2. BERGERAK SESUAI DENGAN PERINTAH?

0 0 0
                                    

***


Di desa Kembang.

Desa yang merupakan daerah kawasan kerajaan Telaga Dewa. Desa yang cukup makmur dari desa yang lainnya, tapi desa ini juga desa yang harus diwaspadai. Kenapa bisa terjadi seperti itu?. Mari kita lihat, apa yang terjadi didalam desa ini?.

Arya Susana dan teman-temannya telah bergerak, tentunya mereka tidak akan membuang waktu lagi. Pada saat itu, kebetulan mereka memergoki beberapa orang pemuda yang hendak berbuat kejahatan. Saat itu Patari dan Nismara berhasil mencegah tiga orang pemuda yang hendak menculik dua orang wanita muda yang ketakutan.

"Hyah!." Nismara dan Patari yang datang dengan menggunakan jurus meringankan tubuh, seperti melayang di udara sambil menghadiahi mereka bertiga dengan tendangan yang sangat kuat.

Duakh!

"Eghakh!."

Ketiganya terlempar Setelah mendapatkan tendangan yang cukup. keras, dari dua orang Pendekar wanita wanita yang sangat ganas.

"Uhuk! Uhuk!." Patan sedikit terbatuk, Karena ia terhempas tanah cukup keras.

"Dasar laki-laki biadab! Berani sekali kalian ingin menangkap kedua wanita ini?!." Hardik Patari dengan Penuh amarah yang sangat. "Berani sekali kalian ingin menculik wanita lemah "Berani sekali kalian ingin menculik wanita lemah seperti mereka! Nyali kalian ternyata nyali seekor kutu busuk!." Emosinya benar-benar membuncah begitu saja.

Ketiganya mencoba untuk bangun, setelah tubuh mereka terjajar cukup jauh menabrak pohon?. Tentunya tubuh mereka sakit?. Namun mereka mencoba untuk mendekati kedua wanita yang telah berani mendaratkan tendangan yang sangat kuat pada mereka.

"Hei! Wanita sinting!." Hardik Patan. "Berani sekali kau ikut campur dalam masalah kami?!." Patan mencabut pedang yang ada di tangannya itu. "Siapa kalian ini?! Berani sekali kalian memasuki daerah kami tanpa izin?!." Setelah berkata seperti itu ia langsung maju bertarung dengan Patari dan Nismara.

"Akan aku bunuh kalian semua! Aku sangat benci pada laki-laki yang telah berani merendahkan wanita!."

Pertarungan itu sangat keras, apalagi kedua pendekar wanita itu bertarung dengan sangat cepat, sehingga musuhnya kewalahan menghadapi serangan kuat yang datang bertubi-tubi itu.

***


Sementara itu Arya Susena saat ini sedang menyamar menjadi seekor kucing hitam. Itu adalah jurus andalan yang ia miliki, sehingga tidak ada yang bisa menyadarinya. Dengan wujudnya yang sekarang ia lebih mudah masuk ke tempat musuh.

"Akan aku amati dia terlebih dahulu, jika dia terbukti telah melakukan kesalahan? Maka akan aku bunuh dia!." Dalam hatinya sangat kesal. Sebenarnya ia enggan, tapi ia harus melakukan itu semua demi janjinya pada seseorang?. "Akan aku lihat semua yang ada di dalam sini dengan mata kepalaku sendiri." Dalam hatinya mulai mencari keberadaan Senopati Uperangga.

Ya, Arya Susena pasti akan mencaritahu kebenarannya sebelum bertindak. Tidak mungkin baginya melakukan kesalahan hanya karena dari satu pihak saja, ia memantau kondisi dan melihat dengan baik apa yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat.

"Mereka harus membayar semua nyawa yang telah hilang itu, nyawa harus dibayar dengan nyawa, karena nyawa yang hilang tidak akan bisa dibayar dengan uang." Dalam hatinya masih menyimpan dendam yang sangat luar biasa pada orang-orang yang telah membunuh keluarganya.

***


Di sisi lain Bajra dan Darsana telah berhasil masuk ke dalam rumah tuan Ampasutra. Di dalam rumah itu banyak pendekar bayaran yang berjaga-jaga, tentunya keduanya tidak sembarangan bisa membunuh tuan Ampasutra. Jadi untuk memastikan kebenaran dan pengakuan dari mulut busuk Tuan Ampasutra, mereka harus menahan diri meskipun tangan mereka telah gagal ingin menebas kepala lelaki biadab itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PENDEKAR KEGELAPANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang