Tiga

1K 16 0
                                    

Sinar matahari tergantikan tahtanya oleh sinar rembulan, malam menjelang sedangkan sosok ini masih tertidur paska menangisi realita yang selalu menamparnya.

Siapa lagi jika bukan Rion.

Tidurnya begitu nyenyak, bantal guling saja sampai ditendangnya dan dirinya sudah tidak berada pada tempat yang seharusnya pun ia tidak sadar saking nyenyaknya tidurnya.

Begitu kebo, seperti author 😭

"Woy dek bangun. Udah jam 8 ini, makan dulu, nanti dilanjut ngoroknya! Kakak tunggu di ruang makan!!" Ucap Tata dari luar pintu kamar adiknya.

Rion yang mendengar suara cempreng itu mulai membuka matanya. Semuanya gelap, ya karena lampu nya belum dinyalakan.

Rion merasakan dingin pada punggungnya, ya lagi dan lagi ia menyasar di lantai, Rion bangkit dan mencari saklar lampu. Setelah menemukan dan menyalakan nya ia berjalan menuju ruang makan seraya terus menguap, dan menahan kantuk yang masih menderanya.

"Ckckck itu mata kenapa? Bengkak gitu?" Tata ingin tertawa sebenarnya, tetapi melihat komuk adiknya yang julid able ia mengurungkan niatnya.

"Hm ngga papa Kak cuma kurang tidur aja."

Lo pikir bisa bohongin gue dek, ck gue udah berapa tahun sama Lo dek dek

"Iya deh Kakak percaya."

Apa jangan-jangan???

Lagi lagi pikiran 'itu' melintas dibenak Tata.

Rion yang tidak melihat sosok sahabatnya bertanya,"Mana curut itu Kak?" Tata mengernyit.

"I-itu si Elang Kak."

"Owh dia udah pulang tadi sebelum Maghrib. Kakak suruh dia buat nginep ngga mau takut kelepasan katanya." Rion menggerutu dalam hati.

Idih lagian belum ngapa-ngapain kakak, pasti udah kakak bogem dulu itu cowok

"Sudah-sudah makan, nanti keburu dingin makannya." Rion mulai menyiduk nasi dan menaruh berbagai lauk pauk yang dimasak kakaknya ke dalam piringnya yang sudah terisi nasi.

Selama beberapa menit ini, hanya dentingan garpu dan sendok beradu yang terdengar.

Selang beberapa menit kemudian, makan malam mereka telah selesai, Tata dan Rion membersihkan piringnya bersama. Saat-saat seperti inilah mereka benar-benar merasa saling membutuhkan dan membantu.

Hah, Rion jadi kangen ayah bundanya. Kapan mereka pulang ke rumah, sudah 1 tahun mereka berada di negeri Jiran dan belum pulang sampai sekarang karena sibuknya mengurusi masalah perusahaan mereka yang lagi bermasalah.

Untung saja mereka masih rajin mengirimi mereka sejumlah uang yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka,, sehingga mereka berdua tidak pernah kekurangan suatu apapun.
****
Suara telivisi terdengar menggelegar di ruang tamu, memang setelah selesai membereskan cucian piring, mereka berdua nobar drakor dengan berbagai cemilan yang kini hanya tinggal bungkusan nya saja.

Tokk tokk tok

Suara ketukan menarik atensi mereka, Tata sendiri mulai menguap.

"Dek bukain pintu gih. Kakak mau tidur, mata udah tinggal se-watt ini." Tata berjalan menuju kamarnya. Dia sudah benar-benar ingin memeluk gulingnya erat dan bersatu dengan pacar keduanya, kasur tercintanya.

"Haduh siapa si malam-malam gini dateng berkunjung. Moga aja bukan maling, serem, tapi kalau ngga gue bukain gue sebagai tuan rumah ngga sopan dong, au ah buka aja. Bismillah bukan orang jahat."

Cklek

Melihat sosok itu, mata Rion langsung berkaca-kaca dan langsung memeluk kedua sosok yang sudah lama tidak pulang ke rumah ini, seolah lupa dengan rumah asli mereka.

"Hiks ayah bunda" Rion tidak bisa menahannya lagi, ia menangis di pelukan mereka.

Selin dan Gala, memeluk sayang anak bontotnya itu.

"Sudah jangan nangis, masa anak cowok nangis."

"Ihh Bunda mah, ngga tau apa kalau Rion dan Kakak itu udah rindu berat ke ayah bunda. Kami kesepian di rumah." Rion mengerucutkan bibirnya, ia sedang kesal!!.

Selin tertawa melihat anak kesayangannya merajuk.

"Ayok masuk, Ayah kasih hadiah banyak-banyak deh. Maafin Ayah bunda juga soalnya perusahaan baru stabil." Rion tersenyum haru, kedua tangannya menggenggam lengan orang tuanya. Sedangkan Selin dan Gala begitu bahagia karena akhirnya setelah satu tahun lewat ia bisa bertemu kembali dengan anaknya.

Dan mereka bertiga berbicara random seraya Rion yang membukaki kado dari Ayahnya itu. Ia tidak membangunkan kakaknya, karena ia tidak tega, pasti kakaknya begitu capek.

Di lain sisi, Tata mengucek-ucek matanya. Ia tidak salah lihat kan? Ia berharap tidak, dengan terburu-buru ia langsung menubruk kedua orang yang sudah sejak lama di rindukannya.

"Hiks Ayah bunda, kapan kalian datang kok ngga bilang-bilang sama Tata!" Tata menangis di pelukan orang tuanya.

Gala dan Selin hanya tersenyum singkat, putri mereka kini sudah tambah dewasa.

"Kan buat kejutan, tapi malah cuma Rion aja tadi yang nyambut ayah bunda heh?!" Tata mengusap air matanya lalu menyengir lebar,"Tadi Tata udah ngantuk banget."

"Untung aja Tata haus jadi bisa ketemu ayah bunda. Kalau aja nggak pasti ketemunya besok pagi."

"Heh Lo dek kenapa ga langsung panggil Kakak? Malah enakan buka-bukain kado!!" Rion menyengir,"Lagian kan Kakak pasti capek apalagi tadi sore kan seharian urusin noh bucin kakak." Tata menjitak kening adiknya.

"Hilih-hilih kabar gembira harus langsung adek sampein lah!!"

Rion mengangguk,"Iya deh wanita selalu benar Kak"

"Good boy" Tata menepuk ringan kepala adiknya.

"Owh iya pak mana hadiah buat Tata?" Tata menodongkan kedua tangannya.

Gala menunjuk ke arah kado yang akan di buka oleh Rion.

"Arghh jangan dibuka itu hak Kakak dek!!" Rion yang hendak membuka kadonya tidak jadi, namun mengingat kado ini begitu besar dan beda dari yang lain membuatnya jadi penasaran.

"Siniin kado itu milik kakak!!" Bukannya menyerahkan, Rion malah membawa kabur kado itu, hingga membuat Tata berlari mengejarnya.

Gala dan Selin tertawa akibat kelakuan kedua anaknya yang konyol. Mereka bersyukur bisa melihat tingkah kedua anaknya lagi.

Mereka berdua begitu bahagia, karena kebahagiaan terbesar mereka, adalah melihat kedua buah hatinya bahagia.

Dan mereka harap kedua anaknya akan selamanya disertai kebahagiaan.






Rion Story [Free] [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang