1.5 Cuti

22 3 3
                                    

"Ngajuin cuti?" Ratu mengintip surat yang mau dimasukan ke amplop Sergio. Tentunya Sergio terkejut dan reflek menyembunyikan surat tersebut dihadapan Ratu. Berani sekali melihat privasi orang, ditanya pula.

"Iya Ra, cuma seminggu doang,"

"Mau kemana?" wajah Ratu terlihat gusar. Sepertinya kalau Ratu orang yang pertama tahu bahwa Sergio mengajukan cuti bisa gawat. Karena Ratu akan mengomentari kenapa Sergio cuti di tanggal segini, kenapa cuti, apakah alasan itu cukup penting untuk mengajukan cuti.

"Mau ngelamar kerja di tempat lain,"

"Kan bisa izin sebentar kalau semisal dipanggil hrd, lagian minggu ini sibuk karena ada anak band yang mau tampil," Tuh kan, Sergio sudah menebak bagaimana Ratu menanggapi ajuan cutinya.

"Bagusnya minggu depannya lagi sih Gio, biar bisa kenalan dulu sama anak bandnya. Jadi kalau mau cuti gak perlu sibuk lagi nanyain makanan atau minuman yang bakal mereka pesan," jelas Ratu. Sergio memutar bola matanya, tidak menanggapi Ratu, dirinya langsung berjalan ke arah kasir dimana sudah ada Cely yang ingin membayar tagihannya.

"Gue serius loh Gio, dunia ini bukan buat lo aja. Gak bisa seenaknya ngajuin cuti disaat orang lagi sibuk," Ratu mengejar kemana Sergio pergi, yaitu ke kasir. Tentunya Cely mendengar perbincangan Sergio dan Ratu meskipun hanya terdengar sedikit. Cely memahami bahwa Ratu tidak menyetujui ajuan cuti dari Sergio.

"Dunia Sergio juga bukan di kafe ini kali mbak, kamu iri ya Sergio bisa ajuin cuti sedangkan kamu enggak?" sangga Cely geram mendengar ucapan Ratu. Mata Sergio terbuka lebar, pacarnya baru saja membelanya tepat didepannya.

"Ini kan urusan pribadi. Urus aja bayaran kamu itu daripada nguping pembicaraan orang-orang," Ratu semakin sinis melihat Cely. Untungnya Cely sudah mendengar nasihat dari Sergio kemarin. Karena jika tidak, mungkin Cely semakin berpikir bahwa detik ini, Ratu akan menggunakan kejadian ini sebagai alasan dirinya membenci Cely, dan Cely akan kepikiran sepanjang waktu tentang perbuatannya sehingga dirinya memutuskan untuk meminta maaf, padahal tidak ada yang salah dengan perbuatannya.

"Ya gimana mau urus bayaran saya mbak, kasirnya aja mbak ganggu sedari tadi. Wajar kan saya ngomong kaya gini?"

Ratu sejenak terdiam, dirinya menatap Sergio, lalu menatap Cely dengan tatapan tidak suka. "Gue tunggu di ruang istirahat," ucapnya sebelum berbalik arah menjauhi Sergio dan Cely. Nafas Cely terhembus lega, sedangkan Sergio disisi lain tersenyum kecil mengingat insiden ringan tersebut.

Cely membelanya didepan Ratu.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Cely ketus. Disaat itu juga Sergio membuyarkan lamunannya dan mencatat tagihan dari Cely. Sayang sekali mereka pacaran diam-diam. Padahal jika mereka pacaran publik, Sergio sudah pasti menggodanya sedari tadi. Menyebut Cely menjadi pahlawan saktinya.

Tapi sayang, mereka harus merahasiakan hubungan ini.

•••

"Cutinya diterima?" tanya Cely. Pada jam sepuluh malam, Cely tidak minat pergi ke kafe. Mengingat perkelahiannya dengan Ratu tadi membuat bayang-bayang kafe tersebut menjadi kesal. Untungnya Sergio memberikan kunci kostnya sehingga Cely bisa menunggu kepulangan Sergio disana.

Ketika Sergio pulang, barang-barang Cely sudah terletak di seluruh kamar kostnya. Keadaan kamar kost Sergio sudah berubah. Yang awalnya hanya dibersihkan ugal-ugalan, kini kamar kost Sergio sudah semakin rapi dan bersih setelah Cely diberikan kunci untuk memasuki kost tersebut.

Cely rajin mengganti sprei, bahkan Cely membelikan berberapa sprei untuk kasur Sergio. (Yah, kalau ini memang ada alasan privasi)

"Putusannya besok," Sergio merebahkan dirinya di kasur yang sudah dirapikan oleh Cely. Kepala Sergio didaratkan di paha Cely, dimana Cely memainkan ponselnya. "Kalau gak bisa, kayanya kita harus atur jadwal lagi," tambah Sergio yang menggenggam tangan Cely.

"Pasti karena Ratu. Kenapa sih kok sewot banget kalau kamu cuti?"

"Gak ke aku aja sih Cey, ke yang lain juga gitu."

Eugh, bukankah fakta itu semakin membuat Cely kesal terhadap Ratu. Korbannya tidak hanya Sergio, yang lain juga menjadi korban.

"Kan kamu cuti karena mau interview kerja, bukan liburan loh, ih kesel banget," Cely meletakan ponselnya di atas kasur dengan keras. Kesal sekali mendengar pernyataan tentang Ratu. Kenapa harus ada wanita yang harus dibencinya, padahal mereka sesama wanita. Seharusnya saling menghormati bukan saling membenci.

"Jangan benci gitu sama orang, kita bisa atur jadwal lagi. Nunggu panggilan berikutnya. Masih ada pekerjaan lain kok,"

Sergio terlalu baik menanggapi dunia. Cely merasa geram melihat dunia yang tidak adil kepada Sergio, dan Sergio menerimanya lapang dada. Sergio memiliki potensi untuk hidup sesuai keinginannya, tidak dipaksa oleh kondisi yang menjadikannya seorang barista. Sergio bisa lebih dari itu.

"Kamu sekali-sekali ngumpat dong, masa cuma dibilang mokondo aja baru ngumpat. Coba sekali aja ngumpat ke Ratu, gini bilangnya, Ratu lo kaya anjing serius, jangan ikut campur urusan gua!"

Sergio cukup impresif kepada Cely yang berhasil menirukan cara dirinya berbicara. "Aku jadi warga yang nontonin Ratu dimaki," Sergio menarik tangan Cely menuju dadanya. Dirasakan Cely jantung yang berdetak dengan cepat. "Coba cosplay jadi aku. Gimana harusnya aku nanggepin Ratu?" tanya Sergio.

Tangan Cely mengelus pelan dada Sergio, merasakan getaran detak jantung tersebut. "Gua punya tujuan hidup, jangan jadi penghalang gua buat gapai tujuan gua karena partisipasi lo di kehidupan gua itu minim, kebetulan ingatan gua tentang lo paling banyak cuma komplain doang,"

"Aku sayang sama kamu," potong Sergio memejamkan matanya. "Kamu baik banget, kasih tau alasannya kenapa kamu baik banget ke aku,"

"Karena kamu pacar aku, dan kamu memang pantes dapat kebaikan di dunia. Kalau gak ada orang baik bagi kamu di dunia ini, aku bakal belajar jadi orang baik untuk kamu. Karena setiap individu butuh kebaikan untuk jadi baik," kini tangan Cely mengelus kearah pipi Sergio. Mengelap air mata yang mengalir disaat Cely mengungkapkan kenapa dirinya baik terhadap Sergio.

"Makasih udah jawab yang serius."

•••

"Ditolak?" tanya Mahesa si koki handal dan selalu dapat diandalkan. Sergio belum membaca isi surat tersebut. Pikirannya takut jika dirinya ditolak, karena ucapan Ratu kemarin membuatnya menjadi putus akan harapan.

Kenyataannya tidak hanya Sergio saja yang menyaksikan balasan dari surat tersebut. Mahesa juga ikut penasaran. Jika diterima, maka Mahesa juga ikut mengajukan cuti.

Sergio menarik dan mengeluarkan nafasnya dengan pelan. Menstabilkan mentalnya untuk membaca balasan dari surat tersebut. Merasa sudah bisa menerima hasil apapun, akhirnya Sergio membuka amplop tersebut.

Tentunya isi amplop tersebut adalah satu lembar kertas berisi pernyataan setuju atau tidak setuju terhadap pengajuan cuti. Dengan tangan yang gemetar, Sergio membaca kalimatnya satu persatu.

"Diterima," ucap Sergio kepada Mahesa. "Ajuan cuti gua diterima Sa," kini raut wajah Sergio berubah menjadi ceria, tangannya tidak bergetar seperti tadi, dan Mahesa juga ikut senang mendengar pernyataan dari surat barusan.

Yang tidak senang dengan balasan dari surat hanyalah Ratu. Perempuan itu melihat tajam ke arah Sergio karena mendapatkan cuti yang tak pernah dia dapatkan selama dirinya bekerja di kafe ini.



Yey update wkwkwk

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ini Cerita KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang