Tau cerita ini dari mana?
Antrian mie ayam di kantin hari ini entah kenapa begitu panjang, membuat Kalla harus mengganti sarapannya dengan siomay dumpling karena malas mengantri, jadi ia memilih kedai yang tak begitu ramai untuk mempersingkat waktu.
Perut Kalla tidak support jika sarapan dengan secentong nasi, alias, mules dan berujung setoran di pagi hari. Aneh memang. Apa kalian juga seperti Kalla?
Tadinya Kalla tidak sendiri, ia bersama teman sekelasnya—Reya. Tetapi dengan berat hati Reya meninggalkan Kalla karena Agam—kekasih—Reya menjemputnya dan mengajak makan bersama di kantin atas. Alhasil Kalla harus menghabiskan siomay dan segelas es teh di kantin bawah sendiri ditengah gempuran per-circle'an anak remaja.
"Kalla!?" Panggil seseorang membuat Kalla mengalihkan pandangannya dari siomay.
"Hey, Kia!"
"Gue duduk sini boleh, kan?"
Kalla mengangguk, "santai aja lagi."
"Biasanya anak IPA kalau makan di kantin atas tau, jarang-jarang di kantin bawah gini." Ungkap Kia.
"Soalnya kantin atas makananya sehat-sehat semua, ngeri gue." Kalla terkekeh.
"Bener juga sih. Isinya sandwich, rice bowl, risol sayur," jeda Kia. "Ada lagi nih kayak Puding, yoghurt."
"IYAKAAN!? Makanya gue udah dua hari ini dikantin bawah aja. Btw, lo anak IPA tapi join di sini?"
"Sebenernya karena di sana mahal-mahal sih, sedangkan kantin bawah merakyat terus banyak lagi. Kenyang sampe istirahat kedua."
Kalla mengangguk setuju. "Mana bener lagi."
"Lo sendirian aja?" Tanya Kia sembari memasukkan suapan pertama nasi uduknya.
"Tadinya sama Reya, tapi Reya makan sama Agam di kantin atas."
"Kasian banget lo, anjir." Kia terkekeh sembari mengisap es teh manisnya. "Cantik-cantik gini, jadi second choice doang."
Kalla sempat terdiam beberapa detik hingga keduanya tertawa tanpa memperdulikan sekitar yang tengah menoleh ke arah mereka.
"Woi, lo berdua! Udah jadi bestie tah?" Suara yang familiar di telinga Kia mambuat ia menggeser bokongnya sedikit, sedangkan Kalla reflek menoleh ke sumber suara.
"Hai! Sini gabung," kata Kalla dengan nada yang ramah.
Kedua laki-laki dengan potongan rambut yang berbeda itu mendekati meja mereka, siapa lagi jika bukan Arthur dan Nizar.
"Abis dari mana sih, kalian?" tanya Kia mengerutkan dahinya kesal. "Lama banget, jadi gua pesen makan duluan."
"Dari nemenin nih anak ngobrolin buku sama si Geo," Nizar menunjuk Arthur dengan dagunya. "Untung Geo punya cemilan, jadi mulut gue agak gerak dikit."
KAMU SEDANG MEMBACA
ASTROPHILE
Ficção AdolescenteMenceritakan sekolompok remaja yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu akan besarnya ruang angkasa. Kallandra Titania, cucu dari seorang pengoleksi buku-buku romawi kuno dan kisah dibalik nama ke delapan planet Tata Surya. Kalla, yang notabene-nya sisw...