Chapter 2 Topi Seleksi

8 3 0
                                    

🌷 ᕼᗩᑭᑭY ᖇᗴᗩᗪIᑎᘜ 🌹


.
.
.
.

30 menit sebelum Kereta Hogwarts sampai, Aster membangunkan Harry dan menyuruhnya memakai jubah.

Terdengar pengumuman yang disebar ke seluruh kereta, "kita akan tiba di Hogwarts lima menit lagi. Silakan meninggalkan barang-barang kalian di kereta. Barang-barang tersebut akan dibawa ke sekolah secara terpisah!"

Perut Harry terasa tegang, kemudian dilihatnya wajah datar Aster. Mereka bergegas dan bergabung dengan anak-anak yang sudah memenuhi lorong. Kereta semakin melambat dan akhirnya berhenti.

Anak-anak berdesakan ke pintu dan keluar ke peron kecil gelap. Harry bergidik dalam udara malam yang dingin. Aster yang merasakan itu juga, memasang mantra penghangat sehingga tubuh Harry tidak terlalu tegang.

Kemudian muncul lampu yang bergoyanggoyang di atas kepala anak-anak dan Harry mendengar suara yang sudah dikenalnya, "Kelas satu! Kelas satu di sini! Semua oke, Harry?" Wajah Hagrid  tersenyum di atas lautan kepala anak-anak.

"Ayo, ikuti aku—masih ada lagi kelas satu? Hati-hati dalam melangkah. Kelas satu ikut aku!" Terpeleset dan terhuyung, mereka mengikuti Hagrid menyusuri jalan sempit curam. Di kanan-kiri mereka gelap sekali, sehingga Harry menduga pepohonan di situ pastilah lebat.

Tak ada yang banyak bicara. Neville, si anak yang kehilangan katak, terisak satu dua kali. "Sedetik lagi kalian akan melihat Hogwarts untuk pertama kali," Hagrid berseru seraya menoleh, "sesudah belokan ini."

Terdengar seruan "Oooooh!" keras. Jalan sempit itu mendadak membuka ke tepi danau besar gelap. Di atas gunung tinggi di seberang danau, jendela-jendelanya berkilau terang di bawah langit penuh bintang, bertengger kastil besar dengan banyak menara besar dan kecil. "Satu perahu tak boleh lebih dari empat anak!" seru Hagrid, seraya menunjuk armada perahu kecil-kecil yang siap menunggu di dekat tepi danau.

Harry bersama Aster bergandengan tangan menuju ke perahu mereka, diikuti oleh Neville dan Hermione. "Semua sudah naik perahu?" teriak Hagrid, yang sendirian di atas satu perahu. "Baik kalau begitu— BERANGKAT!" Dan armada perahu kecil-kecil serentak meluncur di atas permukaan danau.

Semua diam, memandang kastil besar di atas. Kastil itu menjulang tinggi di atas mereka sementara mereka semakin dekat ke bukit karang tempatnya berdiri. "Tundukkan kepala!" teriak Hagrid ketika deretan pertama perahu tiba di bukit karang. Mereka semua menundukkan kepala dan perahu-perahu kecil itu membawa mereka melewati tirai sulur yang menyembunyikan lubang menganga di dinding bukit.

Mereka dibawa melewati lorong gelap, yang rupanya berada persis di bawah kastil, sampai mereka tiba di semacam pelabuhan bawah tanah. Mereka naik ke daratan berbatu karang dan kerikil. "Oi, kau! Apa ini katakmu?" kata Hagrid, yang memeriksa perahu-perahu setelah anak-anak turun.

"Trevor!" pekik Neville gembira, seraya mengulurkan tangan. Kemudian mereka mendaki jalanan di bukit karang, mengikuti cahaya lampu Hagrid, sampai akhirnya tiba di hamparan rumput halus berembun tepat di depan bayangan kastil. Mereka mendaki undakan batu dan berkerumun di depan pintu depan besar dari kayu ek. "Semua sudah di sini? Kau, katakmu masih ada?" Hagrid mengangkat kepalan raksasanya dan mengetuk pintu kastil tiga kali.

Pintu langsung terbuka. Seorang penyihir wanita jangkung yang memakai jubah hijau Zamrud keluar. Wajah profesor ini sangat menyeramkan, dan pikiran Harry tertuju pada satu arah. Jangan membuat Profesor ini marah!

"Kelas satu, Profesor McGonagall," kata Hagrid

"Terima kasih, Hagrid. Biar aku yang ambil alih sekarang."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AsterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang