Content Warning: Major Character Death.
★
Burung-burung gagak telah terbang keluar dari sarangnya ketika sang fajar beranjak dari lelap rehatnya.
Napas yang terhela dari mulut-mulut fana di tanah lapang itu menimbulkan uap yang terasa membekukan tulang belakang dengan penat dan nyeri saat baskara mulai menyirami mereka dengan pelita keemasannya. Erang dan rintih saling bersahutan, akibat dari luka yang tertinggal di beberapa bagian tubuh mereka. Di beberapa titik pada tanah lapang itu masih terdengar benda berbahan besi dan perak yang berdentang serta bergesekan antara satu dengan yang lain.
Sisa dari kelompok yang masih bertahan di atas kedua kakinya mati-matian melindungi rekan yang telah bersimbah darah dan terbaring dengan zirah yang tercela. Ada beberapa yang kehilangan anggota tubuhnya dan tewas bahkan sebelum diberi pertolongan, sebab telah kehilangan banyak darah. Tetapi, ada juga yang raganya telah terdeformasi dan bertahan dengan segenap kekuatan yang ada untuk tidak kehilangan kesadaran di tengah medan perang itu.
Dua lelaki yang masih mampu bertahan di atas kedua kakinya dan mengayunkan apapun senjata yang mereka miliki di tangan adalah sang kaisar -Song Mingi- dan panglimanya, Jeong Yunho.
Setelah memastikan kalau pasukannya dapat bertahan dari perlawanan sisa musuh yang ada, panglima itu bergegas memberi aba-aba kepada ajudannya kalau ia akan fokus untuk melindungi sang kaisar. Maka, di sinilah ia, menghalau segala hal yang ditujukan untuk melukai kaisarnya itu. Baik dari lesatan anak panah, bilah pedang yang tajam, maupun kantung berisi tanaman beracun yang digiling hingga menjadi serbuk halus.
Yunho sempat mengeluarkan erangan samar saat kantung tersebut meledak di udara dan menyelusup ke celah baju zirahnya, kemudian mengenai permukaan kulit lehernya. Sensasi terbakar perlahan terasa menggerogoti kulit lehernya dan nyaris membuat pria itu kehilangan fokus dari tujuan utamanya. Setelah menyadari kalau kiranya ada kemungkinan Mingi terkena efek dari serbuk yang sama, kepala sang panglima bergegas menoleh ke arah pria tersebut.
Sukmanya seketika memanjatkan syukur pada dewa akan kondisi sang kaisar yang tampak luput dari luka.
Tidak ada luka, namun air mukanya cukup menandakan lelah yang kian menggelayuti raga fananya. Ayunan pedang di tangan kanannya memang terlihat begitu kuat dan penuh dengan tenaga. Tapi, Yunho tahu betul, kalau energi yang tersisa di raga sang kaisar sudah berada pada titik yang nyaris menyentuh dasar.
Sang panglima memutuskan untuk mengabaikan perih yang masih mendominasi permukaan samping lehernya itu dan langsung memberikan perlindungan penuh pada kaisarnya. Sesekali, tatapan mata keduanya bertemu di saat pasukan musuh memberi mereka celah untuk memastikan keadaan satu sama lain. Napas keduanya terhela dengan penuh tekanan, mengerahkan sisa tenaga yang ada untuk memastikan keadaan aman-bahkan bila itu hanya sementara.
Tidak masalah.
Kehilangan yang mereka lalui terasa tiada terkira. Tidak masalah untuk memberi jeda sejenak untuk bernapas dan memastikan rekan-rekan yang terluka mendapatkan perawatan yang layak, atau bahkan ... menguburkan yang telah menjemput ajal di tengah pertempuran. Mereka akan memastikan kalau semuanya akan ditemukan dan dikembalikan ke dewa dengan kondisi yang layak dengan ketenangan di dalam dekapan bumi.
Dalam benak Yunho saat ini tengah berkecamuk banyak hal. Kondisi sang kaisar, rekan-rekannya -baik yang masih bertahan, ataupun yang telah gugur-, dan rakyat yang berada di bawah perlindungan mereka. Semuanya terasa seperti ombak raksasa yang tergulung tinggi, siap menyapu Yunho kapan saja dengan rasa cemas dan duka yang tidak dapat dibayangkan bagaimana bentuknya. Panglima itu tengah digentarkan dengan ketakutan yang berbisik-bisik jahil ke dalam rungu dan sukmanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
[ bottom mingi ]: 𝐘𝐔𝐀𝐍𝐅𝐄𝐍
Fanficoneshots of bottom mingi in a book. © eroshrine - nsfw materials.