15

3.6K 142 2
                                    

Sekarang mereka semua sudah pulang ke kandang masing masing, karna ya memang luka di wajah dan seluruh tubuh mereka lumayan parah, alhasil kinan jadi ke repotan buat nganterin mereka satu satu.

Berbeda Sebastian kini di antar ciel dengan Sebastian yang berada di jok belakang.

Dan sampailah mereka di kediaman Sebastian hal pertama yang ciel liat waktu masuk rumah adalah kia yang terlihat khawatir.

"Ya ampun an kamu gak papa" Kia meraba seluruh tubuh Sebastian untuk memastikan.

Kia mengalihkan pandangannya ke ciel "lo apain pacar gue anjer, boti lemah kek elo asu"

Ciel hendak saja membacoti tu nenek lampir tapi keduluan sama sebestian.

Sebastian yang di bopong Ciel kini menatap kia tajam "sekali lo bilang gitu, gue tendang lo dari sini"

Sebastian melepaskan rangkulannya dan beralih menarik tangan Ciel ke kamarnya.

Baru aja dirinya dan Ciel sampai di ruang tengah suara Rio terdengar lebih dengin tidak seperti biasanya.

"Sebastian eart sanders"

Sebastian nan Ciel sontak menoleh ke arah papanya "kenapa pa"

Sebastian tau maksud ini ia telah melanggar janjinya dengan papa, Sebastian menarik Ciel untuk ikut duduk di sofa panjang dekat Rio.

"Tau kesalahan kamu" Nada yang begitu Sebastian takuti sedari kecil, tapi ya masa dia harus nangis sekarang, malu sama pacar huhuhu.

(Elah biasanya juga nanges lo bambang) _author.

Sebastian menundukkan kepalanya, "maaf pa" Gumamnya dengan suara rintih.

Rio menghela nafas dalam dalam. "Tau berapa kali kamu minta maaf"

Sebastian diam enggan menjawab sementara Ciel ia malah jadi tegang sendiri disini.

"Mau sampai kapan kamu kayak gini hah"

"Papa udah larang kamu Sebastian! , ini juga demi keselamatan kamu! , kamu pikir hebat keluar masuk kantor polisi hah!, kami selalu bolos pelajaran, di luar tauran kalau enggak balapan, hebat kamu kayak gitu,HEBAT! " Rio berbicara dengan suara keras berharap Sebastian akan jengah akan kelakuannya.

"Tapi Sebastian gak suka cara ngajar gurunya pa bikin ngantuk" Gumam Sebastian pelan.

"Iya, terus terusin aja gadang kamu tiap hari, sekarang muka bonyok gitu merasa hebat kamu kayak gitu hah! Untungnya apa si an tauran sana sini, papa gak pernah ajarin kamu kayak gitu Sebastian"

Sebastian sudah tak kuasa membendung air matanya, ia mendongak menatap Rio dengan air mata yang sudah menetes "maaf pa, adek janji gak lagi lagi,maafin adek pa, papa~~"

Merasa tak ada jawaban dari sang papa Sebastian beranjak ke depan Rio "papa jangan marah sama adek hiks hiks, adek minta maaf hiks, papa~~~"

Tak peduli akan perkataan Sebastian Rio langsung pergi ke kamarnya terlihat wajah yang begitu kecewa.

Kia yang sedari tadi menyimak gak abis pikir aja, kia menghampiri Sebastian dan membantunya berdiri sebelum keduluan Ciel. "Udah an gak usah kamu pikirin, papa kamu yang salah, udah tau bencong sok keras" Dengan ENTENGNYA dia berkata seperti itu.

Sebastian menatap tajam kia "diem lo jalang, gak usah ngatain bokap gue, mending lo minggat dari sini"

Cleb (aduh dramatis dikit boleh lah ya)

Hati kia serasa sesak mendengar itu , jalang?, itu tak pantas baginya.

Sebastian mengibaskan tangannya agar tangan kia terlepas lalu pergi ke kamar dan menutup pintu, sementara Ciel dia tau ini akan terjadi nantinya, tapi ya masa dia bawa ke rumah, tapi ide bagus juga si, sial Ciel tadi tidak kepikiran.

SEBASTIAN [AND]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang