17. She's Still Alive

1.2K 64 4
                                    

Seminggu sudah berlalu semenjak kejadian di hari itu. Keadaan sudah kembali normal seperti biasa. Saat ini, gadis itu sedang menyusul sang kakak ke taman belakang mansion. Ia duduk di gubuk kayu sederhana memperhatikan Eros yang sedang bercocok tanam. Ia menunggu giliran untuk menyiram tanaman itu.

"Baby mau nyiram tanaman?" Eros menghampiri Nara. Ketampanannya menambah berkali-kali lipat. Rambut berantakan dan basah karena keringat. Tangan dan pakaian putihnya yang kotor malah membuatnya semakin tampan.

Nara mengangguk antusias. Mengambil penyiram tanaman yang diberikan Eros padanya. Gadis itu menyiram bunga-bunganya dengan hati yang gembira. Eros tersenyum tipis melihat adiknya yang bernyanyi kecil. Laki-laki itu mencuci tangannya dengan air yang ada di sana. Eros, pemuda itu sangat suka menanam. Entah itu bunga atau pun sayur-sayuran. Menanam adalah hobinya sejak kecil yang menurun dari Agra.

"Kak, kenapa hari ini semua orang nggak pergi kerja? Biasa hari minggu Bunda Ana tetep pergi ke kantor."

"Karena ada Baby."

Nara mengerjap kemudian mengangguk. Meskipun ia tidak mengerti. Mata Nara tak sengaja menangkap sebuah panah terbang menuju Eros.

"Kakak!"

Panah itu berhasil menggores lengan Eros. Laki-laki itu menyentuh lengannya yang berdarah. Nara berlari ke arah Eros. Wajahnya memerah hendak menangis.

"Kakak nggak apa-apa?" Eros menggeleng.

"Baby nggak ada yang luka 'kan?" Ia tidak peduli dengan goresan di lengannya. Keselamatan Nara lebih penting dari apa pun. Tangisan Nara pecah melihat darah mengalir di lengan Eros. Laki-laki itu kelimpungan. Ia menggendong Nara dengan satu tangannya. Membawanya masuk ke dalam.

"Kakak, kenapa? Astaga!" Alice menghampiri mereka dan mengambil alih Nara.

"Mommy, lengan Kak Eros berdarah!"

Alice menenangkan Nara yang masih menangis. Menatap putra sulungnya khawatir. "Obati dulu lukanya, Nak."

Eros tersenyum. Mencoba menenangkan kedua orang tersayangnya. Senyuman pemuda itu hanya untuk mereka berdua. Raut wajahnya berubah datar saat melihat adiknya menuruni tangga.

"Keenan!"

Keenan berbalik arah dan menghampiri mereka. Terkejut melihat lengan Eros. "Kak, itu kenapa?" Omongan Eros terpotong saat Nara kembali menangis. "Loh! Baby kenapa nangis?"

"Udah cepetan kamu obati lukanya!" Keenan menuruti ucapan Alice. Laki-laki itu segera naik ke atas untuk mengambil peralatannya. Eros duduk di sofa diikuti Alice dan Nara yang masih dalam gendongan wanita itu.

Tak lama Keenan datang dengan kotak alat di tangannya. Laki-lakki itu duduk di samping Eros. Keenan meringis melihat luka yang cukup dalam. Tapi raut wajah kakaknya terlihat biasa saja. Nara memperhatikan keduanya dengan wajah memerah dan sembam habis menangis.

"Siapa orang itu?" Eros bertanya saat Axton datang. Setahunya, keamanan mansion sangat ketat. Tidak ada orang yang bisa masuk dengan mudah.

"Tidak ada siapa-siapa di sini. Melihat panahnya bikin luka kamu dalam, pasti dia tidak memanah di sekitar mansion." Axton mengambil Nara dan membawanya ke pangkuan. Alice beranjak dan pergi menuju dapur.

Selesai Keenan mengobati luka Eros, tak lama Alice datang memberikan segelas air hangat untuk putranya. "Minum dulu, Kak." Eros meneguknya hingga tandas.

"Urusan itu biar mereka yang urus." Axton menepuk pelan punggung Nara yang sudah tertidur. Eros berdeham.

"Istirahat. Jangan buat lukanya robek atau aku nggak akan jahit lagi." Eros merotasikan bola matanya malas mendengar ucapan Keenan. Adiknya yang satu ini sangat cerewet.

My Possessive FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang