E.2

563 63 1
                                    

Taehyun menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan diatas meja. Ia menempati kursi paling pojok yang dekat dengan jendela. Sesekali ia akan melihat bagaimana anak-anak berlatihan basket dan bergerombol berjalan menuju kantin atau manapun itu.

Entah, semenjak pagi tadi ia rasanya tidak bersemangat saja. Ditambah kejadian dimana ia membuat kekacauan di pekerjaannya kemarin. Tambah hilang saja seleranya untuk hidup. Haha, terlalu lebay, tapi itu fakta.

Ia menghembuskan napas kasar sekali lagi, sebelum seseorang dari arah pintu memanggilnya dengan keras, "Tyun!" Taehyun terlonjak kaget dan hampir menegakkan kepalanya.

Untung saja ia sedikit ada sisa kesiagaan jika kawannya yang laknat ini memanggil, Jake namanya. "Apaan? gua ngantuk lo tau!" Taehyun acuh dan kembali menelungkupkan wajahnya.

Jake dari arah pintu terkikik dan berjalan menuju kursi Taehyun, menyadari jika rekannya tidak berniat pindah kedepan atau tengah, ia hanya menggeleng pelan, anak pintar memang aneh. Taehyun bukti nyatanya.

Ia menggoyang pelan lengan Taehyun yang dihadiahi decakan malas oleh sang lawan. Taehyun mengerang hingga memicu kikikan kecil di belah bibir sang pelaku.

"Lo dipanggil kepala sekolah," katanya.

"Ada apa?" Taehyun sukses menegakkan kepala, seingatnya ia tidak pernah tuh membuat kekacauan besar.

"Anak beasiswa sepertinya." Taehyun ber-oh ria dan mengandeng tangan Jake untuk ikut bersamanya. Jake hanya menurut dan memutar matanya malas, ia sudah menduga jika Taehyun akan membawanya, padahal ia tidak memiliki urusan disana.

Taehyun memasuki ruangan yang sudah sebagian kursi berjajar diisi oleh siswa yang lain. Mereka tengah menunggu kepala sekolah datang, Taehyun duduk bersama dengan Jake deretan kursi paling belakang.

"Katanya ada yang mau ngambil anak berprestasi buat beasiswa lebih." Samar-samar Taehyun mendengar pembicaraan beberapa siswa didepannya.

"Heh, Lo serius, ini ada apa sih, Jake?" yang ditanya hanya mengangkat bahu tidak tahu. Toh ia tidak ada masalah dengan itu, jadi ya tidak terlalu mencari tahu dan tidak terlalu peduli.

Dari arah ruangan yang lebih privat, kepala sekolah keluar dengan diikuti dua makhluk bongsor yang sukses membuat Taehyun membelalakkan matanya lebar-lebar. Kantuk yang tadi sempat singgah kini telah raib entah kemana.

Keringat dingin mulai membasahi kening serta jantungnya yang mulai degub tak karuan, "Gua ngerasa mulai mulas," ujar Taehyun. Kerongkongannya terasa kering.

Oh, astaga! Pria yang sempat menerima kekacauan ketika ia bekerja di kafe dekat taman, DIA ADA DIDEPAN SANA!

"Jake kita pergi aja nggak sih," Taehyun berusaha seuat tenaga menutupi wajahnya, takut-takut pria didepan mengingatnya dan lebih parahnya meminta ganti rugi atas kesalahan Taehyun tempo hari. Atau lebih tepatnya, Taehyun malu mengingat kejadian itu. Holy shit! dia mengingat lagi. semburat merah mulai menjalar dipipi gembilnya.

Sedang Jake hanya menggeleng bingung dengan reaksi temannya ini.

"Kau kenapa sih, tumbenan banget menunduk, biasanya juga kepala mu kau angkat tinggi-tinggi," jujur saja Jake sedikit aneh. Taehyun termasuk orang terpede yang ia kenal, lalu sangat jarang dia melihat Taehyun blushing? hm ... blushing, ya?

"Nanti aja gua ceritain, sekarang bantu gua sembunyi," Jake hanya memutar bola matanya malas sekali lagi. Kebiasaan.

Kepala sekolah mulai memberi sambutan dan beberapa kata-kata manis pembuka, memberi tahu para murid beasiswa tujuan mereka dikumpulkan dan perkenalan terhadap dua orang bongsor didepan sana.

"Kita memiliki donatur baru dari Choi's Company. Ini dia direktur tertinggi atas nama Choi Yeonjun dan Choi Soobin," Taehyun mengintip sedikit dari sebelah kepala anak didepannya, sebelum menyembunyikan diri lagi ketika orang itu hampir menatapnya.

'Oh namanya Choi Soobin,' ia bergumam ria.

"Dan ya, Pak Yeonjun dan Pak Soobin perkenalkan anak penerima beasiswa terbaik kami, Kang Taehyun," jujur saja, Taehyun hampir terjungkal kebelakang kalau saja Jake tidak menahan lengannya.

Ia terbelalak, bagaimana bisa pak kepala sekolah itu menyebutkan namanya?! Dan menyuruhnya berdiri? gila.

"Silakan berdiri, Nak Taehyun," komandonya.

Taehyun tergagap berdiri, jujur saja tubuhnya bergetar ringan dan detak jantungnya benar-benar tidak bisa terkendali. Bahkan ia takut-takut Jake mendengar nya dan mengejeknya nanti.

Beberapa anak yang didepannya menoleh kearah Taehyun, termasuk dua orang yang duduk didepan sana.

Bisa Taheyun lihat, wajah tersentak orang itu, astaga! Taehyun benar-benar ingin mengubur diri untuk saat ini. Apalagi pria berambut blonde disebelah nya terlihat terkikik.

"Lo kenapa dah, cuman disuruh berdiri gemeteran kek gitu, biasanya juga biasa aja," ujar Jake pelan ketika Taehyun sudah duduk kembali.

Taehyun menyeka keringatnya yang tiba-tiba mengalir didahi dan menyuruh Jake untuk diam saja. Jake yang mendapat respon menjengkelkan Taheyun hanya mencebikkan bibir.

Kepala sekolah menyuruh seluruh siswa yang disana untuk kembali ke kelasnya masing-masing. Sebelum, "Kang Taehyun."

Suara bariton itu, sungguh!  Taehyun beneran mengumpat dalam hatinya diam-diam. Om itu memanggilnya!

Jake segera menoleh dan melotot kaget, 'Astaga, Om itu memanggil rekannya!' seperti itulah rautnya.

Ia menepuk dengan brutal bahu Taehyun agar berbaik, "Eh, bego, Lo dipanggil, tuh!" sentak Jake agak keras.

Sekali lagi Taehyun merutuk dalam hati, tapi yang ini untuk Jake. Taehyun berbalik, dan segera membungkuk berkali-kali. Jake agak kebingungan sebenernya, tapi dia malah mengikuti gerak tubuh Taehyun.

Taehyun yang menyadari apa yang temannya lakukan segera menggeplak belakang kepalanya, hingga ringisan terdengar dari belah bibir Jake.

"Lo ngapain ikutin gua si," Jake malah bingung sendiri sambil mengusap belakang kepalanya, bekas pukulan Taehyun. Tidak terlalu keras sebenarnya, Jake aja yang berlebihan.

"Kang Taehyun, ikut saya sebentar."

Demi tuhan! Taehyun ingin menangis sekarang juga! OM-OM ITU MENGAJAKNYA BERBICARA DUA MATA!

Bad day, day-2.

"Nggak bisa disini saja kah, om?" Tanya Taehyun pelan sembari menunduk.

Lelaki itu hanya terkekeh sebelum menjawab, "Saya butuh bicara dengan kamu," Taehyun kembali merutuk dalam hati.

Jake berpamitan kepadanya kemudian pergi entah kemana, aish! bocah itu. Jangan sampai ia membuat berita-berita aneh yang menghebohkan.

Taehyun segera mengikuti langkah Lelaki itu menuju kearah tempat parkir para guru/tamu. Ada mobil mewah yang sangat mencolok terpampang disana. Ia membawa Taheyun kedekat situ, sedang yang blonde satu masuk kedalam mobil.

Lelaki yang lebih tinggi berbalik menghadap Taehyun, "Kang─"

"Om maafin saya dong, saya ga sengaja sumpah! saya masih butuh uang, jangan cabut beasiswa saya, saya punya adik, saya punya tanggungan lebih banyak. Om kan kaya, lagian om juga ga akan rugi kan kalo setelan om kotor, om kan bisa beli baru. Atau kalau om mau minta tanggung jawab saya, saya bisa londre-in deh."

Bahkan belum sempat Soobin berkata, Taehyun merutuk dengan cepat hingga membuat Soobin agak kaget.

"Jangan cabut beasiswa saya, Om," katanya sekali lagi.

Taehyun menatap sungguh-sungguh manik Soobin, yang disana sempat menitikkan air mata, drama sedikit. Sedang entah bagaimana, Soobin memandang Taehyun dengan lekat.

Angin berhembus dengan ringan, menerbangkan beberapa dedaunan yang mulai gugur dimakan musim. Dalam senyap yang diciptakan manik Soobin, Taehyun berani bersumpah, melihat lelaki itu tersenyum.




Cont-

***

thx udah baca, vote, and comment.
see ya..












always with love, eftaequilla.

ESCAPISM | Soobtyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang