#2 Perkenalkan

3 0 0
                                    

Terkutuk bagi masa pengenalan, bisakah kita langsung saja mulai belajar.

Itulah yang sedang dipikirkan Lilly atas perintah wali kelasnya. "Ibu minta kalian semua untuk perkenalan satu-satu ya. Hari ini kita belum mulai masuk belajar, masih perkenalan."

Untuk gadis introvert yang tidak pernah berbicara maupun punya teman ini, perkenalan merupakan hal yang biasanya ia hindari. Jantung Lilly berdetak dengan sangat kencang.

'Oh kenapa aku duduk di depan'
'Beban yang sangat besar sekali'

"Karena sepertinya jika berurutan kurang seru, ibu mau kalian pilih saja siapa yang ingin diperkenalkan. Langsung saja, kamu yang di depan ibu jadi yang pertama,"

'Kenapa ibu ini ribet sekali ya,' bingung Lilly dengan maksud wali kelasnya itu. Untungnya si anak populer yang dipanggil terlebih dahulu. Ia berdiri ke depan kelas sesuai perintah ibu.

"Halo semuanya," Sapanya sambil melambaikan tangan, "nama saya Harlan Dwi Putra, panggil saja Harlan. Saya berasal dari SMP Aussy International School dan datang kemari untuk meneruskan mimpi saya. Senang bertemu dengan kalian semua," ucapnya terakhir sambil tersenyum dan menundukkan sedikit kepalanya.

Tepuk tangan terdengar di satu kelas itu.

"Salam kenal Harlan,"
"Salam kenallll,"
Sahut anak-anak kelas.

"Selanjutnya, silakan Harlan boleh memilih siapa yang ingin kamu tunjuk untuk perkenalan?" ucap wali kelas.

"Apa ada ketentuan khusus untuk pilih, atau random bu?" 
"Kalau bisa jangan ke cowo lagi ya," 
"Hmm, oke."

'si Harlan itu kenapa pula bertanya' kutuk Lilly dalam hati.

Harlan melihat satu persatu anak di kelas ini. Wajah para perempuan sepertinya sangat antusias seperti berkata "ayo pilih aku, pilih aku" seakan mereka disukai olehnya.

Dan akhirnya, Lilly yang mengawasinya itu terkena tembak. 'oh tidak,' Harlan bertatap dengannya dan langsung saja, firasat buruk Lilly benar.

"kamu boleh?" sambil menunjuk Lilly

'Tidak,' andaikan Lilly bisa bilang begitu.

"Oke Harlan kamu boleh duduk, dan nona cantik ayo maju ke depan," ucap ibu guru itu.

Lilly dengan muka tak percaya dan dengan jantungnya yang berdegup keras akhirnya maju ke depan. Tarik nafas sebentar,

"Emm, halo semuanya. Nama saya Lilly Anggratika, biasa dipanggil Lilly. Salam kenal buat semuanya." Tepuk tangan kecil terdengar. 

Lilly melihat ke arah wali kelasnya merasa sudah cukup. Guru itu menatap Lilly seakan berkata lanjutkan apa yang disuruh. 'baiklah hmm, siapa yang aku pilih?' Tak punya pilihan lain Lilly sudah tau siapa selanjutnya.

Lilly mengarahkan tangannya menunjuk kepada orang yang duduk di sebelah bangkunya itu. lalu ia duduk kembali di tempatnya, digantikan oleh teman Harlan.

"Halo semuanya, nama saya Akito, biasa dipanggil Kito, salam kenal buat semuanya." 

***

Bukankan hari pertama sudah melelahkan, dipikir lagi aku sampai ke titik ini juga sudah cukup menguras tenaga batin. "Ingat selalu kalau dulu lebih merepotkan daripada sekarang," 

Lilly sedang tiduran di kamarnya sambil bicara dengan dirinya sendiri.

Lilly tersenyum kecil sambil menatap langit-langit kamarnya. Hari minggu biasanya ia lalui dengan sangat bosan, namun untuk keseharian sekolah yang sangat merepotkan hari minggu sekarang adalah surga.

"Ah" Getar dirasakan Lilly dari atas kepalanya itu.

Lilly terkadang lupa bahwa ia memiliki smartphone. Getaran itu membuatnya ingat, ia pun langsung membuka notifikasi yang didapatnya.

"Hai Lilly,"

'Dia rupanya' itu merupakan pesan dari teman lamanya, lebih tepatnya kenalan masa kecilnya Lilly.

"Hi,"

Jika mengingat kembali masa lalu, ia merupakan orang yang sangat-sangat ingin Lilly hindari. Itu semua karna dia menyukai temannya Lilly pada masa itu dan karena kesalah pahaman yang sedikit rumit untuk dijabarkan, pertemanan Lilly jadi hancur karnanya. 'Yah masa kecil, masih kecil mau bagaimana lagi,'

"Kenapa?" balas Lilly bertanya ada apa gerangan.

"Aku dengar kamu sekelas denganya,"

"Siapa?"

"Teman dekatku, Akito."

"Ahh iya aku sekelas."

"Aku dengar kalian duduk bersebelahan."

Lilly mulai tidak nyaman dengan percakapan ini. 

"Iya," balas Lilly singkat tanpa mempermasalahkan hal itu.

"I see,"
"Oh iya, aku bilang ke Akito juga bahwa aku temanmu Ly,"

Hp Lilly tanpa sengaja terjatuh ke atas kasur. Lilly terdiam dengan ekspresi tak percaya dengan apa yang dibacanya itu.

"Yah aku harap kalian bisa berteman juga. Semangat sekolahnya Ly."

'KENAPAAA'

Sepertinya dunia ini memang sangat sempit.

***

Keesokan harinya, rasanya Lilly ingin kabur saja dari kelas IPS-A ini. 'Kenapa dia temannya' Pikiran Lilly sedang tidak fokus hari ini.

Apa dia cerita masa lalunya pada Akito, apa dia bilang aku seperti apa, tapi itu kan masa lalu apa iya dia akan cerita padanya, apa mereka sedekat itu. Banyak sekali pertanyaan yang tak terjawab di otak kecilnya itu.

Satu kesimpulan didapatkan oleh Lilly, 'bersikaplah seperti biasa seolah-olah tidak ada dan tidak peduli' ya, itu adalah tujuannya selama ini. Lilly menyemangati dirinya dari dalam hati.

Tak berselang dari keyakinannya itu, orang yang dipikirkannya masuk ke dalam kelas, baru sampai sepertinya.

Tanpa Lilly sadari, ia melihat Akito jalan sambil mengerutkan alisnya seperti memohon sambil berpikir. Akito melihat Lilly dengan tatapan bingung. "Kenapa?" bingungnya,

"Ah, tidak! Tidak ada apa-apa!" senyum kecil Lilly sambil menundukkan kepalanya.

Akito menaruh tasnya dan duduk di bangkunya.

'Fyuh, hampir saja' kesal Lilly akan dirinya sendiri "bodoh!" gumamnya kecil.

Pelajaran dimulai, Lilly benar-benar fokus kali ini, ia tak membiarkan dirinya memikirkan hal lain selain pelajaran. Ya, itulah tujuannya selama ini. Bukan masa SMA yang indah yang ingin diraihnya, melainkan menjadi NPC.

Begitulah pikirnya,

'Kenapa aku bodoh sekali.'

"Bisa-bisanya aku salah pilih ekstrakurikuler!!" Teriak Lilly dalam bantal tidurnya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unexpressed Feelings of UsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang