° Chapter 12 °

5 4 0
                                    






" Jadi?"

Keheningan terus melanda. Hanya suara kayu yang di lahap api juga binatang binatang kecil seperti jangkrik yang terdengar.


Ketiga gadis itu duduk mengelilingi api dengan alas dedaunan. Mereka saling diam karena tidak tahu harus berkata apa.

" Faza, kenapa kamu ke sini?" Tanya Zia pada akhirnya. Faza meliriknya, tatapannya lurus dan tidak ada ekspresi yang pasti di wajahnya.

" Ada larangan pergi ke sini?" Faza balik bertanya membuat Zia mendengus kesal.

" Iya, memang tidak ada. Tapi kamu udah pergi ke sana dan tidak mau kembali lagi." Gerutu Zia melemparkan ranting kecil pada kumpulan ranting yang terbakar.

Luna menopang dagunya di lutut dan memeluk kedua lututnya yang ia lipat. Memperhatikan lebih lanjut interaksi keduanya, dia baru kenal Faza. Ternyata Faza sudah ada sejak tadi, hanya saja pergi yang entah apa alasannya.

Faza mengalihkan perhatian pada api, " bukan urusanmu." Katanya dengan datar.

Zia berdecih, memilih menatap Luna yang terkikik.

" Omong omong, aku penasaran. Kamu kok bisa terluka gitu?" Tanyanya pada Luna.

Yang di tanya langsung menatapnya, Luna bisa melihat raut penasaran milik Zia.

" Aku kemarin di kejar serigala, untungnya bisa selamat karena serigalanya cuma satu. Biasanya serigala itu berombongan kan, anehnya itu." Ucap Luna menjelaskan.

Zia dan Faza yang mendengarkan sejak tadi merasa ngeri, apa itu tidak menyeramkan? Mereka berdua yang di kejar beruang saja begitu panik. Apalagi serigala yang memiliki indera tajam.

" Tapi itu ga pendarahan kan?" Tunjuk Zia pada kakinya yang di koyak oleh serigala. Luna meringis dengan kekehan kecil.

" Ini sudah pendarahan kemarin malam, tapi aku masih bisa menahannya. Ini sudah biasa," Ucap Luna di akhiri lirihan.

Zia tidak bisa menahan kernyitan di wajah, dirinya cukup linu melihat luka koyakan itu.

Hening kembali tercipta, Luna merasa tidak nyaman. Dia lantas membuka mulutnya.

" Apa kalian juga tersesat sebelumnya?"

Zia dan Faza saling tatap. Kemudian membuang muka secara bersamaan. Helaan nafas dari Faza menarik perhatian Luna. Bisa ia tebak hubungan keduanya tidak baik, terbukti dari reaksi tersebut.

" Aku tidak tersesat, awalnya aku sedang bermain air di air terjun. Tapi tak sengaja terjatuh ke air dan baru sadar karena di tolong oleh dia." Jelas Zia menunjuk Faza dengan dagu. Wajahnya nampak enggan, Zia masih kesal pada Faza perkara tadi.

Faza berdecak melihat wajah Luna yang masih menunggu jawaban darinya. " Ya." Ketusnya.

Gadis itu meringis ketika mendapat geplakan di lengannya. " Jawab yang benar. Jangan setengah setengah!" Sewot Zia.

Faza mendengus, " Dia kan bertanya apa aku tersesat, aku sudah jawab bukan?" Katanya dengan wajah datar.

Zia berdecih pelan, memalingkan wajahnya kesal. " Menyebalkan." Lirihnya.

Luna yang sedari tadi menjadi pengamat hanya bisa terkekeh. Jika di ingat kembali, baru kali ini dia bisa menikmati kebersamaan dengan orang lain lagi.

Faza berdehem pelan, " Sebaiknya kalian cepat tidur, aku yang akan berjaga." Katanya mengintrupsi.

Zia mengangguk pasti.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AuristelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang