4

90 8 4
                                    

"Jadi aku akan ke kereta bawah tanah untuk memulai secara resmi skenario kita?" Kim DokJa melirik Yoo JungHyuk yang tengah menyetir, "maksudku, aku tahu aku harus ke sana. Tapi kenapa kalian berdua juga ikut?!"

Han SooYoung yang duduk di jok belakang tertawa, sibuk memakan permen lemonnya sambil membuka-buka layar hp. Yoo JungHyuk tetap fokus menyetir, terlihat tidak tertarik untuk menjawab pertanyaan Kim DokJa.

"Dengar, kalau kalian berniat mengantarku, aku bisa pergi sendiri ke stasiun. Ada bus umum, perjalannya paling hanya setengah jam dari rumah Han SooYoung." Lelaki dengan tinggi sejengkal di bawah Yoo JungHyuk itu memijak pelipisnya dengan ekspresi frustasi.

"Kim DokJa." Gadis yang duduk di belakang memajukan tubuhnya, menarik kursi yang diduduki DokJa hingga berbentuk horizontal. Dua netra kelam itu saling menatap seolah mencari sesuatu yang tenggelam di dalamnya,

"Sudah saatnya kita bergerak dengan persiapan penuh. Tidak dikendalikan. Di mana kali ini, kita akan benar-benar menang, tanpa harus ada yang mati atau berkorban. Jadi bukan kau yang akan ke kereta bawah tanah. Tapi 'kita'." Ujar Han SooYoung.

Kim DokJa dapat memahami hal itu, sejak awal memang itu tujuan mereka. Tapi tetap ada hal penting yang harus mereka lakukan. Hal penting yang tidak akan pernah bisa DokJa buang.

"Bagaimana dengan anak-anak yang lain? Hyunsung, Gilyeong, Jihye, Yoosung, Sangah, Heewon, Seolhwa? Atau mungkin kali ini kita bisa membawa Kim Namwoon? Dan adik Yoo JungHyuk, Mia? Bagaimana dengan mereka?"

Kali ini Yoo JungHyuk bergerak, memperbaiki kursi Kim DokJa hingga tegak kembali dan melirik lelaki itu dengan ekor matanya yang tajam.

Tangan kanan pria menawan itu memegang setir, dan tangan lainnya menekan sesuatu pada ponselnya.

"Aku sudah menghubungi Mia, dia yang akan mengumpulkan orang-orang yang kau sebutkan tadi. Hubungi mereka." Ucapnya seraya melempar handphonenya kepada lelaki lain di sebelahnya.

Kim DokJa menatap layar tipis itu, melihat bahwa telepon sudah tersambung dengan orang lain di seberang sana.

"Halo? Oppa? Aku sudah mengumpulkan mereka, kami dalam perjalanan ke stasiun kereta bawah tanah, benar? Kami akan sampai di sana sebentar lagi. Oppa, jawab aku!!"

Kim DokJa tersentak mendengar suara keras dari adik JungHyuk yang sangat serupa dengannya, dia menyala canggung.

"Ah, halo, Yoo Mia. Ini Kim DokJa, kakakmu sedang menyetir."

Sempat terjadi keheningan, Kim DokJa jadi sedikit paranoid akan reaksi yang diberikan oleh JungHyuk versi perempuan itu. Sebelum akhirnya terdengar teriakan kuat,

"INI PAMAN JELEK! HEI, PAMAN JELEK BERSAMA OPPA!!"

"Hyung?! Hyungg!!! Kau di sana? Kau baik-baik saja, Hyung?"

"Ahjussi! Jangan berduaan di mobil bersama master ku, nanti ketiganya adalah setan."

"Jihye, aku yakin ada Han SooYoung-ssi di sana. Dia akan sangat marah kalau mendengarmu menyebutnya setan."

Kim DokJa tanpa sadar tersenyum, sebuah perasaan hangat serta merta memenuhi tubuhnya. Mereka semua baik-baik saja, dan memiliki ingatan yang sama.

"Ingatan semua orang akan kembali saat kau selesai membaca bab terakhir itu, Kim DokJa. Begitulah peraturannya." Ucap Han Sooyoung, "meski begitu, aku tidak akan memaafkan Jihye untuk memanggilku setan. Ingatkan aku nanti untuk membakarnya."

"DokJa-ssi, saya akan memastikan bahwa anak-anak ini aman bersama saya dan Heewon-ssi. Kalian bertiga hati-hati lah di sana. Kami akan menunggu kalian di stasiun kereta bawah tanah berikutnya."

<endless>Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang