"Baiklah, akan kujelaskan dengan baik. Pastikan otak bodoh kalian menangkap maksudku." Han SooYoung mengusap wajahnya, terlihat cukup frustasi.
"Terakhir kali, kita semua berhasil menyelesaikan skenario terakhir dengan Kim DokJa yang terbagi. Kita sudah melakukan segala cara, bahkan aku mengirim Yoo JungHyuk ke dimensi lain demi menyelamatkan orang bodoh berinisial Kim DokJa." Ucap sang gadis sedikit sarkas.
DokJa berdehem pelan, cukup tak menyangka bahwa teman-temannya akan melakukan hal seperti itu demi dia. Bahkan sosok Yoo JungHyuk si arogan sendiri yang mengambil risiko pergi ke dimensi yang berbeda.
"Wah, aku terharu." Ujarnya, meskipun hanya tersirat sekilas, dia merasa berharga.
"Ck, tapi Yoo JungHyuk dengan segala kebijaksanaannya mengatakan bahwa, sekalipun Dokja dimensi lain berhasil diselamatkan, dia tetap DokJa dimensi lain, bukan DokJa bodoh yang kita kenal. JungHyuk menolak untuk melangkah lebih jauh, apalagi saat chapter terakhir yang kutulis ternyata sudah diubah oleh bocah-bocah nakal yang ingin karakternya dibuat keren."
Ah, Kim DokJa bisa menebak siapa pembuat masalah itu. JihYe dan GilYeong memang selalu ingin terlihat hebat, tapi DokJa akui mereka sudah terbilang kuat di umur belia. Wah. Dokja boleh merasa bangga kan karena berhasil mendidik bocah-bocah itu?
"Sederhananya, kita semua hidup semestinya, dan hancur ketika aku mendapat kabar dari SeolHwa bahwa alat-alat rumah sakit tak lagi bisa membantumu. Dengan kata lain, mati."
Kim DokJa tertegun. Bukan, bukan karena kaget. Kematiannya jelas adalah sesuatu yang memang sudah dia rencanakan demi menyelamatkan company nya.
Dia hanya... bingung?
"Sebentar, maksudmu, karena aku mati, lantas kau menciptakan kembali dunia bodoh dengan novel tebalmu? Kau serius? Hanya karena aku mati?"
Han SooYoung menatap sinis sang lelaki, "hanya?"
"Kau bilang 'hanya'?!" Han SooYoung menggebrak meja, menatap tajam Yoo JungHyuk dengan wajah memerah karena emosi, "jelaskan padanya, sialan. Jelaskan padanya sehancur apa kita saat tahu dia mati. Jelaskan pada partner bajinganmu ini, Yoo JungHyuk!"
"Wow, wow, calm down, girl."
Kim DokJa menggaruk tengkuknya yang tak gatal, apa dia secara tidak sengaja baru saja memancing emosi seorang Han SooYoung?
"Kau masih menganggap remeh keberadaanmu ya?" Yoo JungHyuk menghela napasnya, mengusak kasar surai berantakannya, "sederhananya, stupid DokJa, kematianmu mempengaruhi hidup dari anggota company.
"GilYeong dan YooSung adalah dua anak yang paling terpuruk akan kematianmu. Heewon dan Hyunsung bahkan setelah sekian lama bersama, memilih untuk berpisah karena setiap kali mereka berkumpul berdua, hanya kau yang mereka bicarakan dan itu akan berakhir dengan suasana tidak menyenangkan.
"Lee JihYe selalu mengacaukan suasana dengan tanpa sadar memanggilmu untuk menjadi walinya di kampus jika aku tidak bisa. SeolHwa yang merasa bertanggungjawab dengan kesehatanmu akan selalu memisahkan diri, meski kemudian ditemani oleh SangAh yang menjadi wanita paling tegar, sekalipun kita semua tahu bahwa dia tak kalah terpuruknya dengan GilYeong.
"Bahkan Han SooYoung itu---"
"STOP! STOP, CUKUP!" SooYoung melemparkan bantal ke wajah Yoo JungHyuk, "jangan mengarang cerita, u're fcking sunfish!" Bentaknya.
DokJa mau tak mau mulai memikirkan kata-kata JungHyuk. Apa memang dia seberharga itu? Apakah pengorbanannya tidak memberi cukup kebahagiaan untuk mereka?
"Bayangkan, kau bayangkan saja, Kim DokJa. Bayangkan bahwa yang berkorban itu adalah Han SooYoung---"
"Jangan bawa-bawa namaku, bajingan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
<endless>
Short StoryKim DokJa bukan anak bahasa, tapi epilog buku itu serta merta membuatnya tak punya pilihan selain mencari tahu. Hanya untuk membawanya kembali pada kehidupan di mana Kim DokJa merasa hidup. Dengan Yoo JungHyuk, Han SooYoung, dan anggota company nya...