3. T-go

12 0 0
                                    

Sang mentari memang tak pernah bohong. Ia bersinar terang ketika senang, meredup ketika galau, dan gerimis ketika sedih datang. Mereka mencurahkan perasaannya lewat berbagai cara. Alah satunya dengan datangnya awan mendung kala manusia berkabung di pemakaman.

Tanpa kita sadari, alam pun turut juga menyaksikan kehidupan kita. Mereka mengiringi tumbuh kembang kita sedari kecil. Bahkan mereka sudah lebih dulu hadir walau kita tak menyadari kehadirannya.

Alam memanglah unik. Manusia saja yang serakah. Disaat hujan terus mengguyur, manusia mengeluh. Lalu saat kemarau menghadang, manusia menginginkan hujan cepat-cepat datang.

Mereka tak menyayangi alam tapi malah mengharapkan kasih sayang dari alam. Mencemari setiap bagian alam tapi murka saat alam melakukan protesnya.

Sebagai manusia yang bijaksana, sudah saatnya kita menjaga kelestarian dan kebersihan alam. Jangan mengotori apalagi merusak alam. Jika manusia dan alam bisa berinteraksi dengan damai maka alampun akan mendampingi kita dengan baik.

Seperti ini contohnya, disaat cuaca yang tak bersahabat seperti sekarang, dimana awan terus saja menetap di suatu tempat. Memberikan efek gelapnya seakan-akan mengisyaratkan jika mereka juga sedang merasakan perasaan yang sama dengan yang manusia rasakan.

Awan itu terus bergerombol, membentuk suatu pasukan melindungi tubuh manusia yang tengah dihinggapi rasa galau yang berlebih.

" Aah....., " helaan nafas terdengar seiring langkah kakinya yang terus bergerak. Insan manusia yang sedang dilindungi ribuan awan itu perlahan pergi meninggalkan tempatnya termenung.

Langkahnya sungguh gontai, seperti tak ada keniatan disana. Ia bergerak bagai zombie tak bernyawa. Melewati puluhan badan tanpa membuka mulut sedetikpun.

" Yakh Haruto...!!" teriak seseorang yang ternyata mampu menghentikan langkah si zombie bernyawa itu. Tapi itu tak berlangsung lama, karna pemuda itu hanya melirik dalam satu gerakan kemudian kembali bergerak.

" Oi.. Watanabe Haruto...!! Haruto Stop Disana...!!! Haruto, elo tuli ya ? Gue bilang STOP...!" teriakan itu makin lama makin meninggi. " Stop disana wahai budak...!!"

Skakmat. Kalimat terakhir itu ternyata ampuh juga membuat sang zombie menghentikan langkah. Si pelontar kalimat-lebih menjurus ke cacian sih-  dengan cepat mendekat, menggapai bahu sang target dan menariknya hingga wajah Haruto bertemu dengannya secara jelas.

" Cih..., Ngaku juga lo sebagai budak gue !" ejek pemuda itu yang langsung dibalas dengan tatapan sangar oleh sang target. " Emang ya budak dimana-mana tuh sama saja, tidak bisa dilembutkan sedikit saja. Gue udah ngomong dengan sopan tapi elo minta gue berkata lebih bijak "

Dengan bijak katanya ?? Haruto mendengus kesal mendengar Jihoon mengucapkan kalimat sopan tersebut. Pandangannya lalu ia lempar ke arah lain, menghindari Jihoon sebisa mungkin. Dia ingin segera hilang dari pandangan pemuda itu secepatnya. Ada hal lain yang perlu Haruto cari tahu.

" Permisi, gue banyak urusan !"elaknya dingin . Haruto mencoba melepaskan cengkraman tangan tersebut, namun sang empu tak ada keniatan untuk menurutinya. Ia malah mempereratnya, mendecih sebal sambil melayangkan tatapan tak rela hingga membuat Haruto meringis kesakitan.

" Lepas..!! Gue nggak ada waktu buat bercanda Jihoon..!" geram Haruto menatap sang lawan bicara bak serigala pemburu.

Sudah 1 minggu sejak kedatangan Haruto di lingkungan misterius ini. Ada banyak hal aneh yang terjadi. Semuanya sungguh di luar nalar. Pikiran Haruto rasanya tak kuat menampung beberapa fakta mengejutkan yang terus menerus mendataninya bagai bayang-bayang.

Kemunculannya di saluran irigasi, bukankah itu patut dipertanyakan ? Sedang apa dia ditempat seperti itu ? Hal apa yang telah dia lakukan sebelumnya hingga pingsan ditempat  itu ? Dan anehnya, Haruto tak mengingat apapun kejadian sebelum itu.

Haruto , Lost Me °° volt 1 ; TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang