sangming; ethereal (2/2)

315 18 10
                                    

bagi mingi, semuanya terasa seperti mimpi.

bagaimana tidak? apa yang akan kau pikirkan apabila seseorang dari lukisan atau buku yang kau baca tiba-tiba menjelma menjadi manusia utuh dan berdiri di hadapanmu serta memanggilmu sebagai kekasihnya? mingi hampir mengira kalau dirinya sendiri terlampau gila dan masih terbuai dalam bunga mimpi. apakah mungkin kepalanya terbentur begitu keras di lantai sampai membuatnya berhalusinasi seperti ini? mingi tahu, kalau lelaki yang berada di dalam lukisan saat itu tampak teramat tampan dan sangat tipenya mingi sekali. tapi, bukan berarti pikiran mingi harus membawa bayangan postur dan wajah tampan pria itu ke manapun.

terlebih lagi, di rumahnya; atau tepatnya, di kamar tidurnya sekarang ini.

jari telunjuk dan ibu jari pemuda itu mengurut bagian batang hidungnya dengan pelan. kedua matanya terpejam, sebab kepalanya mulai terasa sedikit pening untuk memikirkan kemungkinan gila apa yang tengah ia saksikan sekarang ini. bahkan, ia terlupa dengan bagian depan pakaiannya yang belum diturunkan setelah melihat apakah terdapat luka serius pada tubuhnya. tidak sadar, jika sepasang mata beriris kuning cerah tengah mengamati bagian kulitnya yang terekspos dengan menelan saliva tanpa suara.

mingi baru tersadar untuk menurunkan bagian depan pakaiannya, ketika hembusan angin dari pendingin udara di bilik tidurnya mengenai kulitnya dan membuatnya bergidik pelan. sosok yang terlihat dan -secara tidak langsung- mengaku sebagai kang yeosang itu masih berdiri dengan tegap di sisi ranjang mingi, seolah mempersilakan sang pemilik rumah untuk mencerna urutan kejadian yang terjadi di dalam hidupnya beberapa waktu lalu. netra sewarna permata obsidian mingi menatap keberadaan kang yeosang dengan simpati, kemudian menepuk lembut bagian tepi ranjang yang leluasa.

mujurnya, kang yeosang mengerti apa maksud dari gestur pria yang terduduk di ranjang itu dan mempersilakan diri untuk duduk dalam jarak yang lebih dekat dengan sang pemilik rumah.

bola kaca sejernih embun pagi dengan iris kekuningan selayaknya kelopak dari bunga achillea milik kang yeosang tengah sibuk memandangi rupa yang ia kenali sebagai rupa kekasihnya di masa lalu. banyak memori dari waktu lampau milik mereka yang berkelebatan di dalam netra tersebut, membuat pipi kecoklatan mingi samar dihiasi dengan rona kemerahan. dada mingi terasa begitu rusuh dengan debaran yang terus terdengar seperti tabuhan genderang di telinganya.

"nama anda kang yeosang kan?"

kepala sang lawan bicara mengangguk sekilas, namun bibir seranum buah cerinya tetap terkatup. tensi di dalam ruangan itu berbeda dari yang sebelumnya, mingi dapat merasakan itu di bawah kulitnya dan dadanya. ada perasaan familier yang serupa dengan keamanan dan itu membuat mingi lebih nyaman. kewaspadaannya tidak pernah setinggi ketika ia berada di sekitar seonghwa. berada di dekat kang yeosang, bagi mingi rasanya lebih seperti rumah. tempat di mana ia dapat bernaung dan merasa terjaga.

namun, rasa penasarannya kembali muncul saat pikirannya mengingat park seonghwa.

"apakah kau berkenan menceritakan kenapa kau berada di sini? atau setidaknya memberitahuku siapa seonghwa yang menceritakan tentang kisahmu kepadaku?"

ada jeda keheningan beberapa menit setelah pertanyaan mingi. kepala kang yeosang bergerak untuk menoleh ke arah lain dan memutuskan kontak pandangannya dengan mingi. lelaki itu terlihat seperti sedang berpikir tentang apa yang harus ia katakan pada pria di hadapannya. mingi tidak ingin mendesak sosok di hadapannya, tetapi ia membutuhkan jawaban dari kang yeosang secepatnya. kalau dalam lima menit ia tidak lekas menjawab, maka mingi akan-

"semua yang diceritakan seonghwa itu benar," ujarnya dengan suaranya yang terdengar lebih berat dari sebelumnya. seakan-akan, ada beban yang tengah ia pikul di setiap katanya ketika mengutarakan kalimat itu. "kau adalah kekasihku di waktu lampau."

[ bottom mingi ]: 𝐘𝐔𝐀𝐍𝐅𝐄𝐍Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang