ULLA

0 0 0
                                    

1 Januari 2002


Dear diary..

Hari ini usiaku genap 15 tahun. Kak Siti merencanakan ulang tahunku bersama ibu dan ayah, tapi gagal hahahaha. Anak pintar seperti aku kok mau dilawan? Mana bisa? Hadiah dari ibu satu keranjang bunga matahari hasil dari kebun, hadiah dari ayah adalah yang paling aku suka! Ayah berhasil membeli satu set perangko lama di acara lelang bulan lalu. Ayahnya siapa dulu? Ayahku gitu, lho! Dan hadiah dari Kak Siti adalah KAMU! Hahahahaha. Buku diary baru kesayanganku.

Kira-kira nanti kita bakalan menjelajah apa lagi, ya? 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Setelah perayaan hari ulang tahun Putri yang ke-15 malam itu, semua orang kelelahan. Di dalam kehangatan rumah keluarga Gunawan di ujung gang, lampu taman ibu mereka masih menyala menerangi tanaman rambat. Ini waktu yang tepat bagi hama-hama pengganggu menyergap mangsa mereka tanpa pengawasan.

Kak Siti berusia 18 tahun dan ia lebih suka tidur satu kamar dengan adik perempuan kesayangannya, Putri Gunawan, yang hari ini merayakan hari jadinya yang ke-15 tahun. Orangtua mereka adalah pasangan serasi yang sehat secara mental untuk merawat kedua putri mereka dengan penuh kasih sayang, kecerdasan parenting, dan kesabaran selayaknya orang dewasa yang tumbuh dalam lingkungan keluarga sehat.

Tidak heran jika kedua putri mereka selalu akrab, saling mendukung, prestasinya selalu baik, dan bisa melakukan apa saja yang mereka mau. Kak Siti pandai sekali menari tarian daerah, perempuan muda satu ini memiliki keahlian menari yang dipupuk sejak masih duduk di bangku kelas 4 SD, selain itu, ia pintar menjahit, baik manual atau menggunakan mesin peninggalan eyang dulu. Di luar dari itu, menginjak usianya yang ke-18, Kak Siti sudah memiliki kemampuan yang hebat dalam berkebun, mengolah air limbah rumah tangga, dan keahlian berkebun lainnya hasil belajar setiap akhir pekan dengan ibu.

Ibu mereka adalah seorang wanita anggun dan bijaksana yang suka berkebun dan merawat pohon. Baginya, lingkungan merupakan wilayah kekuasaan manusia yang wajib dirawat dengan penuh kasih sayang. Semua makhluk di bumi hidup, bisa mendengar, melihat, merasa, dan berbicara dengan satu sama lainnya. Pak Gunawan, suaminya, selalu skeptis dengan pemikiran itu, tapi ternyata semua keskeptisannya berhasil dipatahkan oleh Putri saat ia menemukan buku mengenai ensiklopedia pohon di sekolah. Menurut para peneliti, pohon sama seperti manusia, mereka suka bersosialisasi dengan sekelilingnya selayaknya ibu mengobrol dengan para tetangga. Dengan penemuan besar itu, ayah jadi suka bersikap aneh. Pria dewasa tambun suka guyon ini seringkali mendalami peran melebihi artinya secara harfiah.

Pernah sekali, ibu kedapatan melihat ayah berbicara dengan kelompok pohon bunga matahari di ujung kebun rumah, katanya, "selamat pagi, matahari yang cantik! Bagaimana tidur semalam? Nyenyak? Digigit nyamuk, tidak?"

Sejak hari itu, semua sikap aneh ayah berbicara dengan pohon menjadi satu kebiasaan asik di rumah asri keluarga Gunawan. Untuk Pak Gunawan sendiri, ia cenderung seperi bapak-bapak paruh baya pada umunya. Hanya saja, ia lebih nyentrik, sangat percaya diri meskipun kadang penampilannya lucu, dan bisa melakukan apa saja kecuali urusan perempuan seperti memasak. Menjahit? Bisa, kalian pikir siapa yang mengajarkan Kak Siti menjahit secara manual? Ayahlah orangnya. Mencuci piring? Jago. Mencuci baju? Kecil. Memperbaiki mobil? Bisa. Perbengkelan? Jangan ditanya. Berkebun? Lihat saja istrinya yang tercinta, bagi ibu, kalau ibu bisa kenapa ayah tidak? Indah sekali!

Tetapi, kalau sudah masak, ayah wajib ditemani Putri. Karena ketakutannya terhadap api yang bisa menimbulkan kebakaran parah, masakan ayah seringkali tidak matang karena api yang digunakan kecil sekali, benar-benar kecil sekali. Tentu kalian bisa membayangkan pemantik elektrik, yup, seperti itulah. Fobia Pak Gunawan terhadap api dimulai saat rumah orangtuanya terbakar waktu ayah masih berumur 10 tahun. Kejadian itu membuatnya terlalu takut terhadap berbagai macam hal yang berkaitan dengan api, jadi di setiap kesempatan apapun, jika berurusan dengan api, Kak Siti dan Putri memerlukan si pendekar api yaitu IBU.

ULLABENULLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang