E.10

386 52 4
                                    

Sendok berdenting dengan teratur, keluarga Choi tengah melakukan makan malam. Jarang-jarang juga mereka sekeluarga bisa makan bersama dalam satu meja seperti ini. Bagaimana tidak? mereka memiliki kesibukan masing-masing.

"Bagaimana dengan anak tuan Oh?" ditengah keheningan yang diciptakan karena semua orang tengah fokus makan, mama Choi menyeletuk.

Dari sudut matanya, Yeonjun bisa melihat Soobin menggenggam terlalu erat pisau dan garpu nya yang digunakan untuk memotong steak.

"Dia perempuan yang baik, cerdas, dan cantik," mama Choi meminum airnya, pertanda makannya telah selesai.

"Anak dari tuan Kim terlalu manja, mama tidak suka," ujarnya sekali lagi.

"Bang Soobin punya kekasih kalau mama lupa," celetuk Beomgyu yang langsung diberi tatapan tidak mengenakkan dari mama Choi.

"Siapa? Pemuda miskin bermarga Kang itu?" ujar mama Choi dengan nada merendahkan.

"Ma," kali ini Yeonjun yang angkat bicara.

"Dengar Soobin, Mama melakukan yang terbaik untuk kamu. Kamu tuh orang besar, apa jadinya jika kamu bersanding dengan seseorang yang bahkan tidak sederajat."

"Yang mamamu katakan itu benar, Choi Soobin," sahut papa Choi yang berada di dekat Soobin.

Soobin tetap terdiam dan memakan steaknya dalam keheningan, seolah-olah ujaran orang-orang ini tidak lah mengusiknya. Yang nyatanya dia melupakan emosinya digarpu dan pisau yang ia genggam.

"Tadi Mama sudah bertemu dengan anak tuan Oh, dan dia perempuan yang ramah. Dia bisa membantu kamu mengurusi pekerjaan kantor kamu. Dan yang lebih penting dia mampu menyeimbangkan stasus kamu."

Yeonjun geram ditempat, menatap Soobin dengan marah yang bahkan pemuda itu sama sekali tidak bereaksi apapun atas ujaran mama Choi.

Bahkan untuk sekedar membela Taehyun, kekasihnya.

Beomgyu memegang tangan kakaknya, untuk meredakan emosinya. Karena mau bagaimanapun, Soobin tidak pernah membantah mama ataupun papa Choi.

Lelaki itu dididik seperti robot.

Kaku, patuh, dan penurut, tidak pernah membantah.

"Soobin selesai," Soobin meletakkan dengan sedikit kekuatan di pisau dan garpu yang ia pegang hingga berdenting agak nyaring di seluruh ruang makan yang terlampau luas itu.

Soobin berdiri hendak meninggalkan meja makan, sebelum mama Choi berujar remeh, "Oh jadi begini? Pemuda miskin itu membuat kamu durhaka kepada orang tua."

Tangan Soobin mengepal erat, ia berdiam ditempat. Sebelum langkahnya kembali memacu dengan sangat cepat; menuju kantor menyelesaikan seluruh berkas-berkas nya.

Soobin menjaga kesadarannya tetap dipegang patuh, ia kembali menyelesaikan dokumen-dokumen yang memang seharusnya ia tangani dan beberapa dokumen untuk keperluan pribadinya.

Sekretaris nya sudah ia bayar lebih agar lembur membantu soobin menyelesaikan seluruh berkas-berkas yang ia tangani hingga tuntas.

3 hari lamanya, Soobin menyelesaikan seluruh hak atas dirinya dalam menanggung warisan. 3 hari lamanya tanpa kabar dari bocah kecilnya, dia hampir saja dibelenggu stres, jika saja dimeja kantornya tidak ada foto Taehyun yang tersenyum lebar sebagai penguat.

Beberapa kali Yeonjun dan Beomgyu datang silih berganti, hanya untuk membawakannya makan, bertanya kabar, atau memberi kabar mengenai Taehyun.

Soobin bersyukur memiliki mereka berdua.

"Tuntas!" Sekretaris nya bersorak seraya merenggangkan tangannya.

"Terimakasih banyak, sekretaris Ahn," Soobin menatap penuh pada sekretarisnya yang masih muda itu. Pemuda itu sangat pintar dan cekatan. Soobin tak salah merekrutnya ketika ia baru saja lulus dari universitas yang di sangga perusahannya.

"Bukan maslaha besar, Pak. Lagipula saya yang seharusnya banyak terimakasih kepada anda," ujarnya yang dibalas anggukan oleh soobin.

"Mata anda terlihat sangat lelah, istirahatlah, Pak." Dia mulai membereskan berkas-berkas yang sedari tadi mereka urusi. Membaginya ke beberapa kelompok agar tidak ada yang terselip atau sekali Langi mengecek barangkali ada yang terlewat.

Sekretaris Ahn mengerti mengapa Soobin 3 hari terakhir ingin cepat-cepat menyelesaikan seluruhnya, tanpa tidur!  Namun, ia tidak banyak tanya.

Dan ia dengan senang hati membantu soobin, sebagai balas budi mungkin. Lagian Soobin sangat baik kepadanya.

"Setelah ini kau akan hidup lebih baik, sekretaris Ahn. Aku pamit," Soobin memeluk pemuda itu, perpisahan terakhir mereka.

Untuk urusan selebihnya ia memberikan kewenangan kepada Yeonjun dan Beomgyu.

Soobin berderap cepat menuju lobi, awan terlihat sangat mendung, sepertinya hampir hujan.

Soobin melirik kearah tempat payung didekat pintu masuk, ia mengambil salah satunya dan bergegas menuju sekolah Taehyun, menggunakan bus.

Dari dalam bus banyak sekali orang membicarakannya, bisik burung yang membuat Soobin tidak nyaman. Bahkan beberapa perempuan dengan berani-beraninya menatap ia secara terang-terangan, atau bahkan ada yang mengajaknya berkenalan.

"Hei, aku Vael, Kau?" Soobin tidak mengindahkan cuitan perempuan-perempuan itu. Lagipula untuk apa? Apakah ia buta sehingga tidak mengenal Choi Soobin?

Sebelum sesampai Soobin di sekolah Taehyun, ketika bus berhenti di halte dekat area taman kota, ia mendapati pemuda itu berjalan menuju parkir sepeda kayuh.

Pemuda itu sangat mencolok, Dimata Soobin dia sangat berbeda, maka dengan itu Soobin lebih cepat bisa mengetahui atensihya. Soobin langsung mengetahui lalu segera turun bus dan bergegas turun di halte kota.

Ia membuka payung hitamnya ketika hujan mulai menitik di bumi.

Soobin berdiri dibawah pohon sakura agak gersang namun ada beberapa bunga yang mekar, memandang Taehyun yang kesusahan mengeluarkan sepeda kayuhnya dari barisan para sepeda.

Soobin terkikik geli, Taehyun masih sama, pemuda itu masih seperti yang ia kenal; menggemaskan, teduh, dan penuh kegembiraan. Setidaknya itu yang tertangkap di mata Soobin.

Lalu sepersekian detik, seperti drama-drama receh dari yang Taehyun suruh Soobin untuk menonton bersamanya, mata mereka bertemu.

Gerimis seolah melambat diantara mereka, Soobin menatap Taehyun yang menatapnya dengan raut kaget.

Pemuda itu mengembalikan sepedanya dikeadaan semula dan berlari ringan menuju kearah soobin.

Ia memeluk erat Soobin yang dibalas tak kalah eratnya.

Bahkan samar-samar diantara ribuan rintik yang jatuh di tanah, Soobin menangkap sebuah suara yang sangat jelas, bahwa bocah nya tengah terisak kecil.

"Om kemana saja? Taehyun rindu, tau," Taehyun mengeratkan lebih pelukannya pada Soobin.

"Saya juga merindukanmu, Kids. Ada beberapa hal yang harus saya tuntaskan."

Yang kemudian mereka bergegas mengeluarkan sepeda Taehyun karena hujan semakin deras.

"Pegangan yang erat, kids," teriak Soobin ditengah-tengah hujan deras yang mengelilingi mereka.

Taehyun yang memegang payung nya Soobin saja seperti sudah tidak berguna. Angin menerbangkan hujan kearah mereka.

"Om! hati-hati, apa tidak kita berteduh saja?" kata Taehyun mencoba melawan bisingnya hujan.

Kendaraan yang berlalu lalang mulai berkurang, lagipula siapa juga yang hendak berkendara dihujan yang deras seperti ini? Hanya orang gila, dan itu mereka.

"Nanggung, kids," balas Soobin. Taehyun mengeratkan pegangannya di Coat milik Soobin.

Tidak cukup buruk juga sebenarnya, sedikit romantis berkendara di bawah hujan dengan orang yang kita cintai. Seperti yang setiap Taehyun lihat di drama-drama receh yang ia tonton.

Yang menjadikan semua buruk adalah Soobin demam. Astaga Taehyun mengkhawatirkan setengah mati om nya ini.



Cont-

***

sorry lama up:(
see ya in the end👋🏼


always with love, eftaequilla.

ESCAPISM | Soobtyun ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang