"Cely makin betah aja ya disini, apalagi setelah launch menu croissant. Gak pindah tempat ke kafe lain," ujar Ratu teman satu kerjanya Sergio.
"Bukannya justru menguntungkan ya, pesanan Cely banyak, kafe kita gak rugi juga kalau ada Cely." meskipun terlihat biasa saja. Ungkapan ini dinyatakan Sergio demi membela kekasihnya.
Ratu menyipitkan matanya kepada Sergio. Lalu melirik ke arah Cely yang memakan menu baru di meja nomor tujuh. "Tapi kenapa pilih disini sih, itu cewek, gue denger rumornya makan croissant di Paris, kenapa sekarang malah beli disini,"
Sergio menggelengkan kepalanya, "gak tau sih spesifiknya, tapi coba lo rasain croissant buatan Mahesa, pasti lo paham kenapa Cely beli croissant disini," kalau kata Cely croissantnya enak, maka Sergio menutuskan untuk memuji masakan Mahesa. Cukup sekali ini saja demi membela pacarnya yang hampir dijulidkan oleh Ratu.
"Belum gue coba sih, nanti deh gue cobain. Lo yang nutup kafe kan?" Sergio mengangguk sebagai jawaban. Ratu pun mengangguk, "oke, jangan lupa kunci pintu depan belakang ya. Minggu depan ada band yang mau tampil disini, suruh cs buat bersih-bersih,"
Ah, Sergio paling malas jika kafe mereka didatangi oleh musisi. Karena selama Sergio kedatangan musisi, rata-rata musisi tersebut memiliki sifat yang brengsek. Merendahkan para barista dengan berkata bahwa band mereka terkenal di tiktok.
Jika terkenal di tiktok tapi tidak pernah tur untuk apa.
"Ah," Sergio mengeluh, menghela nafasnya panjang begitu mendapat berita tersebut. "Kira-kira berapa hari bandnya disini?"
"Tiap minggu,"
Sialan.
•••
Sergio ingin sekali merasakan waktu berjalan lambat selama seminggu. Selain bercinta dengan Cely, dia ingin mengingat memorinya selama seminggu yang bahagia ini dengan kameranya. Sergio suka dengan minggu ini.
Berharap bahwa pernyataan tentang Ratu kemarin tidaklah nyata, karena hal yang dialaminya saat ini juga terasa tidak nyata. Berpacaran dengan Cely (meskipun diam-diam), pergi kencan dengan Cely, mendapat bonus tambahan, gaji Ibunya juga semakin banyak.
Oh Sergio ingin hari ini selesainya lama saja. Tidak perlu waktu berjalanpun tidak masalah, asalkan Sergio mengalami kejadian ini setiap harinya.
"Selama aku ke kost kamu, aku baru tau kamu suka buku teori politik gini, aku kaget loh kamu ada buku Karl Marx sama Adam Smith. Keren banget." Cely mengambil buku teori yang dikembangkan oleh Karl Marx tentang paham marxist. Sergio keren sekali membaca buku seperti ini daripada mrmbaca katalog, internet dan jurnal.
"Jangan salah paham ya Cey, aku bukan penganut marxist." Sergio mengangkat tangannya seperti sedang ketahuan melakukan kejahatan oleh polisi. Cely paham kok, Marxist itu seperti legenda jahat dimana jika ada yang mengikuti pahamnya, maka dirinya akan di cap jahat.
"Enggak kok, ngapain juga kamu penganut Marxist? Kamu mau tinggal di Rusia?"
Cely menggelengkan kepalanya begitu Sergio tidak menjawab pertanyaannya. Bukannya kesal, Sergio merengut menggemaskan sekali. "Aku mau tinggal bersama kamu," nada terakhir sengaja dia dengingkan agar Cely menutup telinganya.
Tentu saja Cely menutup telinganya. Semakin lama mengenal Sergio, maka semakin tahu betapa absurdnya lelaki ini. Godaannya yang mulai biasa saja oleh Cely (tidak berlaku jika Sergio menggodanya disaat mereka berdua mempunyai hasrat untuk bercinta). Namun sifat ini membuat Cely semakin suka dengan Sergio. Menurutnya, orang seperti Sergio tidak banyak beredar di dunia, bahkan hanya beredar di satu negara, yaitu negara Indonesia.
Kemudian Cely melihat banyak kertas berupa cv dibawah buku Karl Marx. Cely mengambil tumpukan cv serta lembar program pendidikan tersebut dan memerika satu persatu apa pekerjaan yang diinginkan oleh Sergio.
"Kamu mau jadi pengacara?"
"Iya," Sergio mati-matian mencari uang demi membayar uang kuliahnya. Padahal dia sudah menamatkan kuliah tetapi dipanggil untuk beasiswa saja belum pernah. Karena mengikuti program Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA), Sergio harus bekerja paruh waktu lagi untuk membayar biaya pendidikan tersebut. Karena biaya PKPA tidaklah murah, Sergio harus mati-matian mencari uang lagi.
"Masih banyak step yang belum aku lewati, nabung dulu baru bisa daftar pendidikan PKPA,"
"Jadi pengacara memang agak riskan sih, tapi kalau itu cita-cita kamu bakal aku dukung sepenuhnya. Ayo kamu lawan orang-orang bejat yang malsuin duit,"
Ya Tuhan, Cely menggemaskan sekali di mata Sergio. Sayang sekali laki-laki di kota ini tidak mengenal Cely lebih baik. Tapi tidak masalah sih, lebih baik sifat Cely yang menggemaskan ini hanya dikonsumsi sendiri saja.
"Sebelum gugat orang malsuin duit, aku mau cari duit dulu, kamu tunggu sampai aku sukses ya,"
Cely memberikan gerakan 'hormat gerak' kepada Sergio. "Sir yes sir," lalu di tegap kan tangannya seakan-akan Cely menjadi tentara yang sedang bertemu dengan seorang presiden.
"Aku mau cerita deh sama kamu, temenmu yang Ratu itu...kayanya gak suka sama aku," Cely membuat topik baru yang menurutnya harus dibahas saat ini. "Padahal di twitter udah banyak yang bahas tentang woman support woman tapi di dunia nyatanya masih banyak ya perempuan masih benci sama perempuan. Jadi yang benci perempuan itu bukan cowok aja, cewek juga banyak yang benci satu sama lain, istilah woman support woman jadi terdengar bullshit deh,"
"Ratu mungkin iri sama kamu karena kamu punya waktu makan di kafe sedangkan dia kerja diwaktu yang sama. Tingkatan orang sebenarnya gak bisa di ukur karena aku yakin banget kalau Tuhan itu menciptakan kita dengan adil, Tuhan juga tau kok perbedaan orang jahat sama orang baik, jadi kamu jangan kepikiran terus tentang Ratu yang gak suka sama kamu. Itu bukan prioritas hidup kamu kan mikirin Ratu gak suka sama kamu,"
Cely mendengar semua saran Sergio kepadanya terhadap Ratu. Bait per bait Cely menyimak bahkan berberapa kalimat dari Sergio sudah tersaring di otak. Sergio benar, Ratu bukan prioritas utamanya. Karena selain Ratu, pasti banyak juga yang tak suka kepadanya, bahkan orang asing pun mungkin tidak suka kepada Cely.
"Kamu itu kalau kasih saran jadi seksi banget," ungkap Cely mengelus telinga Sergio. "Makasih banyak loh calon pengacara aku,"
"Jadi aku cuma bisa seksi kalau kasih saran ke kamu?" mata Cely membulat. Wanita itu tahu bahwa Sergio sedang bercanda kepadanya. Namun, di situasi seperti ini, tentunya Cely harus membela dirinya. "Enggak gitu Gio,"
"Gini deh aku kasih saran ke kamu, cowok kamu ini cowok paling seksi sedunia. Kalah sama Seksinya Cely di mata pacarnya yang seksi itu. Seharusnya Cely ini sadar ya kalau cowoknya itu seksi banget,"
"Ngomong kamu ngelantur banget, iya deh iya, setiap hari cowok yang namanya Sergio Adikta, atau julukannya pacar Cely itu cowok paling seksi sedunia. Setiap hari dia jadi cowok terseksi-" Cely memutuskan kalimatnya. Tidak berani melanjutkan karena pasti Sergio jahil kepada idolanya.
"Mengalahkan Chris Evans,"
"Mana bisa gitu Gio, Chris Evans beda level ih!" Cely menjauhkan dirinya dari Sergio. Tentunya lelaki itu kembali mendekatkan dirinya, memeluk Cely erat-erat agar Cely tidak menjauh lagi.
"Mengalahkan Chris Evans kan?"
Karena Cely sesak nafas, Cely menganggukan kepalanya. "Iya, Sergio Adikta lebih seksi dari Chris Evans," Cely memukul lengan Sergio pelan, menandakan kalau dia sudah menyerah mempertahankan Chris Evans.
"Gitu dong, fakta itu harus dijaga,"
"Fakta itu harus dijaga," ejek Cely. Yah meskipun dari lubuk hati Cely, seorang lelaki bernama Sergio Adikta ini memang lebih seksi dari Chris Evans. Hanya saja Cely tidak ingin Sergio menyadarinya. Karena sudah pasti Sergio akan mengerjainya jika membahas topik tentang Chris Evans.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini Cerita Kita
FanfictionCely dibesarkan oleh kedua orang tuanya yang kaya, sedangkan Sergio dibesarkan oleh keluarga yang ekonomi rendah. Dua orang yang bertemu di kafe memutuskan untuk berpacaran diam-diam, agar tidak terjadi konflik yang mendalam, seperti ketidaksamaan k...