Masuk dunia SMA, waktu berlalu begitu cepat, Jungkook sendiri tidak menyangka jika ia hidup sudah lumayan lama. Hidup bersama Berlian—maksudnya satu atap, dia sudah bersyukur sekali. Jungkook kecil dan Jungkook remaja ini sudah berbeda sekali. Berlian pun terkadang tidak percaya jika Jungkook kecil sudah sedewasa ini sekarang. Banyak sekali perubahan oleh Jungkook, tapi tetap saja, Berlian selalu memanggilnya dengan sebutan Kookie.
Hari ini hari pertama Jungkook MPLS, ia sekolah di mana Berlian juga sekolah—sebagai kakak kelasnya.
Ibu nya masih bekerja dengan orang tua Berlian, dan orang tua gadis itu masih tetap saja—selalu baik padanya dan Ibu nya. Bahkan uang sekolah pun ditanggung oleh kedua orang tua Berlian karena kata mereka, mereka sudah menganggap Jungkook sebagai anak bungsu mereka.
MPLS belum dimulai, banyak siswa yang sedang berkumpul di lapangan sekolah termasuk Jungkook. Pria itu mencari Berlian, dia mencari di sekelilingnya tanpa tahu jika banyak siswi yang memandangnya, baik adik kelas maupun kakak kelas. Jungkook kecil memang lucu dan tampan, namun saat memasuki masa remaja, tampannya berkali-kali lipat.
Perlu diketahui juga jika Jungkook sudah menaruh hati pada Berlian sejak lama, tapi ia tahu diri, dia hanya orang biasa yang mencintai seseorang yang seperti emas. Berbeda sekali derajat mereka. Maka sampai sekarang, ia tidak pernah menyatakan perasaannya pada Berlian—selain dari itu pun, ia juga tidak ingin Berlian jadi canggung padanya.
Ada yang bilang jika sebaiknya Jungkook confess saja, ada yang bilang sebaiknya perasaannya disimpan saja dulu. Toh, tidak ada yang bisa menebak apa yang akan dikatakan Berlian semisal jika Jungkook menyatakan perasaan. Jika gadis itu menghargai perasaannya namun tidak ingin menjalin hubungan, Jungkook sudah bersyukur dengan teramat sangat. Namun jika sebaliknya, Jungkook akan merasakan patah hati yang luar biasa. Berlian first love nya, lho.
"Hei, Kookie!"
Yang ditunggu pun akhirnya menghampiri, Jungkook langsung tersenyum melihat Berlian yang berlari kecil padanya. Duh, menggemaskan sekali. Kini dia sudah jauh lebih tinggi daripada perempuan yang berada di depannya. Berlian terlihat sangat cantik dengan rambut yang diikat seperti kuda poni dan memiliki poni juga yang ia sisir dengan rapi. Gadis itu lucu sekali, Jungkook terkadang ingin mengatakan, "kenapa lucu sekali, sih? Tahu tidak jika hatiku ini selalu menahan gemas?" Ingin bilang begitu tapi ia tidak berani.
"Noona! Kau.. tidak bergabung dengan temanmu yang lain?"
Berlian tertawa pelan, "aku sudah menyiapkan tugasku, Kookie. Aku hanya disuruh mempersiapkan peralatan seperti mic, lcd dan speaker. Aku tadi istirahat karena lumayan lelah. Saat aku melihatmu berdiri sendiri di sini, aku menghampirimu." ucap Berlian kemudian merapikan sedikit rambut Jungkook. "Adikku ini terlihat tampan sekali, sudah SMA saja kau, Kookie. Ah, tidak lama kau akan menjadi seorang pria yang tampan."
Lagi-lagi seorang adik. Kapan Berlian menganggap dirinya sebagai seorang crush?
Jungkook selalu berharap.
"Keringatmu banyak sekali, Noona," Jungkook mengambil sebotol teh yang ia beli sebelumnya di mini market. "Aku membelikanmu. Aku tadi berpikir jika kita tidak akan bertemu. Ini, minumlah." Jungkook memberikan sebotol teh manis kepada Berlian kemudian ia mengambil tissue dan mengelap keringat Berlian juga. "Noona ini benar-benar, ya. Kenapa tidak menyiapkan tissue padahal Noona tau jika Noona akan memiliki banyak keringat?"
"Aku malas sekali mempersiapkan semuanya, tasku sudah berat, Kookie." ucapnya dengan kekehan pelan. "Kau harus semangat ya, MPLS ini memang melelahkan, tapi akan sangat seru juga. Kau harus mencari seorang teman, jangan sendiri, ya?"
Jungkook hanya mengangguk, ia sebenarnya tidak terlalu tertarik memiliki teman. Cukup Berlian ada di sisinya saja sudah cukup. Dia juga adalah orang yang suka sendiri, jadi menurutnya tanpa teman pun tidak apa. Terbiasa dari dulu sendiri dan melakukan semuanya sendiri, tapi ditemani oleh Berlian, menurutnya, sudah cukup jika Berlian saja yang menjadi temannya. Rasanya aneh jika berkenalan lagi.
Jungkook itu tipe orang yang introvert, dia tidak berani berbicara dengan seseorang terkecuali orang tersebut yang mengajaknya terlebih dahulu. Jika saja Berlian dulu tidak mengajaknya berbicara, mungkin sekarang hidupnya tidak akan seperti ini. Hidupnya biasa-biasa saja, tidak sekolah, tidak berteman dengan Berlian, tidak memiliki tujuan hidup. Dan dia sekarang sangat bersyukur karena memiliki majikan yang sangat baik padanya dan juga ibu nya. Bahkan, majikannya pun meminta kepadanya agar dipanggil Ayah dan Ibu saja. Jungkook tidak bisa mendeskripsikan bagaimana baiknya dua orang tersebut. Sungguh, Jungkook bersumpah jika dia akan melakukan apa pun untuk keluarga tersebut karena sudah menganggap dirinya dan Ibunya seperti keluarga sendiri, pria itu tidak akan pernah melupakan jasa keluarga Berlian.
"Hei, kenapa melamun?" Berlian menyadarkan pria yang ada di depannya, gadis itu tersenyum dan terkekeh melihatnya. "Jangan tidak semangat seperti itu, kau harus semangat, Kookie. Kau tau? Masa MPLS adalah masa yang paling seru, kau bisa menemukan banyak teman, kau mengerti cara kerja sama, kau mungkin bisa mendapatkan seseorang yang kau sukai nantinya. Aku lihat, banyak sekali perempuan seangkatan mu yang terlihat sangat cantik, bahkan mereka juga sepertinya tertarik denganmu!" kata Berlian kemudian menepuk-nepuk bahu Jungkook.
Pria itu menghela napas, kenapa sih Berlian tidak peka dengan perasaannya? Kenapa gadis itu tidak tau?
Kata orang-orang jika perempuan itu adalah salah satu mahkluk yang peka terhadap sesuatu. Namun mengapa Berlian tidak?
Berlian ini sebenarnya peka namun pura-pura bodoh atau bagaimana? Jungkook kan, merasa khawatir, merasa takut juga. Jangan sampai karena perasaan nya ini membuat dia dan Berlian menjadi renggang. Jangan sampai, deh!
"Aku tidak tertarik untuk berkenalan dengan mereka, yang penting ada kau di sini, sudah cukup. Kau kan, bisa jadi teman ku di sini, Noona." ucap Jungkook sambil tersenyum tipis. Bukannya menjawab pertanyaannya terlebih dahulu, Berlian lebih memilih untuk tertawa sambil menepuk-nepuk bahu Jungkook. Tanpa mereka ketahui, banyak sekali siswi seangkatan Jungkook yang melirik sinis ke arah Berlian.
Banyak yang mengatakan jika Berlian ini centil kepada Jungkook, padahal mereka tidak tau saja jika keduanya ini sudah seperti saudara kandung.
"Aku tentu tidak bisa bertemu dan bersama denganmu terus-menerus, Kookie. Aku juga memiliki teman, dan kau juga harus. Kau harus memiliki banyak teman agar ada yang menemani, di SMA sulit sekali mencari teman jika kau yang tidak mencari teman terlebih dahulu. Kau juga harus masuk ekskul yang menonjol jika kau ingin dikenali guru dan dikenali beberapa siswa di sini. Aku adalah wakil ketua OSIS, dan jika kau masuk ekskul begini, kau akan dimudahkan di sekolah. Jika kau ada acara karena ekskul mu, nilaimu akan ditambah, atau saja kau tidak harus mengerjakan ujian dan kau harus tau kau akan tetap mendapatkan nilai."
Jungkook hanya mengangguk mengerti, "Noona masuk ekskul apa saja?"
"Hanya OSIS, kau ingin masuk?"
"Iya, mau. Tolong ajari aku, ya, Noona."
Bukan karena keinginan, ini karena agar dia bisa memiliki banyak waktu dengan Berlian.
***
28 Agustus 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
A Man
RomanceSeingat Berlian, tidak ada pria di rumah kecuali Ayah. Lantas, mengapa saat ia bangun, ia sudah menemukan seorang pria yang lebih muda darinya dan berkata, "Halo, Noona. Perkenalkan, aku Jeon Jungkook. Aku anak dari pembantu baru di sini," Terdengar...