Meira mengaduk makanan dengan dongkol, suasana hatinya sangat buruk sekarang, bagaimana tidak kalau tidak jauh dari tempat duduknya sekarang Fahri dan Melody juga sedang makan siang, mereka berbincang hangat terlihat seperti sepasang kekasih yang serasi.
"Kamu kenapa ra? " tanya Zea teman sesama dokter yang berada di divisi yang sama dengannya.
Meira menggeleng, ia melirik pada Fahri, cowok itu kebetulan juga menatapnya, cowok itu mengedipkan sebelah matanya.
Meira membuang pandangan dengan kesal, ia cemburu. Ya, meira cemburu ada perempuan yang sudah menjadi kekasih Fahri, ia ingin marah, ingin memberitahu bahwa ia juga kekasih Fahri. Meira tersenyum miris, tidak, itu tidak akan pernah bisa ia lakukan. Fahri adalah milik Melody dan itu yang dilihat oleh semua orang. Fans Melody yang hampir semuanya mendukung mereka berpacaran. Melody adalah wanita satu-satunya bagi mereka yang melihat, namun faktanya di sini meira juga kekasih Fahri. Meskipun hanya Wanita kedua yang dengan tega menerima cinta lelaki lain yang sudah menjadi milik wanita lain.
Meira menghela nafas panjang, disini meira juga tunangan lelaki lain. Ia memang sedikit merasa bersalah karena mendua dibelakang tunangannya, lelaki yang menerimanya dengan tulus dan sangat mencintai meira. Namun, perasaan pada fahri belum sepenuhnya hilang meskipun sudah putus bertahun lalu.
"Kamu gak makan? Dari tadi cuma mengacak makanan? " tanya Zea heran melihat piring Meira masih penuh sedangkan isi piringnya sendiri sudah hampir habis.
"Gak selera" sahut meira
Zea cuma mengangkat bahunya acuh.
"Mereka pasangan yang cocok ya, ra? " celetuk Zea menunjuk kearah fahri dan melody dengan dagu.
"Cocok dari mana? " Meira mencebik kesal.
"Cocok lho, ra. Yang satu direktur rumah sakit, satunya lagi penyanyi terkenal.. "
"Duh, ngapain sih ngomongin mereka. Udah ah, balik kedalam yok" ajak Meira menarik kesal tangan Zea.
Meira melewati meja Fahri tanpa menoleh sama sekali.
"He'em.."Fahri berdehem singkat
Meira tidak memperdulikan, ia terus berjalan bahkan mempercepat langkahnya keluar kantin.
" kamu kenapa sih dari tadi gak jelas banget?" tanya Zea
"Gak jelas gimana? " Meira balik bertanya
"Ya, kamu gak makan siang. Terus buru buru pergi seperti ada yang kamu hindari. Jadi... " Zea melirik tajam kesamping " kamu kenapa? Kamu menghindari melody? "
"Enggak" kata Meira cepat
"Terus dari tadi ngapain ngelirik kearah dia terus? "
Meira tidak menjawab, ia langsung meninggalkan Zea di koridor.
"Kenapa sih tu anak? " gumam Zea sambil menyusul meira.
*
"Ra, nanti malem mau gak bioskop? " tanya Fahri sore itu di Koridor sayap kiri
"Gak bisa" sahut Meira yang sibuk menatap ponsel sambil sesekali mengetik
"Kenapa? "
"Aku ada janji sama Altair... "
"Batalin! " kata Fahri penuh penekanan
"Jangan seenaknya. Aku memang menerima kamu tapi Altair adalah tunanganku. Jadi jangan kepedean kalau aku akan dengan mudah memilih kamu diantara kamu dan Altair" kata Meira sedikit sinis
"Maksudnya aku gak penting buat kamu? " Fahri bertanya marah, ia mengcengkeram tangan meira membuat gadis itu seketika berhenti.
"Apaan sih? Lepas! " Meira menarik tangannya namun Fahri semakin mengencangkan cengkeraman. Matanya menatap meira tajam.
"Bukan gak penting. Tapi Altair prioritas sama seperti kamu yang lebih memprioritaskan Melody, "
"Hei,, kita gak usah bawa nama siapapun kalau sedang bersama.. "
"Kamu yang mulai. Aku cuma menjawab dari pertanyaan kamu. Dan jangan pernah meminta aku untuk lebih memprioritaskan kamu dibanding Altair, selama kamu masih lebih peduli pada Melody!" meira juga menatap tajam
Fahri melepaskan tangan meira dan mundur beberapa langkah. Ia terdiam, mencerna setiap ucapan yang keluar dari mulut Meira. Ah, seharusnya dia tahu ini adalah resiko dari hubungan mereka, ditempat dimana hanya ada ia dan meira mereka adalah pasangan sempurna. namun kenyataannya ia dan meira sama-sama sudah memiliki kekasih yang mungkin sebentar lagi akan menikah.
"Maaf. Aku belum terbiasa" cicit fahri sambil menunduk, menyembunyikan luka dihatinya.
"Kita akan terbiasa, kita cuma butuh waktu. Aku pulang ya? " ujar Meira tersenyum lembut.
Fahri balas tersenyum, netranya menatap punggung meira. Tubuh mungil yang sekarang untuk beberapa saat bisa dibilang adalah miliknya. Cowok itu berjalan kearah taman, duduk diatas sebuah bangku. Fahri mendongak memperhatikan awan yang sedikit mendung, jika dulu mereka tidak berpisah akankah keadaan berbeda? Jika mereka dulu tetap memilih bersama bisakah mereka bahagia? Jika berjuang sedikit lagi apa...
Ah, tapi.. Berjuang sekarang.. Bagaimana dengan Melody dan Altair? Meira pasti mencintai Altair, fahri juga tidak ingin kehilangan melody namun ia juga tidak bisa melupakan meira. Apa yang harus ia lakukan?
"Mikirin apa, dok? " tanya Suster mila yang kebetulan sedang mengajak seorang pasien berjalan di taman.
Fahri menggeleng.
" Dok, bisa jaga Anna sebentar? Saya kebelet."
" Lima menit. Kalau lewat lima menit kamu saya pecat " kata Fahri asal.
Setelah mendapat persetujuan mila buru-buru pergi.
Fahri menatap sekilas gadis yang berusia sekitar enam belas tahun itu. Wajah pucat nya masih bisa tersenyum.
" kamu pernah jatuh cinta? " pertanyaan itu terlontar begitu saja dari mulut Fahri
" pernah, dok. Dokter lagi jatuh cinta ya? " Anna tersenyum sumringan
Fahri mengangguk "saya jatuh cinta lagi pada mantan pacar saya"
"Wah, pasti dia seseorang yang luar biasa "
Fahri menatap Anna penuh tanda tanya,
" kalau dia tidak luar biasa dokter tidak akan mencintai dia kembali. Dia orang seperti apa? "Tanya Anna antusias
" dia cerdas, cantik juga manis, dan sangat menggemaskan. Apa menurutmu itu luar biasa? "
"Tentu. Lalu kenapa dokter gelisah. Takut dia menolak? "
" gak apa-apa. Cepat sembuh, suster kamu sudah kembali"
Fahri segera pergi setelah mila datang. Sedangkan Anna menatap heran kearah Fahri yang semakin menjauh masuk kedalam rumah sakit.
***
Kalau kamu jadi Meira apakah kamu mau balikan sama mantan pacarmu?Jangan lupa like, komen dan share ya😄
KAMU SEDANG MEMBACA
Orang-orang Kedua
RomanceMeira bekerja sebagai dokter di sebuah rumah sakit milik mantan pacarnya, Fahri sebastian. Kedekatannya dengan Fahri merupakan awal dari pengkhianatannya pada sang kekasih, Altair. Mereka berdua memulai hubungan gila di belakang pasangan masing-masi...