5. Disaat Mulai Membuka Hati

489 11 4
                                    

Perubahan Sifat Senna benar-benar membuat Devan merasa kehilangan, ia benar-benar merindukan sosok Senna yang dulu, manja dan cerewet. Tapi sejak pagi tadi, sejak pulang sekolah, hingga sekarang. Senna tidak lagi melakukan hal itu. Bahkan saat malam hari Senna juga tidak merengek untuk ditemani tidur, padahal dia yakin Senna tidak bisa melakukan hal itu sendiri.  Apa karena ia sudah punya kekasih? Meskipun iya, tidak seharusnya ia merubah sifatnya seperti ini. 

Hingga waktunya tidur, Dengan sengaja Devan menunggu Senna meminta ia menemaninya tidur, tapi hingga malam hampir larut, Senna tidak juga keluar kamar. Ini aneh, kalau tiba-tiba Senna berani tidur sendiri, setelah apa yang dilihatnya tadi pagi, Devan yakin Senna tidak main-main dengan ucapannya yang tidak bisa tidur sendirian. Tapi kenapa malam ini Senna tidak datang menemuinya, dan meminta untuk menemaninya tidur?

Devan, yang saat ini tengah duduk di sofa yang ada di ruang tengah, merasa cemas, ia memutuskan untuk menemui Senna, ia ingin tahu apa yang sedang anak  dari sahabatnya itu lakukan. 

Pelan tapi pasti, Devan mulai menaiki anak tangga, menuju kamar Senna.

Devan mengetuk pintu kamar Senna hingga beberapa kali, sama halnya tadi siang, tidak ada sahutan dari dalam. Devan mencoba untuk mencuri dengar, takut Senna menangis seperti apa yang didengar tadi siang. Tapi nyatanya Devan tidak mendengar apa-apa.

"Senna, kau sudah tidur?"  Devan kembali mengetuk pintu, berharap Senna merespons panggilannya. Tapi tetap saja, Duda tampan itu tidak mendengar apa-apa, Senna tidak merespons panggilannya. 

"Senna!” Kembali mengetuk pintu, dan memanggil tapi tetap saja tidak ada respons.

"Senna, aku yakin kau belum tidur, jangan memaksakan diri kalau memang tidak bisa melakukannya."  Devan mencoba mengajak Senna berbicara, dia tidak bisa terus-terusan membiarkan Senna seperti ini. Tidak ada tanggapan dari dalam, hening, Senna tidak merespons ucapan Devan. 

Devan yang tidak tahu harus berbuat apa, memutuskan untuk pergi dari depan kamar Senna. 

"Kalau butuh teman untuk menemanimu tidur, datang saja ke kamarku. Pintunya tidak dikunci, kok,” ucap Devan, sebelum ia benar-benar pergi.

Langkah Devan terasa berat, saat akan meninggalkan kamar Senna. Berulang kali menoleh, berharap Senna membuka pintu. Tapi nyatanya, hingga ia mulai menuruni anak tangga, Senna tidak kunjung membukakan pintu untuknya. 

"Baiklah, mungkin dia benar-benar ingin berubah."  Devan pasrah. Ia melanjutkan langkahnya, menuju kamar yang dia tinggali.

*

"Iya, Nek, iya Devan akan datang. Tapi tidak sekarang, ya. Devan janji akan datang, mungkin minggu depan. Iya. iya nenek, Devan janji, Devan tidak akan bohong. Ya sudah, nek, Devan tutup dulu, Devan mau istirahat. Iya, selamat malam, Nek?" Devan mematikan sambungan teleponnya. Namun saat ia akan meletakkan ponselnya. Begitu terkejutnya ia saat melihat Senna sudah berada di dalam kamarnya, berdiri di ambang pintu, mendekap boneka beruang berbulu lembut yang memiliki ukuran lumayan besar.

“Aku nggak bisa tidur.  Apa boleh tidur di sini?" Tanya Senna. Bicara dengan wajah cemberut.

"Hem, kemarilah."  Devan mempersilahkan Senna untuk tidur bersamanya.

Senna tersenyum, ia berlari, dan dengan segera merebahkan dirinya di samping Devan. Senna tidur dalam posisi telentang, matanya masih bulat sempurna. Apa yang Senna rasakan sekarang yang membuat Senna sulit terpejam. Ada perasaan bahagia dan sedih, bahagia karena bisa tidur bersama duda tampan yang dia cinta, namun kebahagiaan harus pupus karena sang duda tampan sudah memiliki kekasih, lebih tepatnya calon istri.

Senna menoleh ke samping, ke arah Devan. Tatapan keduanya bertemu, tapi dengan segera Senna memalingkan wajahnya, bahkan memunggungi Devan. Kembali, Devan terkejut dengan sikap Senna yang selalu cuek dan acuh terhadapnya. Devan sangat merindukan sifat manja dan cerewet yang selalu dia  tunjukkan padanya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mengejar Hot DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang