha mengatasi ketakutannya, mereka merangkak mencari kayu-kayu kering untuk menyalakan api unggun. Namun,

rasa ketidaknyamanan dan kekhawatiran tetap menghantui mereka. Ketika api unggun menyala, seolah-olah itu adalah satu-satunya cahaya yang ada di tengah kegelapan malam.

BISIKAN MALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang