Part 1

2 0 0
                                    

Meira sudah menjalin hubungan dengan Altair sejak putus dari mantan pacar pertamanya tiga tahun lalu, mereka sudah berkomitmen, berjanji untuk saling setia sampai kapanpun. Meira mencintai Altair setulus ia mencintai dirinya sendiri, begitupun cowok tampan pemilik Sport company itu yang juga sangat mencintai Meira.

Mereka sudah bertunangan dua bulan lalu di Paris, dibawah indahnya sinar rembulan Altair memasangkan cincin berlian  ke jari manis Meira. Malam itu Meira menjadi gadis paling beruntung. Keluarga Altair menerimanya dengan sangat baik, mereka bahkan menyarankan untuk mempercepat pernikahan. Namun karena Meira baru bekerja di sebuah rumah sakit besar yang cukup terkenal mereka menunda pernikahan sampai dua tahun lagi.

Meira gadis yang pintar, ia lulus fakultas  kedokteran dengan nilai terbaik, ia ramah dan murah senyum. Meira yang ramah berteman dengan siapa saja termasuk dengan mantan pacar satu-satunya,  Fahri sebastian. Hubungan mereka sudah lama berakhir  jadi meira merasa bahwa tidak ada salahnya  berteman kembali. Memulai pertemanan setelah hubunganmu berakhir tidak masalah bukan?

"Ra, kamu pulang jam berapa? " tanya Fahri disaat mereka makan bersama dikantin rumah sakit siang itu.

" jam enam, kenapa? " sahut Meira memasukkan suapan terakhir ke mulutnya.

" mau dinner gak? "

" dinner sama kamu? " dahi Meira sedikit mengerut

"Iya lah, kan aku yang ngajak. Emang sama siapa lagi? " ujar Fahri terkekeh pelan.

"Jangan gila deh, aku sudah punya tunangan," ketus Meira

" aku juga punya cewek, ra. Kan cuma dinner gak ada salahnya juga. Kecuali aku ajak kamu nikah itu baru gila. "

" Yaudah. Mau dinner dimana? Nanti aku kesana sendiri,"meira menerima ajakan Fahri dengan santai, cuma makan malam bersama teman bukan sesuatu yang perlu dipermasalahkan.

" jam 8 aku jemput kamu. Rumahmu masih yang dulu kan? "

"Aku tinggal di apartemen di seberang rumah sakit. Jauh kalau tiap hari bolak balik kerumah" jelas Meira sambil merapikan piring bekas makan, lalu mengelap meja dengan tisu. Memang, di kantin ini karyawan yang makan harus membereskan sendiri perlatan makan mereka, ada peraturan tertulisnya.

"Berarti boleh dong aku main ke apartemen kamu kalau libur? "

"Jangan ngaco. Altair sering mampir ke sana" Meira mendelik pada cowok yang duduk di depannya itu, Fahri tertawa pelan melihat kekesalan Meira. Ah, gadis itu terlihat menggemaskan.

" Mau kemana? " tanya Fahri melihat Meira sudah berdiri,

" aku ada jadwal operasi jam setengah tiga. Aku ke dalam dulu, ya. " kata Meira sambil berlalu pergi

Fahri tersenyum tipis memandangi punggung Meira yang perlahan menjauh. Wanita yang pernah mengisi hatinya, wanita yang pernah menjadi alasan ia tersenyum dan tertawa, wanita yang merubahnya menjadi lelaki yang lebih baik, dan juga wanita yang membuatnya hancur saat hubungan mereka berakhir.

Fahri menggeleng pelan sambil menghela nafas, sejenak memejamkan mata lalu juga beranjak pergi.

*

Meira menatap pantulan dirinya di cermin, ia mengenakan gaun biru muda selutut dengan rambut digerai menutupi punggung. Bibirnya melengkung keatas kembentuk senyum manis yang menawan.

Orang-orang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang