part 2

1 0 0
                                    

Pagi ini meira terbangun dengan semangat yang berbeda dari biasanya. Ia tersenyum lebar mengingat kejadian semalam, ia harus segera bangun dan bersiap untuk berangkat kerja lalu bertemu dengan Fahri, penyemangat barunya.

"Habis mimpi indah sayang? Lebar banget senyuman kamu? "

Suara bass itu membuat meira seketika kaku. Ia tidak menyadari sedari tadi Altair menatapnya dari samping tempat tidur.

"Al.. " cicit meira seperti orang yang baru saja melakukan kesalahan,

"Kamu kenapa? Masih kaget aja kalau aku kesini? Padahal udah jadi kegiatan rutin aku selama ini" Altair mencubit pelan pipi meira, gemas dengan muka bangun tidur gadis itu.

" eh-enggak. Kamu enggak ke kantor?"tanya meira kembali menormalkan ekspresi, jangan sampai Altair curiga.

"Bentar lagi. Aku kangen sama kamu makanya kesini. Aku bawain sarapan buat kamu tuh. Mandi dulu. Habis itu kita sarapan bareng, "kata Altair lalu mencium lembut kening meira, tangannya menyelipkan beberpa helai anak rambut meira kebelakang daun telinga meira.

Meira termangu melihat senyuman Altair yang begitu bahagia. Ia tidak ingin merusak senyum bahagia itu, ia merasa bersalah selingkuh dari Altair. Namun juga tidak bisa menolak fahri,

"Mandi gih. Aku pindahin sarapannya kedalam piring dulu, aku tunggu di meja makan. "ucap Altair lalu,

Cup...

Altair mengecup singkat bibir meira setelah itu keluar untuk menyiapkan sarapan.

Meira menghela nafas pelan sambil berjalan agak gontai ke kamar mandi. Sialnya, meira selalu terbayang wajah fahri,  bahkan dalam mimpinya tadi malam tetap wajah cowok itu yang hadir.

Setelah selesai mandi dan memakai baju dokternya, Meira keluar menghampiri Altair yang sudah menunggunya dimeja makan sambil memainkan ponsel.

"Morning sayang, " Sapa Meira mencium sekilas pipi Altair

"Manis sekali calon istriku" ujar Altair menjawil gemas hidung mungil Meira.

Meira tertawa kecil kemudian duduk di kursi tepat di depan Altair.

Masih ada sekitar 45 menit lagi sebelum jam kerja dimulai, di sela sarapan mereka berdua ngobrol ringan.

" Sayan, bagaimana kalau minggu depan kamu cuti kita liburan ke Korea? " ujar Altair melirik sekilas pada meira.

"Boleh, tapi coba aku ajuin cuti dulu ya, kalau masih sempat. Kalau gak bisa bulan depan aja, gimana? " kata meira memberi saran. Altair mengangguk singkat.

Meira dan Altair segera pergi setelah selesai sarapan, tentu ke tempat yang berbeda. Altair menuju kantor yang berjarak sekitar setengah jam dari apartemen Meira.

Sedangkan gadis berparas manis itu pergi ke rumah sakit yang tepat berada di seberang apartemen, bukan hanya sekedar memenuhi tanggung jawab sebagai seorang dokter tapi juga menemui kekasih barunya disana.

Meira bersenandung kecil menapaki koridor rumah sakit, tujuannya sekarang adalah ke ruang Fahri.

"Aku maunya undangan yang ini aja. lucu soalnya, "

Senyum meira menghilang mendengar suara lembut dari ruangan fahri, ia berhenti tepat didepan pintu, ia cuma berdiri disana mendengar apa yang akan dibicarakan sepasang kekasih didalam sana. Ya, itu adalah Melody, seorang model dan juga penyanyi yang sudah menjadi kekasih Fahri selama satu tahun belakang.

"Terserah kamu aja yang penting kamu bahagia" kata Fahri pada Melody,

Meira dapat melihat dari depan pintu yang sedikit terbuka kalau Melodi tengah memeluk mesra lengan Fahri. Meskipun meira tahu kalau disini ia hanya orang kedua namun tetap saja ia cemburu melihat mereka berdua.

"Sayang, gimana kalau hari ini kita ke Bali, karena mulai minggu depan aku sibuk konser. Aku mau liburan dulu sama kamu" Melody menatap manja pada kekasihnya itu, ia letakan kepalanya diatas bahu Fahri.

" yaudah nanti malem kita Bali, kamu istirahat aja dulu disini. Aku ada rapat sebentar lagi" ucap fahri mengusap lembut rambut sebahu Melody.

Gadis cantik bertubuh ideal itu mengangguk dan beranjak pergi ke kamar fahri yang ada diruang itu. Biasanya fahri akan tidur disitu kalau tidak sempat pulang kerumah.

Fahri mengambil laptop lalu segera keluar,

"Meira?!" Fahri terlonjak kaget ketika membuka pintu Meira sudah berdiri didepnnya dengan tatapan tajam dan wajah datar.

" ikut aku" Fahri menarik tangan meira sambil sesekali menoleh kedalam, takut Melody tiba tiba keluar dan memergoki mereka.

"Apaan sih? Lepas! " ketus Meira menyentakkan tangan Fahri.

"Kamu cemburu? " Fahri tersenyum menggoda setelah mereka berada ditempat yang aman

"Enggak lah. Aku juga punya Altair" meira duduk disofa sedikit kasar.

"Jangan sebut nama orang lain kalau kita sedang bersama, ra, " Fahri menatap tajam, lalu ikut duduk disamping Meira.

"Huh, " Meira mendengus kesal

"Ra, " panggil Fahri lembut

"Apa? " Meira menoleh dengan wajah judes

Fahri mendekatkan wajahnya pada Meira, mengikis jarak diantara mereka. Gadis itu langsung menunduk, jantungnya berdegup kencang. Nafas Fahri mengenai wajahnya, membuat ia seketika memerah.

Fahri meraih wajah meira agar kembali menatapnya.

Tatapan mereka bertemu, lalu...

Fahri melumat lembut bibir meira yang setiap kali melihatnya membuat fahri hilang akal. Meira membuka sedikit mulutnya, memberi akses lidah fahri untuk masuk kesana. Tangan Fahri menekan pelan tengkuk meira, memperdalam lumatan mereka.

"Udah ya, jangan marah. Kamu tetap orang yang paling aku cintai meskipun hanya bisa memiliki dalam gelap seperti sekarang, "kata Fahri dengan suara lirih seraya menarik wajahnya agak menjauh.

Wajah manis itu masih sedikit memerah namun sudut bibirnya sedikit melengkung. Ia bahagia bersama Fahri, ia jatuh cinta lagi untuk kesekian kalinya pada fahri.

"Jangan pergi lagi, Meira, " Fahri memeluk erat tubuh mungil meira, pelukan yang sangat nyaman yang selalu membuat meira merasa tenang.

***

Cerita ini memang rada gila!!

Tapi, kalau suka jangan lupa like, komen dan share ya

Orang-orang KeduaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang