01. Thirteen

656 89 72
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Hari minggu ditanggal 13 Agustus.

Sejak pagi, langit terus-menerus terlihat mendung kendati hujan tak kunjung menampakkan diri. Udara dinginnya menghantarkan ketidak nyamanan bagi Luna yang hanya mengenakan kaos berlengan pendek dengan rok yang panjangnya sejengkal di atas lutut.

Perempuan itu memeluk dirinya sendiri sembari melangkahkan kaki keluar dari kafe tempat ia mengerjakan tugas kelompok yang jaraknya tak begitu jauh dari kampus. Tak lupa juga menggerutu pada diri sendiri yang dengan bodohnya menolak pinjaman hoodie dari teman kelompoknya karena menuruti saran dari Jella.

Jella bilang, Luna harus tegas menolak setiap pemberian Fahri padanya jika tak mau lelaki itu semakin dalam menaruh rasa. Padahal apa salahnya Luna menerima hoodie itu kan? Lagipula ia memang sedang butuh. Sekarang Luna jadi kedinginan sendirian.

Jella? Sahabatnya itu langsung menghilang entah kemana bersamanya pacarnya yang sigap menjemput setelah selesai mengerjakan tugas kelompok tadi. Meninggalkan Luna terbengong sendirian.

Sekarang Luna memutuskan untuk menyelesaikan sisa tugas yang belum rampung tadi. Akmal membagi sisa tugas kepada masing-masing anggota untuk dikerjakan sendiri supaya lebih efektif. Berhubung deadline-nya lusa dan anggota kelompoknya termasuk dalam tipe yang lebih suka gibah dibanding fokus nugas, Akmal pikir itu adalah solusi terbaik.

Dengan langkah perlahan, Luna berjalan menuju kafe yang belakangan ini selalu ia kunjungi setiap harinya. Sebuah kafe yang jaraknya tidak begitu jauh dari kampus, tapi kalau berjalan kaki seperti Luna sekarang pasti terasa capek dan lama. Apalagi Luna sengaja tak berjalan cepat-cepat, angin dingin yang membelai kaki telanjangnya jelas bukan hal yang menyenangkan.

Senyum tipis terbit di wajah Luna begitu ia sampai didepan kafe sederhana dengan angka 13 besar di bagian depannya.

Kafe Thirteen.

Luna melangkahkan kakinya masuk. Ia langsung disambut oleh senyum ramah seorang laki-laki yang berusia dua tahun lebih muda darinya.

"Kak Luna!" sapa Jingga ramah. "Pesen yang biasa?"

Luna mengangguk dengan senyum. "Tapi cake-nya double ya," ucapnya.

Jingga terkekeh sembari mulai menyiapkan pesanan Luna. Walau baru akhir-akhir ini sering berkunjung, Jingga langsung hafal apa saja yang Luna pesan. Soalnya setiap kali Luna datang, minuman dan makanan yang ia pesan selalu itu-itu saja.

Karamel latte dan kue pilihannya Jingga.

Iya, kalian tidak salah baca. Luna memang membebaskan Jingga memilihkan kue apapun sesuka hati lelaki itu untuknya. Berhubung terlalu banyak pilihan di menu dan Luna termasuk dalam orang yang bingung kalau disuruh memilih, ia meminta Jingga untuk memilihkan untuknya bahkan sejak hari pertama berkunjung.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Luna At 13Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang