Chapter 5

501 46 10
                                    

Desclaimer: Cerita ini hanyalah fiktif belaka dan sebagai seorang zonzon saya mendedikasikan cerita ini untuk Zee dan Nunew serta ZonZon lainnya.

Note: Kalimat cetak miring adalah inner thinking

# Nunew's POV #

Setelah kejadian malam di Restoran Perancis itu, aku diantar pulang oleh CEO Zee. Kami sempat bertukar nomor pribadi. Ketika sampai di apartemen aku pun menceritakan kejadian itu pada Phi Leang dan Nat yang kebetulan malam itu menginap di apartemenku. Mereka berdua awalnya kecewa dengan sikap CEO Zee terhadapku. Tapi setelah aku jelaskan sampai akhir mereka tidak jadi emosi. Justru sebaliknya, mereka mendukung keputusanku untuk terbuka dengan CEO Zee.

Hari ini adalah hari ketujuh sejak kejadian malam itu. Aku dan CEO Zee mulai rajin chatting melalui aplikasi Line. CEO juga terkadang menyempatkan untuk meneleponku dan mengobrol hal-hal random. Awalnya aku tidak nyaman dengan hal itu. Tapi lama-kelamaan aku merasa sepi jika tidak ada chat atau telepon darinya.

Pagi itu aku mendengar HPku berdering. Sekilas aku melihat jam di dekat mejaku. Pukul 07:10. Masih pagi dan ini adalah hari liburku. Siapa yang menelepon pagi-pagi begini? gerutuku dalam hati. Aku meraih HPku yang terletak di samping bantalku.

Kenapa dia telepon pagi-pagi begini? Aku terheran-heran dan terus menatap layar telepon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Kenapa dia telepon pagi-pagi begini? Aku terheran-heran dan terus menatap layar telepon. Aku lantas mengangkat telepon itu dan menyapanya dengan suara yang masih agak serak ciri khas orang bangun tidur.

"Halo?" aku mengangkat telepon dengan sedikit malas karena masih mengantuk.
"Hey, sleepy head! Bangunlah. Ini sudah pagi. Aku tahu ini hari liburmu. Jangan bermalas-malasan di kasur." Jawabnya dari seberang telepon.
"Excuse me, Sir. How do you know that today is my off day? Are you my stalker now?"
"Ha ha ha. Yeah, I'm your stalker. Or you could say that I'm your number 1 fan?"
"Teruslah bermimpi Tuan CEO." Aku menjawab kelakarnya dengan sinis dan tersenyum. Dari seberang telepon terdengar kekehan kecil darinya. Mendengar hal itu pun senyumku melebar. Sejak kapan suara tertawa menjadi musik yang indah ditelingaku?

"Ada apa kamu meneleponku pagi-pagi? Kamu tahu hari ini aku libur jadi biarkanlah aku bermalas-malasan di atas kasurku ini." Tanyaku dengan sedikit merajuk.
"Jadi kamu hanya ingin tidur hari ini? Padahal aku punya 2 tiket terusan untuk ke amusement park. Haruskah kubuang saja tiket ini?" jawabnya dengan nada yang disedih-sedihkan.
"Kamu ingin ke amusement park denganku?" tanyaku meyakinkannya.
"Kalau bukan denganmu kenapa aku meneleponmu?"
"Kamu sadarkah kalau ini seperti ajakan untuk berkencan?" tanyaku lagi padanya.
Terdengar jeda cukup lama sebelum dia menjawab pertanyaanku. Lalu terdengar dia menjawab. "Kamu tidak mau?"

Benar-benar cerdik. Dia menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lainnya. Well, sudah lama aku tidak ke amusement park. Apakah tidak akan jadi masalah jika aku pergi berdua dengannya? Tapi aku yakin dia bisa menjagaku karena selama seminggu ini dia selalu mengecek keadaanku dan memastikan lokasiku meskipun hanya lewat chat ataupun telepon. Sudah benar-benar seperti orang yang khawatir dengan pasangannya. Aku mendadak malu dengan pikiranku sendiri. Bagaimana bisa aku mengatakan pasangan jika kami berdua tidak ada hubungan apa-apa? Wajahku memerah hanya dengan membayangkan kalimat itu.

Desire [BL ZeeNunew]  🔥 21+ 🔥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang