Satu

2.8K 36 2
                                    

"Saran gue nih ya, Lo itu kudu mepet tuh bujangan atu! Lo suka kan sama dia? Jadi pepet terus biar dia kecantol sama Lo bro. Gue dukung seribu persen deh!!!" Elang mengepalkan kedua tangannya lalu menyodorkan ke arah atas, berniat menyemangati sahabatnya yang kini tengah plin plan terhadap perasaannya sendiri.

Rion menabok lengan Elang yang kini meringis. Karena tabokannya yang keras.

"Ah Lo mah, nabok gue kayak punya dendam kesumat aja!. Gue sebar juga tentang perasaan Lo"

Mendengar gertakan itu Rion menatap tajam sahabat sedengnya. "Lo mau gue di buli sama fans fanatik tuh cogan hah?! Gue bilangin rahasia Lo juga ke kakak gue biar Lo diputusin, gimana?"

Elang menautkan semua jemarinya, lalu meletakkannya di depan dada, matanya membulat lebar dengan bibir dikerucutkan. Menurut orang lain pasti akan di bilang imut dan menggemaskan beda dengan Rion yang justru jijik menatap sahabatnya yang di pandangannya seperti orang menahan berak.

"Iya iya ngga bakal gue bilangin, asalkan Lo juga jaga rahasia gue. Gue belum siap kalo ngehadapi tuh bocah-bocah dengan kelamin cewek yang bar-barnya mintak ampun." Rion menghela nafas, mengingat bagaimana bisa dia jatuh cinta kepada sosok pria, dan parahnya lagi itu adalah pria yang memiliki sejuta fans yang menyeramkan di matanya.

Tidak heran pria yang ada di hatinya itu memiliki banyak penggemar, karena ketampanan dan pesonanya memang begitu menarik sehingga membuat banyak kaum hawa terpikat walau hanya satu kali melihat pria itu.

Beda sekali dengannya yang tidak memiliki fans satupun, tentu saja dirinya begitu aneh, seperti kebanyakan cowok cupu. Kaca mata tebal dan lebar yang dipakainya terkadang membuatnya menjadi bahan olok-olokan siswa siswi di sekolahnya.

Padahal menurut Elang, dia begitu menggemaskan menggunakan kaca mata kebesaran itu.

Kringgg kringgg

Suara bel tanda kelas akan dimulai berbunyi nyaring hingga berdengung di telinga kedua adam itu.

"Ya udah deh bro. Gue mau masuk kelas dulu noh bel kematian udah bunyi."

"Hm"

"Jangan lupa bilang ke Tata, nanti malam gue bakal ngapelin dia ya!" Rion menendang pantat Elang dengan kuat. Membuat Elang memegangi pantatnya yang berdenyut hebat karena tendangan maut manusia yang sayangnya sahabatnya itu.

"Anjing Lo ya bro. Pantat montok gue kalau tepos berarti gara-gara Lo!"

Rion tertawa,"Iye. Lagian emang udah tepos kali. Udah-udah sana, bukannya sekarang pelajarannya pak Seno?"

Mengingat satu hal penting itu, Elang langsung lari terbirit-birit menuju kelasnya yang berada di pojok sana.

"Ck ck ck punya sahabat atu-atunya pikirannya kencan terus." Bilang aja iri lo Yon, Yon,, kasian yang masih jomblo akut hahaha.

-author sialan!- Rion
****
"Pulang bareng gue apa naik taksi nih? Tapi gue males bonceng Lo si. Takut-takut gue dikira bonceng bocil esempe lagi." Elang tertawa melihat wajah sahabatnya yang merah, kontras dengan kulitnya yang seputih salju.

"Idih-idih, mentang-mentang Lo lebih tinggi dari gue Lo bisa sekate-kate bilang gue bocil smp, sadar Lang Lo aja kalah tinggi sama kakak gue. Padahal Lo lakinya." Rion balas ucapan Elang yang selalu membuat nya emosi tujuh turunan tujuh tanjakan. Hingga rasanya ia ingin menenggelamkan sahabatnya di laut dalam sana biar sekalian dimakan hiu dan kawan-kawannya.

"Y-ya g-ue kan lebih muda dari Tata bro!" Elang menghilangkan muka tengilnya ketika mendengar ucapan Rion yang memang benar adanya.

"Hm"

Padahal mah tetep aja si cowok walaupun lebih muda, tapi rata-rata tingginya udah kaya tiang kalau deket ceweknya.

"Yuh pulang, padahal sebenarnya males gue tuh bonceng Lo. Biasa dikira homo gue njing. Padahal muka gue ga ada tampang homonya!"

"Ini juga gara-gara Lo si kalo bonceng meluk gue kek pacar njer."

"Brisik, ayok jalan!"

Rion mendengus mau bagaimana lagi, dia takut jika dibonceng motor lagian dia hanya menggunakan mobil di kesehariannya. Jadi ketika menaiki motor walaupun hanya bonceng, dia agak takut. Apalagi yang mengendarai kan orang yang begajulan.

Rion sebenernya aneh dengan dirinya kok bisa-bisanya dia bisa memiliki sahabat spek setan ini?. Ah ini semua karena kakak perempuan nya yang pemaksa itu. Tak jauh beda dengan pemaksa yang kini memboncenginya. Memang cocok sepasang kekasih itu, udahlah sama-sama pemaksa, sama-sama sedeng lagi.

"Eh eh kapan Lo tembak Reza?"

"Heh Lo ngomong apa ngga kedengaran" Rion denger, hanya saja ia sebal.

Elang yang paham jika sahabatnya ini memang begitu sensitif jika sudah menyangkut pujaan hatinya akhirnya tidak berani membuka suara lagi. Dia tidak mau kena amukan pria itu, sudah cukup dulu ia pernah ditendang 'anunya' sampai sebulan ia berada di rumah sakit. Untung saja 'anunya' masih bisa diselamatkan. Jika 'anunya' sampai kenapa-napa mungkin Elang mending mati saja.

Dan begitulah di sepanjang perjalanan menuju rumahnya, Rion hanya menahan dirinya saat Elang terus mengungkit perasaan nya pada cowok adik kelasnya yang begitu dingin. Namun dimatanya begitu tampan.

Rion Story [Free] [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang