Selamat membaca, bagi yang membaca
Saat mereka sudah sampai di depan kelas, ternyata sudah ada guru yang masuk dan mengajar"Varo kamu duluan" ucap Vano menumbalkan Varo
"Ga"
"Kamu duluan!! Kan kamu yang bikin aku terlambat masuk kelas!"
"Ga tuh, kamu nya aja yang cerewet"
"Kamu-"
"Ouh mau jadi jagoan kalian ga masuk kelas?" Ucap guru yang tadi sedang mengajar di kelas nya mengagetkan keduanya
"Hehe eh ibu guru, dari kapan disitu bu?" Tanya Vano cengengesan
"Dari tadi" jawab Varo
"Aku ga tanya kamu!"
"Varo!" Panggil si guru saat melihat Varo hanya memandang nya dengan dingin
Varo tidak menjawab dan berlalu masuk ke kelas menuju tempat duduk nya. Dia mengemas semua peralatan sekolah dan memasukkan nya ke tas.
Setelah itu ia keluar dan mengode si guru untuk tidak membicarakan tentang dampak pertengkaran nya tadi di depan Vano
"Saya ke ruang guru" pamit Varo
"Varo ngapain ke ruang guru?" Tanya Vano
"Mau main bongkar pasang sama Bu guru" jawab Varo acuh
"Ikut!!"
"Ga boleh, anak kecil dilarang ikut" tolak Varo
"Kamu juga masih kecil ya!!"
"Apa nya yang kecil?"
"Ya kamu nya!"
"Ouh"
"Sudah-sudah, Varo segera ke ruang guru!" Titah Bu guru
Varo pun langsung berlalu dari sana meninggalkan Vano yang masih memandangi nya dengan tatapan bertanya
"Bu guru, kenapa adik ku disuruh keruang guru?" Tanya Vano yang masih penasaran
"Tidak ada apa-apa, cepat masuk dan kerjakan soal seperti teman-teman mu lakukan" titah Bu guru
"Iya buuu" balas Vano lesu
Padahal kan ia hanya ingin tahu apa yang di lakukan saudara nya di ruang guru. Tapi kenapa Bu guru tidak mau memberikan nya jawaban yang benar atas pertanyaan nya!
Sedangkan di sisi Varo, anak itu sudah sampai di ruang guru, tetapi guru disana malah membawa nya ke ruang kepala sekolah
Apakah separah itu kelakuan nya sampai harus di bawa ke ruang kepala sekolah?
"Varo?!" Panggil kepala sekolah
"Hm?" Jawab Varo santai seraya duduk di sofa ruang kepala sekolah
"Kamu anak pintar, pasti kamu sudah tahu alasan kenapa paman memanggil mu kesini"
"Hm"
"Apa kamu ga takut sama papa mu?"
"Ga"
"Papa mu kalau sudah marah sangat lah mengerikan Varo, jadi paman mohon sama kamu untuk tidak melakukan hal yang sekiranya bisa membuat marah papa mu"
"Dia salah duluan"
"Tapi jangan pakai kekerasan"
"Dia juga berbuat kekerasan kepada Vano. Harus kah aku menceramahi nya seperti kau menceramahi ku agar berubah?"
"No, aku tidak sebaik itu paman!" Lanjut Varo menggeram kesal
"Paman paham, tapi tidak harus sampai pingsan kan balas nya?"
"Harus. Harus berkali-kali lipat dari kekerasan yang dia berikan ke Vano"
"Itu salah Varo, nanti kalau orang tua nya tidak terima, bagaimana? Kalau orang tua nya bawa masalah ini ke hukum. Paman harus bilang apa ke papa mu????" Tanya kepala sekolah sedikit frustasi
"Aku tidak peduli"
"Astaga! Kamu anak siapa sih?!!!" Geram kepala sekolah yang berstatus paman nya itu. Adik dari papa nya, bernama Emillian Arga Fernandes
"Anak baskara" jawab Varo cuek
"Astaga!!!" Lelah rasa nya menghadapi anak kecil bermulut pedas ini
Rasanya Arga ingin melempar Varo ke laut saja..
"Terus kenapa kamu bawa-bawa tas? Mau pulang?"
"Ya"
"Kenapa?"
"Bosan, sekolah paman jelek"
Tetap sabar..
Tetap tersenyum..
Sekolah ini adalah milik nya, tetapi tidak ada yang tau. Publik hanya tau Arga menjadi kepala sekolah, bukan pemilik sekolah
"Yaudah kalau gitu, biar kamu nyaman sekolah nya. Bilang sama papa untuk mengirim donasi ke sekolah ini" tutur Arga dengan senyum lima jari
"Enak di paman, susah di papa"
"Lagi pula ini sekolah paman, jangan di liatin banget miskin nya" lanjut Varo pedas. Memang anak ini sangat pintar membuat orang darah tinggi
"Varo... Kamu mau paman keluar kan???" Arga menggeram kesal seraya tersenyum palsu
"Silahkan, tapi jangan salahkan aku jika saham dan properti paman hilang seketika" balas Varo bersmirk
"Jadi mau gimana ini Varo?!!!" Ucap Arga kembali pada topik pembahasan
"Ya ga gimana-gimana"
"Sabar!..."
"Aku pergi"
"Mau kemana?!"
"Mau pulang, ngantuk"
"Masih sekolah Varoooo!!! Astaga anak baskara!!!"
"Baskara-baskara, abang lo tuh ga. Sopan dikit"
"Ponakan durhaka!! Lo?!!!! Lo?!!! Ouh liat aja nanti paman aduin sama papa kamu, kalau kamu ga sopan sama yang lebih tua!!"
"Seperti nya papa akan bangga dengan ku" ucap Varo bangga, seraya menyugar rambut nya kebelakang. Membuat kesan arogan makin melekat di diri nya
"Bocah sialan, untung ponakan" gumam Arga pelan, yang masih dapat di dengar dengan jelas oleh Varo yang memiliki pendengaran tajam
"Paman sialan!"
"Ha-??"
"Paman sialan"
"Ponakan durhaka!!" Geram Arga sedikit berteriak karena Varo sudah meninggalkan ruangan nya tanpa pamit
Halo...
Gimana chapter ini??
Suka? Jangan lupa vote dan komen, biar makin semangat up nya👍😀
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗡𝗼𝘁 𝗺𝗲.
Randomsemua manusia pasti pernah merasakan sakit dan bahagia. begitu pun dengan Elvaro Reynand Fernandes. mampu kah Vano menghadapi segala rasa sakit itu? penasaran🔎? check it out📩 ⚠️ hasil pemikiran sendiri! ⚠️ don't judge ⚠️ don't copy my story