Primadona Sekolah

131 18 11
                                    

Setelah hari pertama berlalu dengan ketegangan karena Ji Hyo mengeluarkan tanduknya dihadapan teman-teman sekelasnya, Ji Hyo harus berusaha kembali ke mode "anak manis" agar bisa bertahan di sekolah itu. 

Saat jam istirahat dihari pertamanya, Ji Hyo pergi ke kantin seorang diri dengan mengemut lolipop. Beberapa siswa memandanginya dari kaki hingga kepala, seakan ada hal lain darinya yang menarik perhatian. Ji Hyo memilih untuk tidak peduli dengan pandangan siswa lain terhadapnya, selama dia tidak melanggar aturan dia akan aman. 

Saat tiba di kantin, dia melihat sekumpulan senior tingkat 3, hampir semua siswa itu berwajah tampan. Namun ada satu yang cukup mencuri perhatiannya.
Siswa senior itu pun tersenyum balik pada Ji Hyo saat mereka beradu pandang. Rasanya Ji Hyo hendak terbang saat menerima senyuman menggoda itu.

Siswa itu bernama Park Jimin, selain memiliki senyum yang menawan, aura yang dia pancarkan pun sangat berkharisma. Membuat jantung Ji Hyo berdebar. 

Jimin terlihat hendak menghampiri Ji Hyo setelah mereka saling membalas senyum, namun tiba-tiba 2 orang siswi menghampiri Ji Hyo.  Jimin mengurungkan langkahnya. 

"Haiii Park Ji Hyo, siswi baru kan?"
Sapa salah satunya, bernama Im Na Yeon. 

"Apa benar kamu datang dari Seoul?" 
Tanya salah satunya lagi, bernama Kim Da Hyun.

Ji Hyo membuang lolipop yang sudah habis dia makan, lalu membalas sapaan dua siswi itu.
"Iya benar, aku dari Seoul". 

"Wahh.. pasti menyenangkan sekolah dikota ya?"

"Kota? Jaraknya hanya 30 menit dari sini...."
Jawab Ji Hyo heran dengan ucapan Da Hyun.

"Benar, tapi pergaulan disini dan disana jauh berbeda meski hanya berjarak 30 menit".

"Benarkah? Ngomong-ngomong apa kalian bisa pergi dulu? Aku sedang....."
Ji Hyo melihat lagi ke arah Jimin, namun dia sudah tidak ada disana. 

"Kamu sedang apa memang?"
Tanya Na Yeon yang juga ikut celingak celinguk.

"......."
Ji Hyo sedikit kecewa, dia sudah melihat ketertarikan yang terjadi diantara dirinya dan Jimin. Namun harus ditunda karena dua siswi cerewet yang ada disebelahnya sekarang. 

Jimin kembali ke kelasnya, setelah mengurungkan niatnya untuk menghampiri Ji Hyo.
"Heii, apa kamu tau siswi baru ditingkat 2?"

Jimin mendengar obrolan teman-temannya di kelas.
"Iya aku sudah lihat, dia sangat cantik dan bentuk tubuhnya itu.... wawwwww...."

Jimin hanya menghela nafas melihat teman-temannya mulai membicarakan hal mesum didekatnya. 

"Jimin-ah, bukankah gadis itu cantik?"

"Aku belum bertemu dengannya, aku tidak tau..."
Jawabnya singkat. 

"Jimin-ah, bukankah ini kesempatanmu? Kamu adalah yang tertampan disekolah ini, kamu bisa mendekati gadis itu dan membuatnya menjadi kekasihmu kan?"

"Entahlah. Mungkin aku tidak tertarik..."

Banyak siswa siswi memang yang membicarakan Ji Hyo, beberapa dari mereka menyukainya, namun tidak sedikit yang merasa iri dan benci padanya.

Karena dia berasal dari kota, maka musuh terbesar Ji Hyo adalah primadona di sekolah itu. Namanya Jennie. Dia adalah anak seorang pejabat daerah Gyeonggi yang, selain arogan dia juga selalu menindas teman-temannya yang lemah di sekolah.

Bertolak belakang dengan Ji Hyo, meskipun dia nakal namun dia tidak pernah bertengkar dengan siswa yang lemah.

Dia kerap kali melanggar aturan sekolah, karena membela siswi siswi yang di "bully" di sekolah. Tak tanggung tanggung, dia sampai pernah merobek pakaian siswi yang menyebarkan video tak senonoh siswi lain saat dia tidak sadarkan diri karena dicekoki minuman oleh genk nakal di sekolah.

Tidak ada yang mengerti kenapa Ji Hyo berperilaku kasar di sekolah, bagi sebagian orang mungkin dia adalah monster, namun bagi siswi kutu buku dia adalah pahlawan.

Sepulang sekolah, Ji Hyo berdiri seorang diri di halte bis di depan gerbang sekolahnya. Sambil memainkan ponselnya, dia sesekali melihat ke arah bis datang. 
Tiba-tiba seseorang berdiri di belakangnya, karena tidak nyaman Ji Hyo akhirnya bergeser. Namun orang itu juga ikut bergeser, beberapa kali mereka berdua bergeser hingga akhirnya Ji Hyo kesal dan menoleh. Rupanya orang itu adalah Jungkook.

"Kenapa berdiri di belakangku?"
"Maaf, aku hanya ingin mengatakan sesuatu padamu..."
"Katakan cepat...."
Ji Hyo rupanya masih merasa kesal dengan perilaku Jungkook sebelumnya.

"Aku minta maaf atas kejadian di kelas tadi, aku bukannya tidak ingin duduk disebelahmu, tapi aku hanya tidak terbiasa duduk dengan seorang gadis". 

"Baiklah, aku mengerti. Melihat penampilanmu saja aku sudah tau kamu memang tidak pernah bersentuhan dengan gadis...."
Ji Hyo lalu menyilangkan kedua tangannya di perutnya. Meskipun kesal, dia tetap tidak ingin melukai Jungkook dengan kata-kata kasar yang biasa dia pakai untuk orang lain.

Tak lama kemudian, bis mereka datang. Karena kondisi bis yang penuh, dan hanya menyisakan satu kursi kosong. Jungkook sukarela memberikan kursi itu bagi Ji Hyo, dan Jungkook berdiri didepannya. Mau tidak mau mereka berdua berhadapan.

Jungkook yang merasa malu, enggan melihat wajah Ji Hyo. Dia memilih untuk melihat keluar jendela bis dan mengatur nafasnya perlahan. 

Namun tak disangka, saat perjalanan terasa baik-baik saja, bis tiba-tiba berhenti mendadak dan membuat seluruh penumpang bergerak dari tempat duduknya. Tak terkecuali yang berdiri, Ji Hyo terkejut saat bis berhenti, ada sebuah telapak tangan yang mendarat di payudara kanannya.

Ji Hyo menoleh kearah tangan itu, dan rupanya tangan itu milik Jungkook yang mendarat tanpa melihat terlebih dahulu landasannya. 

"Jauhkan tanganmu dari payudaraku...."
Pinta Ji Hyo pelan, semua penumpang nampak memperhatikan mereka berdua.

Dengan cepat Jungkook menarik tangannya, dan berlari turun dari bis karena mereka sudah tiba di halte tujuan mereka berdua. Ji Hyo pun ikut turun dari bis, momen saat itu cukup memalukan bagi dirinya.

Jungkook berkali-kali menoleh ke belakang saat berjalan menuju apartmentnya, melihat Ji Hyo yang juga berjalan cepat di belakangnya.

"Jangan kabur kau!! Aku akan memberimu pelajaran, karena sudah mempermalukanku tadi!!"

"Maaf, aku tidak sengaja memegang payudaramu...."

Jungkook mempercepat langkahnya hingga berlari menjauhi Ji Hyo dan mengunci dirinya di dalam apartmentnya. 

"Hah....dasar bodoh"
Jungkook memukul kepalanya sendiri dengan tangannya setelah mengunci pintu. 

"Kenapa tanganku bisa mendarat disana?!!! Bagaimana aku akan pergi ke sekolah besok? Dia pasti akan membunuhku jika bertemu lagi denganku...."

Keesokan harinya, saat Ji Hyo akan bersiap untuk sekolah. Dia memutuskan untuk naik ke atas, dan menghampiri kamar Jungkook. 

"Heh!! Keluar kamu!! Aku masih belum memaafkanmu ya...."
Kata Ji Hyo sambil menggedor pintunya. Tidak ada respon dari dalam, Ji Hyo bahkan menempelkan telinganya ke pintu namun keadaan didalam sangat hening. 

Sudah berangkat ke sekolah mungkin pikir Ji Hyo, lalu dia turun kembali dan berangkat ke sekolah seorang diri. 

Sesampainya di gerbang sekolah, Ji Hyo bertemu Jimin yang juga baru datang saat itu. 
Ji Hyo tersenyum pada Jimin dan begitupun sebaliknya. Mereka berjalan beriringan tanpa mengucap satu patah katapun. 

Hingga Ji Hyo tiba di depan kelasnya, Jimin pun ikut berhenti dan berkata

"Belajar yang rajin ya...."

Ji Hyo mengangguk, dia segera masuk ke kelas dengan raut wajah bahagia dan duduk di kursinya tanpa melihat Jungkook di sampingnya. Jungkook berpura-pura sedang mengerjakan tugas saat Ji Hyo datang, dan membuang wajahnya jauh-jauh. 

"Aku senang sekali...."
Ucap Ji Hyo memukul mukul pundak Jungkook. 

"Aduh aduh aduh"
Jungkook mengeluh kesakitan, karena pukulannya lumayan kencang. 

"Aku tidak menyangka dia akan berkata seperti itu padaku....ah senangnya"
Ucap Ji Hyo lagi lalu menyandarkan kepalanya ke pundak Jungkook. 

Jungkook membatu, tapi dia masih tidak berani melihat wajah Ji Hyo. 
Nampaknya Ji Hyo sudah melupakan amarahnya pada Jungkook atas kejadian kemarin, karena kakak kelasnya Jimin membuat pagi harinya menjadi indah. 

"Hei Park Jimin, aku melihatmu berjalan bersama anak baru itu tadi. Kamu bilang tidak tertarik padanya..."
Ucap salah satu teman Jimin saat Jimin masuk ke kelas.

"Aku memang tidak tertarik, kami hanya kebetulan masuk bersamaan". 
Jimin masih mengelak bahwa dia memiliki ketertarikan pada Ji Hyo. 

"Kalau begitu begini saja, bagaimana jika kita bertaruh? Jika kamu bisa menjadikannya kekasihmu, aku akan mentraktir makan siangmu selama 1 bulan".

"Kamu kira itu lucu? Seorang gadis dipertaruhkan demi makan siang 1 bulan".
Jimin menaikan sedikit nada bicaranya, kesal dengan ucapan temannya. 

"Ah benar kan, berarti kamu benar tertarik padanya. Jika kamu tidak tertarik, kamu tidak akan marah".
Teman itu tertawa bersama teman-teman yang lain, menertawakan Jimin yang berpura-pura tidak tertarik pada Ji Hyo. Padahal dia diam-diam memperhatikan Ji Hyo. 

Bad Girl to Blow Your Mind (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang