Dinginnya udara malam tak membuat Sean beranjak dari sisi kolam renang. Ia mengepulkan asap rokok ke udara. Berharap gulungan tembakau itu bisa membuatnya sedikit lebih rileks.Sean tahu ada seseorang yang datang menghampirinya. Tapi ia tidak berbalik arah untuk melihat siapa sosok tersebut. Sampai akhirnya suara lembut terdengar menyapa indera pendengarannya.
"Udara dingin gak baik untuk kesehatan. Masuk gih, Bunda gak mau Abang sakit karena masuk angin."
"Belum ngantuk, Bun."
Shena tersenyum tipis lalu melangkah lebih dekat lagi dengan putra keduanya ini.
"Kenapa? Cerita sama Bunda," ucapnya sambil mengusap lengan Sean.
Sejenak Sean tetap diam dalam posisinya. Kemudian ia memutar tubuh menghadap sosok wanita yang telah melahirkannya ke dunia ini.
"Aku takut, Bun," lirihnya sambil menatap Shena dengan sendu. "Aku takut Bunda marah. Aku gak mau Bunda marah."
"Marah? Marah sama siapa? Sama Abang? Enggak." Shena menggelengkan kepala sambil memberikan usapan lembut di pipi putranya. "Bunda gak marah sama Abang."
Sean menyentuh punggung tangan Shena di pipinya. "Tapi Bunda kecewa sama aku."
Shena tidak memberikan reaksi apa-apa. Namun tangannya masih setia menyentuh pipi Sean, meski tidak ada usapan di sana.
Sean tersenyum tipis. Ia telah gagal menjaga hati bundanya agar tetap baik-baik saja.
"Bohong kalau Bunda bilang gak kecewa sama Abang. Tapi Bunda bisa apa? Semuanya sudah terjadi. Sekarang Bunda hanya minta sama Abang supaya menjaga Keira dengan baik. Bayar kekecewaan Bunda dengan membuat Keira bahagia. Abang bisa lakukan itu buat Bunda?"
Sean menatap Shena dalam beberapa detik lamanya. Lalu ia memalingkan wajahnya membuat tangan Shena tak lagi menyentuh pipinya.
"Sejak kecil Ayah sama Bunda selalu mengajarkan kami untuk berkata jujur. Sekarang boleh aku bicara jujur sama Bunda?"
"Tentu. Abang memang harus selalu bicara jujur," jawab Shena segera.
Sean terdiam sambil menatap dalam kedua mata bundanya. "Semoga Bunda bisa terima kejujuran aku."
Shena diam menunggu apa yang akan dibicarakan oleh putra keduanya ini.
"Aku gak pernah melakukan apa yang dituduhkan orang-orang sama Keira. Aku gak pernah sedikitpun berniat melecehkan Keira atau gadis lain," ucapnya berharap Shena mau percaya.
"Aku emang gak punya bukti buat membungkam semua tuduhan-tuduhan itu. Tapi aku punya hati yang jujur sama Bunda," lanjutnya sambil meletakkan telapak tangan Shena di dada kirinya.
Ucapan Sean membuat dada Shena terasa sesak. Ia mencoba mencari kebohongan dari mata putranya, namun ia tidak dapat menemukan itu.
Sean mengusap air mata yang menetes di pipi bundanya. "Kalo Bunda emang gak bisa percaya sama omongan aku, gak apa-apa. Yang penting aku udah ngomong jujur sama Bunda. Kalo gitu aku ke kamar duluan ya, Bun. Bunda juga jangan lama-lama di sini, aku gak mau Bunda sakit karena masuk angin."
KAMU SEDANG MEMBACA
Young Married: Move Mood Mode
Novela JuvenilApa jadinya kalau dua remaja SMA harus terikat dalam pernikahan siri? Kesalahpahaman yang terjadi membuat Seandra Sky Aricardo dan Keira Danica tidak bisa berkutik, hingga jalan akad menjadi putusan akhir yang harus mereka tempuh. Lantas, bagaimana...