BAB 4 : IDENTITAS RAHASIA

212 19 5
                                    

Yujin berbaring di atas ranjang kakaknya, bosan. Tangannya yang iseng memelintir helaian rambut bergelombang cantik di kepalanya. Tiba-tiba ia menolehkan kepalanya ke arah jam dinding, mengamati keterangan waktu yang ditampilkan.
   
Malam semakin larut, namun sang kakak sepertinya belum berniat mengistirahatkan diri.
   
"Udah jam sepuluh." Ujar Yujin mengingatkan.
   
"Ya tidur aja sana." Sahut Matthew tanpa berpaling dari bukunya. Lelaki itu tetap sibuk mengerjakan apapun tugasnya di meja belajar. Yujin sendiri tidak tertarik mempertanyakan mata pelajarannya.
   
"Kak." Yujin memanggil lagi, lalu mendengar dengungan singkat sebagai respon. "Menurut kakak di sini banyak Quidrinean gak?"
   
Matthew menjadi sedikit tertarik. Fokus pandangannya meninggalkan deretan tulisan tangan yang dicoretnya sejenak.
   
Benar juga. Aura murid-murid di sini banyak yang tidak biasa. Batin lelaki itu.
   
"Mungkin." Matthew membuka suara. "Jujur aja, aku gak bakal heran kalo ada banyak di sekitar kita. Banyak itu dalam arti… Nggak cuma satu dua."
   
"Apa kak Hanbin termasuk? Maksudku Park Hanbin."
   
"Menurutku sih enggak." Matthew berputar agar dapat mempertemukan pandangannya dengan si adik. "Sampe sekarang auranya manusia banget."
   
"Berarti dia cowok tulen? Gak asik."
   
"Oi, Han Yujin. Kamu bercanda, kan?" Matthew mempertajam sorot matanya. "Lebih baik kalian nggak usah bingung soal cinta di sini. Jodoh kalian ada di Quidrineus."
   
"Iya, iya, kak." Yujin membuka sebungkus permen dan memakannya. "Ya gak tau lagi."
   
"Han Yujin."
   
"Kakak gak ada kenalan Quidrinean di sini?" Tanya Yujin tiba-tiba, berharap kakaknya tidak lagi memarahinya.
   
"Nggak." Sahut Matthew cepat.
   
"Payah."
   
"Tapi bukannya nggak tau." Tambahnya, mengundang rasa penasaran sang adik. "Ada seorang Quidrinean ceroboh yang memendarkan cahayanya. Walau dia bersembunyi, di toilet lantai atas yang tersembunyi sekalipun, aku melihatnya. Dia sangat beruntung aku adalah sesamanya."
   
"Siapa dia?"
   
"Dia…" Matthew menggantung kalimatnya. "Siswa kelas XI. Laki-laki berparas tampan namun berkesan bodoh dan konyol. Rambutnya berwarna cokelat, dan di lehernya terdapat tahi lalat yang terlihat cukup jelas."
   
"Oh, menarik!" Yujin memutar tubuhnya, kini ia berbaring di perutnya. "Terus? Terus? Cahayanya warna apa?"
   
"Cahayanya..." Matthew menatap tajam sang adik. "Warna biru."
   
Yujin mengangguk-angguk paham. Dengan satu tangan ia menopang dagunya. Lalu satu tangan lagi ia angkat ke udara, melambai-lambai, dan akhirnya memendarkan cahayanya. Persis seperti deskripsi Matthew.
   
Pengenal utama bagi seorang Quidrinean adalah pancaran cahaya pada telapak tangan mereka. Terdapat berbagai macam warna yang menandakan apa perwakilan energi mereka, entah itu api, air, tetumbuhan, bayangan dan beberapa elemen lain.
   
"Berarti kami berjodoh." Simpulnya.
   
"Han Yujin! Dia lelaki!"
   
"Tapi bukannya warna yang sama berarti jodoh?" Tanya Yujin tak peduli.
   
"Tak selal–"
  
"Aku akan menemukannya. Aku nggak peduli."

——

Sudah lima hari berlalu sejak percakapan Yujin dan Matthew terjadi. Kini Yujin berjalan santai melintasi lapangan.
   
Tiba-tiba saja pandangannya menangkap sosok murid yang mencolok.
   
Bagaimana tidak mencolok? Siswa itu jelas-jelas tidak sengaja menendang tempat sampah. Entah bagaimana hal itu bisa terjadi. Pemandangan itu mengundang tawa geli untuk Yujin. Ia kini berdiri diam di tempat, mengamati bagaimana siswa ceroboh itu membenarkan tutup tempat sampah yang tadinya terguling.
   
Gelagatnya konyol, rautnya mengundang tawa geli. Itulah cara Yujin mendeskripsikan si lelaki.
   
Tiba-tiba saja netra Yujin melebar kala sang lelaki terlihat mengaduh kesakitan. Tanpa disadari kakinya terseret maju, mendekati si konyol yang mengibaskan tangannya brutal.
   
"Hei. Kamu gak papa?" Tanya Yujin setelah jaraknya dengan siswa itu tergolong sangat dekat.
   
Mata mereka bertemu, dan seketika Yujin merasakan seolah-olah detak jantungnya berhenti.
   
Ini dia. Batin Yujin. Si ceroboh. Aku menemukannya.
   
"Apa kamu Han Yujeong?" Tanya si lelaki, masih sambil mengibaskan tangannya yang tergores paku di tutup tempat sampah.

Sekedar info, guys. Barangnya tuh yang terbuat dari karet mirip ban mobil, bentuknya kek panci(?) tanpa handle. Atau kendi lah, katakanlah. Di tempatku sih banyak yang pake model itu.

Kan lokal :D
   
"Kakak tau aku?" Yujin melebarkan matanya, kilatan antusiasme terpampang jelas di sorotnya.
   
"Kamu populer." Sahut lelaki itu.
   
"Eh, mungkin iya, mungkin enggak." Yujin mengendikkan bahunya, tak tertarik soal asumsi itu. "Semua adalah temanku."
   
"Kalau begitu, selamat tinggal!!" Sekonyong-konyong lelaki itu melesat meninggalkan Yujin, berlari dengan asal.
   
"Lho, hei!!" Yujin tak mau kehilangannya. Mereka berakhir lari kejar-kejaran, mengabaikan murid-murid lain yang telah mereka tabrak tanpa sengaja.
   
Lelaki itu lama-lama merasa kelelahan. Dengan kaki yang terseok-seok ia menyeret dirinya ke UKS, mengabaikan sepasang murid yang seperti sedang cek-cok di dalam.
   
Yujin ikut masuk, dan matanya membulat sempurna saat ia melihat siapa yang ia temui tanpa sengaja.
   
"Kak Taerae—Kak TaeRA??" Pekiknya.
   
"Hai, Yujeong!" Taerae menyahut adiknya dengan senyuman tipis.
   
"Ih, jangan santai-santai amat! Siapa itu?!" Tanpa ada kesan santai sedikitpun Yujin menunjuk siswa yang terduduk lemas di hadapan sang kakak sepupu.
   
"Ini Park Gunwook. Dia sakit."
   
"Aku cuma pingsan, lho, Taera. Sumpah…" Gunwook merengek pelan.
   
"Nggak, Gunwook. Pingsan itu nggak masuk kategori cuma. Kamu kurang tenaga." Taerae menatap sendu lelaki di hadapannya, dan sorot itu tertangkap jelas oleh Yujin. "Pasti nggak sarapan."
   
"Yaudah! Aku mau ngantin!" Gunwook melompat menuruni ranjang UKS, lalu berjalan keluar.
   
"Gunwook…" Taerae mengejar dari belakang, namun cekalan Yujin menghentikannya.
   
"Sifatmu gak berubah, ya? Menarik. Sekarang kamu ngincer laki-laki? Kita harus bicara nanti di rumah." Bisik Yujin tepat di telinga yang lebih tua.
   
"Terserah." Taerae membalas dengan suara pelan. "Aku tidak bisa membiarkannya, entah kau paham atau tidak."
   
Yujin melepaskan genggamannya, membiarkan kakak sepupunya itu berlari mengejar Gunwook.
   
Yujin tahu alasan mengapa Taerae dihukum. Riya'. Sederhananya, kakak sepupunya itu suka berbuat 'baik', namun hanya untuk mendapat pengakuan. Di balik parasnya yang lemah lembut, seorang Kim Taerae senang membuat lelaki di sekitarnya iri. Bagaimana tidak? Perhatian yang diberikan lelaki berlesung itu tentu meluluhkan hati banyak wanita.
   
Yah, kurang lebih mirip dengan alasan Yujin. Anggota keluarga paling muda itu dikirim untuk dihukum karena menggoda dan mengganggu banyak wanita. Bedanya dengan Taerae, Yujin lebih menganggap semuanya hiburan pribadi, walau terlewat batas. Bukannya Yujin melakukan sesuatu yang tidak terhormat, namun yang namanya meremehkan perasaan orang juga tergolong tindakan tidak bijak, bukan?
  
Singkatnya, Yujin itu buaya level Quidrinean.
   
Bahkan di bumi saja sifatnya itu suka muncul tiba-tiba. Contohnya sekarang pada Park Hanbin. Lelaki tanpa dosa itu saja ia anggap kompetitor, karena ia merasa jiwa buayanya tersaingi.
   
Tidak masuk akal, namun yang sedang kita bahas sekarang adalah Han Yujin.
   
Memang bocah itu aneh.
   
Oh, Kim Taerae, lihatlah… Sekarang kau melimpahkan semua perhatianmu yang meluap-luap itu pada seorang lelaki! Batin Yujin. Ia lalu melirik ke arah lelaki ceroboh yang ada di UKS bersamanya. Lelaki itu terlihat sibuk mengurus lukanya. Kalau begitu aku juga tak apa, donk!
   
"Sini, biar kubantu." Yujin berjalan mendekati lelaki itu.
   
"Nggak! Nggak! Gak usah, makasih." Tolaknya dengan heboh. Dapat Yujin lihat jari tangan lelaki itu telah terbalut plester.
   
"Kenapa?"
   
"Kamu populer."
   
Yujin terdiam di tempat, heran dengan alasan yang terlontar.
   
"Apa maksudmu? Jadiin alasan itu masuk akal, coba sini."
   
"Kan kamu populer, nah aku gak mau dihajar cowok-cowokmu! Terutama Park Hanbin tuh dia suka banget sama kamu. Istirahat aja kerjaannya bahas kamuuuu thok."
   
"Ya kan aku gak suka dia! Kasih tau aja! Kamu sekelas ya sama dia?"
   
"Nggak, tuuuh…" Lelaki itu mengalihkan sorot matanya ke samping dengan lucu.
   
"Oke. Kim Gyuvin. Pokoknya aku udah tau namamu." Ujar Yujin santai, tangannya ia lipat di depan dada. Mendengar itu, sang lelaki yang bernama Gyuvin menutupi name tag-nya dengan panik. Melihat reaksi itu, Yujin bergerak maju mendekatkan wajahnya pada Gyuvin, membuat lawan bicaranya merasa kecil. Tangannya menyebar ke matras yang didudukinya sebagai tumpuan. "Kita akan banyak bertemu, banyak berinteraksi, dan lebih banyak berurusan satu sama lain."
   
Perkataan Yujin yang tegas dan mantap membuat Gyuvin semakin tegang. Badannya serasa tak dapat bergerak. Ia takut. Ia panik dan kebingungan.
   
Lelaki yang menggemaskan. Ujar Yujin dalam benaknya.
   
"C-cewek gak boleh gini! Aku gak mau!" Bentak Gyuvin.
   
Kamu punyaku.

[✓] LOVE YOU LATER! | ZB1 feat. BOYS PLANET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang